webnovel

Si Pendeta

Alex dan keluarganya akan terbang ke Bali hari ini. Ibunya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, sehingga keluarga yang akan datang ke Bali adalah ayahnya, adik Hendrik, kakak laki-laki Jimmy, istri dan 2 anaknya yang sudah remaja, lalu orangtua Devita, adik perempuannya Vonny, adik lelaki Victor dan pacarnya Rea. Total 15 orang.

Sebenarnya, Devita memiliki kakak perempuan, tetapi dia dan keluarganya, setelah beberapa kali dibujuk memutuskan untuk tidak datang ke Bali, Alex akhirnya hanya meninggalkan mereka tiket. Untuk jika mereka kelak berubah pikiran. Namun jika mereka memang tetap tidak ingin pergi, Alex tidak bisa memaksa mereka. Alex pun belum tentu bisa menjamin keselamatan mereka di Bali.

Di pagi hari ketika semua orang masih sibuk berkemas, Alex pergi ke satu tempat terlebih dahulu. Tempat ini hanya berjarak lima menit dari rumahnya. Alex pergi ke sebuah gereja yang sering ia kunjungi bersama keluarganya sebelum semua kekacauan dimulai.

Namun kedatangannya kali ini membuatnya merasa bingung dan tidak nyaman. Di masa lalunya, ketika bencana datang, banyak orang yang selamat berpaling pada iman mereka, tetapi mereka hanya jatuh dalam keutusasaan, tiap hari semakin menyeramkan, semua seperti neraka di bumi, kematian di mana-mana. Alexpun kehilangan kepercayaannya ketika keluarganya meninggal. Entah bagaimana tempat ini sekarang terasa asing baginya.

Alasan dia datang ke gereja hari ini sebenarnya adalah untuk bertemu dengan salah satu teman terdekatnya, Theo.

Alex sudah mengenal Theo selama hampir 20 tahun, mereka kuliah bersama di Australia. Theo adalah salah satu orang terpintar yang dia kenal. Murid yang selalu juara satu, berhasil mendapat beasiswa sekolah kedokteran dan lulus pada usia 21. Theo kemudian bekerja sebagai peneliti di salah satu perusahaan medis top dunia, tetapi beberapa tahun kemudian ia berhenti, beralih ke keyakinannya dan menjadi seorang pendeta. Dalam kehidupan masa lalunya, Alex sering datang kepadanya untuk berdiskusi banyak tentang segala masalah.

Gereja ini tidak terlalu besar, bisa menampung sekitar 300 orang. Alex masuk ke dalam melewati sekelompok anak muda bernyanyi lagu rohani di salah satu ruangan. Meskipun suasana di tempat ini sangat damai, segala yang ada dalam pikiran Alex hanyalah hari kiamat yang akan datang sebentar lagi.

Saat ini yang ada di dalam benak Alex adalah hal-hal seperti

"Apakah gereja ini akan cukup kokoh untuk menahan serangan mayat hidup?"

"Kira kira berapa banyak dari anak-anak ini yang dapat melewati minggu pertama kiamat?"

Alex terhinti disebuah ruangan kecil di ujung lorong, dia mengetuk dan disambut oleh wajah ramah, Theo si Pendeta. Seorang pria jangkung, tetapi kurus berusia tiga puluhan. Dia saat ini sedang menyeduh teh panas.

"Hai Alex, cobalah salah satu dari cawan ini, ini adalah teh segar dari gunung, ini baik untuk kesehatanmu."

Sebelum Alex dapat menjawab, Theo terus berbicara tentang teh dan banyak hal. Melihat hal iini Alex tersenyum, Alex selalu mengaguminya, Theo adalah tipe orang yang selalu menemukan kebahagiaan dalam segala hal yang dilakukannya. Sudah 10 tahun sejak dia terakhir bertemu dengannya, sedangkan untuk Theo ini hanya minggu lalu, semua terasa agak aneh untuk Alex.

Theo tiba tiba meyadari sesuatu yang aneh dengan temannya ini;

"Ada apa? Kamu tampak berbeda hari ini"

Alex dengan santai mengajukan pertanyaan:

"Theo, apa yang dikatakan kitab suci tentang akhir zaman?"

Alex berpikir jika memang ada sebuah hubungan antara peninggalan peninggalan kuno dunia dengan Pilar Akhir jaman. Mungkin ada sesuatu yang juga tertulis dalam Alkitab.

"Tolong versi singkatnya saja.", Alex menambahkan.

Theo menggerutu, dia sudah terpikir sederet pasal dalam kitab suci

"Ada beberapa versi dari denominasi yang berbeda, tetapi singkatnya sebagian besar setuju bahwa Hari Penghakiman, seperti yang kita sebut orang Kristen, adalah hari kedatangan Tuhan yang kedua, semua orang akan dihakimi, beberapa orang akan mendapat hukuman, dan beberapa akan menjadi umat pilihan. "

Alex mencoba menginagt apa yang dia alami pada kehidupan masa lalunya, dia bertanya-tanya di antara orang-orang yang meninggal karena wabah atau mereka yang selamat dari wabah tapi mati karena monster, yang manakah yang mendapat hukuman, dan yang manakah yang terpilih.

"Lelucon yang sangat lucu .. dia berpikir dalam benaknya" ... Dia kemudian bertanya lagi, "Apakah Kitab Suci mengisyaratkan kapan Hari Penghakiman ini akan terjadi?"

"Kitab Suci mengatakan bahwa tidak seorang pun di dunia akan tahu kapan itu akan datang, Hari Penghakiman akan datang seperti pencuri di malam hari, tak terduga."

Alex tersenyum diam-diam di benaknya saat dia tertawa:

"Aku tahu persis kapan hari kiamat akan datang, ...dalam 26 hari!"

Alex menghentikan diskusi, biasanya dia bisa berdebat dengannya selama berjam-jam, tetapi karena dia tidak memiliki waktu banyak, Alex memberikan sesuatu kepada Theo, sebuah tiket ke pulau Bali tertanggal beberapa hari sebelum akhir bulan. Alex memaksanya untuk datang, dia bahkan berjanji akan melakukan pekerjaan amal untuk gereja jika Theo datang.

Hal terkahir sudah Alex lakukan. Alex kemudian membawa keluarga ke Bandara untuk terbang ke Bali, di pesawat ia memikirkan kembali apa yang dikatakan Theo. Dia kemudian mengingat sesuatu.

"Tapi, siapa sosok kabur abu-abu yang selama masa transisi berbicara kepadaku , apakah mungkin Tuhan?"

.

.

.

Naaahh ...

Bab berikutnya