Setelah menghabiskan waktu yang bisa dikatakan singkat dengan Raka beberapa hari yang lalu, mampu membuat dunia Raihan jungkir balik, setiap saat dia ingin Raka bahkan Kirana berada disampingnya.
Sangking memikirkan hal itu Raihan pun kehilangan fokus untuk pekerjaan nya, syukur dia bos besar, kalau tidak bisa saja dia kena SP kan.
Raihan yang sedari tadi mengetuk ngetuk meja dengan menggunakan Bulpoint seharga jutaan rupiah, tak menyadari ada seseorang yang mengetuk pintu nya berkali kali. Hingga pria berjas rapi terlihat memasuki ruangannya.
"kamu, apa tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu" ucap nya Keras dan dingin.
"maaf Pak saya sudah mengetuk berkali kali tapi tidak mendapatkan jawaban" balas sang pria itu sopan dan menunduk. "baik katakan" sahut Raihan tegas, "ini permintaan anda Pak" ucap Pria tersebut dengan menunjukkan amplop coklat dan berjalan mendekat ke arah meja Raihan.
Seakan paham apa itu, Raihan langsung mengambil nya dan membuka amplop itu.
Dia melihat dan mengamati kertas yang dia pegang dengan wajah dingin dan datar, namun dalam hitungan detik ekspresi nya menunjukkan sebuah senyum kemenangan. "good, real Evidence" gumam nya. "apa and butuh yang lain pak" ucap sang pria yang merupakan tangan kanan Raihan. "tidak, kau boleh pergi" ucap Raihan tegas.
"ini bukti yang konkret, aku akan menggunakan ini diwaktu yang tepat, maaf Kirana, ini agar kamu berhenti keras kepala" gumamnya. Kemudian Raihan mengambil handphone nya dan menelpon seseorang.
~~~~~`~~~~~
Di ruangannya Kirana yang sedang sibuk dengan komputer nya , harus mengalihkan pandangan nya ke pintu ruangannya, karena seseorang membukanya. "iya Lidya" ucap nya melihat siapa yang masuk. "mba di minta pak Evan keruangan nya" ucap Lidya menyampaikan pesan Hana.
"baik, katakan 10 menit lagi" ucap Kirana. "iya mba,, permisi mba" ucap Lidya. dan meninggalkan ruangan Kirana.
~~~~~`~~~~~
'tookkk tokkkk'
Kirana mengetuk pintu ruangan Evan
'masuk' ucap Suara Evan dari dalam ruangannya.
"permisi Pak anda memanggil saya" ucap Kirana formal.
"iyaa, bersiap lah , 10 menit lagi kita akan keluar menemui Raihan dan makan siang bersama" ucap Evan ringan, tanpa memperhatikan ekspresi Kirana karena sibuk dengan dokumen di mejanya. Kirana tentu kaget seketika membeku di tempatnya, wajah nya terlihat pucat dan dingin. Evan yang merasa tak mendapatkan respon dari Kirana akhirnya menarik pandangannya ke arah Kirana, dia tentu mengetahui ekspresi Kirana. Namun dengan tenang dia kembali berbicara, "jangan berpikir berlebihan, aku memang sahabat Raihan, tapi dalam hal ini aku tidak akan mencampuri urusan kalian ini murni pekerjaan, dan dia klien besar kita saat ini, aku yakin kamu mengetahui itu Kirana" ucap Evan jelas dan ringan , mendengar hal itu Kirana sedikit lega, ekspresi sedikit melunak, "baik pak, saya siap kan konsep nya" ucap Kirana akhirnya. "Hmm" sahut Evan seraya mengangguk. Kirana pun keluar dari ruangan Evan.
"Maaf Kirana, menjadikan pekerjaan sebagai alasan agar kau mau bertemu dengan nya , tapi ku harap kau dan Raihan bisa segera meluruskan masalah kalian" gumam Evan setelah Kirana keluar dari ruangannya.
~~~~~~^^~~~~~~
Evan dan Kirana sudah berada di kantor Raihan.
Deska dengan cekatan menyambut mereka, Deska yang dari awal mengetahui atasannya itu memiliki feel yang lain dengan Kirana, tentu akan bersikap hangat terhadapnya , dan Evan dia juga mengetahui bahwa Evan adalah Sahabat Raihan.
Mereka pun akhirnya tiba di ruangan Raihan.
"haii broo" sapa Evan dan bertos seperti pria sejati dan memang sahabat lama. Raihan tentu menyambut nya dengan senyum mengembang. Kirana yang berdiri dan menyaksikan hal itu hanya melihat mereka dengan ekspresi dingin.
"heeii, kamu melupakan Manager Promosi mu" ucap Raihan yang melirik ke arah Kirana. "ohh, sorry Kii, ayok duduk" ucap Evan seolah dia pemilik ruangan itu. Kirana hanya bisa menarik nafas dalam-dalam menyaksikan sikap dan tindakan ke-dua orang ini.
Dia pun mengikuti ucapan Evan dan duduk.
"bagaimana keadaan mu" ucap Raihan yang mengambil posisi tepat di hadapan Kirana. "seperti anda lihat Pak, sangat baik" ucap Kirana datar tanpa melihat ke arah Raihan, dia berpura pura sibuk dengan dokumen nya. "baiklah apa kita bisa mulai saja pembahasan konsep dan kerja samanya" ucap Kirana tanpa basa basi, sebenarnya dia merasa tak enak, karena seharusnya Evan yang memulai berbicara soal pekerjaan karena dia bos nya, tapi Kirana sungguh, tak ingin berlama-lama bersama Raihan, 'ya siapa suruh mengajak ku, harus nya mengajak bagian Humas karena ini sudah menyangkut penandatanganan kontrak,' batin Kirana. "tentu" sahut Raihan ringan.
Mengenai Konsep dari awal Raihan sudah sangat menyetujui nya, tapi dia sengaja mengulur Kirana, dan di tambah penandatanganan kontrak yang sebenarnya sudah di lakukan ini hanya rencana nya dan tentu bantuan Evan. Sampai akhirnya jam makan siang pun tiba, Kirana dan Evan masih di ruangan Raihan. Handphone Evan berdering dan menghentikan aktivitas Kirana yang menjelaskan ke Raihan. "saya angkat telpon dulu yaa" ucap Evan. Tak beberapa lama Evan pun kembali. "sorry Kii, aku harus kembali kekantor sekarang, ada klien yang mau membatalkan kontrak, mereka sudah bersama pihak Humas dan menunggu ku, tolong kamu selesai kan okee" ucap Evan terburu buru dan meninggalkan Kirana dengan ekspresi bingung nya.
Evan pun pergi tanpa mendapatkan respon dari Kirana.
Suasana sungguh canggung dirasakan oleh Kirana, sedangkan Raihan merasa senang namun tetap terlihat tenang. Setelah diam beberapa saat Kirana akhirnya melanjutkan penjelasannya secara profesional dan dalam waktu 10 menit urusan pekerjaan itu pun akhirnya selesai.
"semua sudah selesai pak Raihan, maka saya akan pergi sekarang" ucap Kirana to the point setelah membereskan dokumen dokumen nya. "kita makan siang dulu" ucap Raihan tenang. Raihan tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Kirana, berbeda dengan Kirana yang seakan tak berani melihat wajah apalagi mata Raihan, dia selalu menghindari kontak mata dengan pria itu.
"tidak perlu repot-repot Pak, atasan saya sudah kembali ke Kantor, tidak baik jika saya masih berada disini" ucap Kirana berusaha tenang dan menunduk.
Raihan diam dan terus menatap tajam Kirana, Dia tak menyangka Kirana benar benar bisa menutupi kegelisahannya dan membalikkan semua ucapan nya.
Merasa tak mendapatkan respon dari Raihan, Kirana meanggap Raihan menyetujui ucapannya, dia pun berdiri "saya permisi pak" ucapnya dan melangkah pergi, namun baru selangkah Raihan menghentikan nya.
"ada apa Kirana, kenapa kau menghindari ku" ucap Raihan akhirnya masih dengan suara yang tenang. "maaf pak, urusan pekerjaan sudah selesai bukan, tidak ada alasan bagi saya tetap berada disini" sahut Kirana menahan rasa geram nya.
"seperti ini kah seorang Manager profesional berhadapan dengan kliennya" ucap Raihan dingin sengaja memancing Kirana. "Apa maksud anda Pak ?" ucap Kirana yang akhirnya mengangkat pandangan nya.
"tidak ada, saya hanya merasa sedari tadi kamu terus menghindari pandangan saya, apakah saya begitu menakutkan" ucap Raihan. Kirana tertegun mendengar ucapan Raihan dan mendapati ekspresi tenang wajah Pria itu. "baik lah saya minta maaf jika menyinggung anda" ucap nya sedikit gugup. "tidak perlu gugup seperti itu Kirana" ucap Raihan yang dapat melihat ekspresi Kirana. Kirana diam dengan perasaannya yang semakin tak karuan mendengar ucapan Raihan.
"atauuu,, adakah yang kau sembunyikan dari ku Kirana?!" lanjut Raihan dengan nada ringan namun penuh penekanan dan keyakinan, dan kini Raihan sudah berdiri tepat di hadapan Kirana. Mendengar ucapan Raihan dan melihat tatapan tajam mata abu abu Raihan, Kirana sangat kaget, dia tersedak salivanya sendiri, begitu sulit untuk bernafas dia seperti seseorang yang rahasia nya sudah terbuka.
Raihan melangkah maju satu langkah ,dan spontan Kirana pun mundur mengikuti langkah kaki Raihan yang terus mendekati nya, hingga akhirnya dia berada tepat di dinding ruangan Raihan posisinya terjepit dia tak bisa lagi mundur kebelakang apalagi maju kedepan. Tatapan tajam Raihan dan ekspresi Raihan benar benar membuat Kirana sedikit khawatir, namun dia sulit mengartikan ekpresi Raihan saat ini.
"sss,ssaa, saya, tidak mengerti ucapan bapak" ucap Kirana yang merasa posisi nya sangat tak nyaman. "saya hanya bertanya , apa kamu menyembunyikan sesuatu dari saya?" ucap Raihan mengulang pertanyaan nya. "saya, tidak tahu apa yang anda bicarakan pak," ucap Kirana dengan memiringkan kepalanya ke samping karena wajah nya tepat berhadapan dengan Raihan.
"saya membicarakan hubungan kita Kirana" ucap Raihan yang tak tahan lagi melihat sikap Kirana yang terus menghindari nya. Mendengar itu Kirana semakin panik dan gugup. Dia diam sejenak mengatur emosinya dan perasaannya. "maaf, hubungan kita sudah berakhir 6 tahun yang lalu" ucap Kirana dingin, setelah mengumpulkan lagi kekuatan dan keberanian nya.
"apa kau yakin hubungan kita sudah berakhir?" ucap Raihan tak kalah dingin. Kirana dan Raihan saling menatap tajam , Raihan melihat setiap inci wajah Kirana, hati nya berdesir, kehangatan mengalir di dalam tubuhnya, namun mengingat Kirana menyembunyikan Rahasia yang begitu besar membuat nya harus menahan diri agar tak mengalah untuk saat ini, itu semua agar Kirana mau mengungkapkan semuanya sendiri.
"iiyaa, yaakinnn,,," ucap nya gugup "bukan kah kamu yang memutuskannya,, pergi begitu saja bahkan sama sekali tak ingin menjawab telpon ku" sahut Kirana yang awalnya ragu, namun mengingat seorang wanita menjawab telpon Raihan menjadi kan nya kembali berani dan semakin dingin.
Mendengar jawaban Kirana di luar perkiraan nya membuat Raihan kaget sehingga membuat nya kehilangan kata kata.
"baik lah, sudah jelas bukan , aku permisi" ucap Kirana dan langsung meninggalkan ruangan Raihan.
Raihan sadar ketika mendengar suara pintu ruangannya tertutup, dan melihat Kirana sudah tak ada disana. Dengan cepat dia menarik gagang pintunya dan mencari keberadaan Kirana, tapi terlambat Kirana sudah masuk kedalam Lift.
Raihan kembali kedalam ruangannya.
"arghhhhhhh, Kirana, kenapa sih kamu begitu keras kepala" gerutu nya seraya menghempas tubuhnya ke Sofa.