Bu Lia lari tergopoh-gopoh beberapa meter dari kami dengan wajah pucat dan napas tersengal-sengal, "Zia! Kamu ... ga boleh ... begini!"
Aku menoleh pada Astro, tapi dia terlihat sama tenangnya seperti beberapa saat lalu. Apakah dia sudah bisa menebak semua kejadian ini?
"Aku mau ngobrol sebentar. Ayo kita ngobrol sebentar." ujar Zia dengan air mata yang terus meleleh di pipinya. Dia memeluk tubuhku lebih kencang.
Aku menatap Bu Lia yang sedang memegangi lengan Zia sekarang. Bu Lia terlihat salah tingkah. Terlihat jelas di tatapan matanya.
"Aku ga bisa ngobrol sama kamu kalau kamu ga diijinin ngobrol sama aku." ujarku pada Zia.
Tiba-tiba Zia menoleh pada Bu Lia dan berteriak, "Ijinin aku ngobrol sama mereka, Bibi! Aku minta ijin!"
Aah, saat di dapur tadi pun Zia memanggil Bu Lia sebagai bibinya. Sepertinya aku salah menduga Zia sebagai anaknya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com