webnovel

RUTE YAMI PERTAMA: JIMAT

"Hmm… ah, biarlah. Kurasa itu tidak penting."

Aku langsung tiduran di atas ranjang, menyerah untuk meningat apa yang kulupakan. Kalau pun ternyata itu penting, nanti juga bakal ingat. Yah, kalau tidak salah apa yang penting adalah PR musim panas. Tapi, aku sudah mengerjakan semuanya berkat bantuan Yami dan Avira. Walau sedikit menyakitkan meminta bantuan dari mereka, apalagi mereka perempuan, tapi tidak ada pilihan lain.

Oh iya, aku jadi kepikiran. Apakah mereka berdua punya laki-laki yang disukai, ya? Pasti orang itu sangat beruntung karena disukai mereka. Kalau dipikir, Avira itu tipe gadis ceroboh jadi cocok dengan laki-laki yang bisa diandalkan. Sedangkan Yami, dia kan tipe gadis yang ceria jadi kurasa cocoknya dengan laki-laki yang cool.

Argghhh…

Entah kenapa setelah memikirkan itu, hatiku merasa sakit. Apa mungkin ini tandanya aku tidak rela mereka mencintai laki-laki lain, kecuali kepadaku? Yah, mungkin itu bisa saja. Lagipula, siapa sih yang tidak mau dicintai oleh gadis cantik seperti mereka.

Avira. Dia memang gadis yang ceroboh, bahkan kaku juga. Berkat sifatnya itu, terkadang ada saja kejadian sial menimpanya. Bahkan, aku jadi korban kesialannya. Salah satunya aku harus menikmati makanan yang rasanya tidak sesuai dengan jenis makanan itu. Tapi, walau begitu dia gadis yang sangat perhatian dan baik hati.

Yami. Dia gadis yang periang, suka mencairkan suasana, friendly, dan baik. Walau begitu, dia kadang suka menggoda dan menjahiliku. Aku kadang dibuat malu setengah mati karena kejahilannya. Tapi, kurasa itu bukanlah masalah yang besar.

Pasti aku beruntung kalau sampai disukai oleh mereka berdua. Aku akan jadi laki-laki yang beruntung di dunia. Terus, kalau itu benar, pasti nanti akan ada kisah drama cinta segitiga. Pasti sangat menyenangkan.

Tapi, itu kalau terjadi dalam dunia cerita. Kalau sampai terjadi beneran, aku tidak ingin itu terjadi. Aku tidak mau mereka sampai bertengkar untuk memperebutkan aku, bahkan sampai bermusuhan. Namun, bukan berarti aku tidak ingin disukai mereka. Aku hanya ingin disukai oleh salah satu dari mereka. Tepatnya oleh yang aku sukai juga.

###

(Flashback)

Aku berjalan melihat stan-stan yang ada. Banyak yang kutemui adalah stan makanan atau minuman, banyak sekali variasinya. Ada yang menandakan khas Jepang seperti takoyaki, okonomiyaki, dan lainnya. Ada juga yang khas luar seperti pizza, burger, dan lainnya.

Walau begitu, stan yang sekarang aku dekati bukanlah stan makanan ataupun minuman, melainkan stan permainan. Bukan permainannya yang menarik perhatianku, tapi karena ada dua gadis yang kukenal berdiri di depan stan itu. Mereka adalah Yami dan Avira.

Yami memakai yukata berwarna kuning tua bagian bawahnya pendek dan ada hiasan kepala berupa bunga di kepalanya. Begitu juga dengan Avira, hanya saja bagian bawahnya panjang dan letak hiasan kepala di sisi berlawanan dengan Yami, yaitu di kiri. Melihat mereka, rasanya seolah mereka kembar karena terlihat sangat serasi sekali.

"Yo, Avira, Yami," sapaku.

"Ah, selamat malam, Kiki-kun," balas Avira sambil sedikit membungkukkan badan.

"Yaho~" balas Yami sambil melambaikan tangan.

"Kalian sedang apa?"

"Kami sedang mencoba permainan ini," balas Yami. "Aku ingin sekali mendapatkan hadiah utamanya, yaitu jimat keberuntungan!"

"Aku juga," balas Avira.

Aku pun melihat jenis permainan yang mereka mainkan. Entah apa namanya, tapi permainan ini mengharuskan kita untuk memutar kotak besar yang ada satu lubang. Aku sering melihat jenis permainan ini di anime. Nantinya kita harus memutar kotak itu dengan tuas putar sampai bola emas keluar dari kotak itu, dengan beberapa kali memutar. Selain bola emas, kurasa ada beberapa bola bertulisan angka yang nantinya sebagai pemilih list hadiah yang didapatkan.

"Kalau begitu, aku ingin mencobanya."

Setelah membayar, aku langsung memutar tuasnya. Paman penjaga stan memberiku kesempatan sepuluh kali putaran untuk mengeluarkan bola yang ada di dalam. Kuharap aku mendapatkan bola emas atau bola yang menandakan hadiah utama.

Terus, kalau aku dapat mau diapakan hadiah itu?

Yah, aku kan memainkan ini karena terbawa suasana mereka berdua. Agak malu kalau hanya menghampiri mereka saja, jadi aku ingin main begitu saja. Dilihat dari daftar hadiahnya, selain hadiah utama, semuanya aksesoris jadi aku tidak terlalu tertarik. Kalau begitu hadiahnya diberi saja kepada mereka. Kurasa mereka mau-mau saja diberi aksesoris seperti itu, berarti aku harus memainkan ini dua kali.

Terus kalau aku kebetulan mendapatkan hadiah utama, bagaimana? Aku tidak enak kalau memberikan hadiah ke salah satu dari mereka. Kalau begitu aku tinggal mendapatkannya lagi. Tapi, tidak ada jaminan aku akan mendapatkan hadiah utama lagi. Selain itu, belum tentu juga aku mendapatkan hadiah utama di kesempatan pertama ini.

"Selamat, Anda mendapatkan hadiah utamanya!" teriak tiba-tiba paman penjaga stan. "Nah, ini dia gantungan keberuntungamu!" lanjutnya sambil menyodorkan sebuah kantong kecil yang ada pengait untuk digantung kepadaku dan dua lonceng kecil sebagai hiasannya.

(Ah, ternyata aku mendapatkannya,) gumamku kaget dalam hati.

"Waaah, kau hebat sekali, Kiki!" puji Yami.

"Kau benar-benar sangat beruntung, Kiki-kun," sambung Avira.

Aku hanya menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal sambil tertawa kecil karena malu mendapatkan pujian mereka.

Karena aku mendapatkan di percobaan pertama, maka ada kemungkinan di kesempatan kedua aku bisa mendapatkannya. Berarti aku hanya harus bermain lagi dan mendapatkan jimat keberuntungan ini agar bisa diberikan kepada mereka.

"Hei, kalian!"

Mendengar panggilan itu, kami langsung berbalik melihat orangnya, yaitu Gadis-chan. Dia berjalan menghampiri kami.

"Kembang apinya sudah mau dimulai. Semuanya sudah menunggu," terang Gadis-chan.

"Kalau begitu, ayo kita pergi, Avira!" ujar Yami.

"Hm. Ayo, Kiki-kun."

"Ah, i-iya."

Kami pun pergi menuju tempat yang sudah ditempati untuk menonton kembang api bersama. Sehingga rencanaku untuk mendapatkan jimat keberuntungan satu lagi tidak bisa dilakukan, membuatku hanya memegang satu jimat.

(Flashback End)

###

Seperti yang kuketahui di anime, setelah liburan musim panas maka sekolah akan mengadakan festival perayaan. Akan ada banyak sekali stan-stan yang menjual makanan, minuman, atau bahkan hanya stan jenis permainan. Selain itu, semua kelas dan klub yang ikut berpartisipasi akan mengadakan sesuatu untuk memeriahkan festival. Misalnya mendirikan café, pentas drama dalam kelas, dan lainnya.

Lalu, kelasku akan mengadakan rumah hantu. Aku mendapatkan tugas menjadi pengurus dekorasinya. Jadi, hari ini dari pagi sampai malam atau terserah ketua seksi dekorasi, aku akan disibukkan untuk membuat hal-hal untuk dekorasi rumah hantu.

"Rifki, gunting kardus ini sesuai pola yang aku buat!" perintah laki-laki berseragam yang sama denganku sambil menyodorkan kardus tipis kepadaku.

Aku pun mengambil kardus tipis itu dan melakukan apa yang dia perintahkan. Setelah selesai, aku memberikannya ke laki-laki yang ada di sebelahku dan kembali menggunting sesuai pola yang laki-laki sebelumnya membuat pola. Terus begitu sampai seperlunya.

Setelah beberapa menit, akhirnya pekerjaanku selesai. Pekerjaan dua laki-laki yang membantuku juga ikut selesai dan mereka langsung pergi untuk mencari pekerjaan lagi. Tentu aku juga ikut mencari pekerjaan apa yang bisa aku lakukan. Namun, setelah bertanya kepada semuanya, belum ada pekerjaan yang bisa aku kerjakan.

Aku memutuskan pergi keluar untuk membeli minuman dan cemilan, karena waktu dilihat sudah cukup lama berlalu dan aku merasa sedikit lapar. Aku berdiri di tengah-tengah ruangan agar bisa menjadi perhatian semuanya.

"Teman-teman, aku ingin keluar untuk membeli makanan dan minuman. Apakah ada yang mau pesan?" tanyaku dengan sedikit keras agar bisa terdengar oleh semuanya.

Semuanya, tepatnya sebagian besar langsung berhenti melakukan pekerjaan dan melihat ke arahku. Beberapa di antara mereka ada yang mengacungkan tangan.

"Aku pesan onigiri, dua!"

"Aku jus jeruk kaleng di mesin dekat kantin!"

"Aku roti coklat dan air botol!"

Dan banyak lagi yang memesan. Kira-kira semua orang yang ada di ruangan memesan makanan dan minuman, jadi aku memutuskan untuk mencatat semuanya agar tidak lupa. Setelah meminta uang dan menuliskan pesanan, aku langsung keluar. Tapi langkahku terhenti karena Avira memanggilku.

"A-Aku akan membantumu membawakan pesanannya, Kiki-kun," ucap Avira sudah berdiri di dekatku.

Walau pesanannya banyak, kurasa aku masih bisa membawanya sendiri karena ukuran pesanan kebanyakan kecil-kecil dan berkemasan sehingga tidak akan mudah rusak, walau akan pegal tangan nantinya. Perkiraan bisa dibawa dalam kantong plastik besar. Tapi karena Avira ingin membantu, aku menerima saja tawarannya itu.

"Terima kasih, Avira."

Kami pun keluar dari ruang kelas menuju ke kantin atau mesin minuman di sekitar sekolah. Untung saja mereka tidak memesan makanan atau minuman yang ada di luar sekolah, jadinya kami tidak cape karena mencari toko yang menyediakan makanan dan minuman sesuai pesanan. Apalagi mengingat pesanan mereka banyak, pasti kami gampang kelelahan.

Oh iya, Avira sebenarnya mendapatkan peran menjadi hantunya, tapi karena merasa tidak enak tidak membantu jadinya dia ikut membantu dalam membuat dekorasi. Begitu juga dengan Toshiko-san, dia akan menjadi hantu. Kalau Yami menjadi bagian promosi, dia akan pergi keliling sambil mempromosikan rumah hantu kelas kami dengan kostum hantu.

Sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju kantin. Tidak ada pembicaraan yang kami lakukan, hanya diam berjalan menuju tujuan. Tentu hal ini sedikit membuatku tidak enak. Rasanya seolah kami tidak dekat, padahal kami sudah cukup lama mengenal dan sering saling bicara di selang-selang waktu sekolah maupun di luar sekolah.

"Ngomong-ngomong, Avira. Di mana Yami? Aku tidak melihatnya di kelas," tanyaku untuk mencairkan suasana.

"Dia pergi ke ruang klub kaligrafi untuk meminta bantuan membuat tulisan promosi di papan yang nantinya dia gunakan," jawab Avira.

"Kalau Toshiko-san?"

"Aku tidak tahu… mungkin dia pergi ke tempat yang sepi agar membaca bukunya tidak terganggu."

"Oh iya, apakah kau sudah melakukan pengukuran kostum hantunya?"

"Belum, Yagi-chan bilang pengukurannya dilakukan nanti siang."

"Kalau boleh tahu, kau akan berperan menjadi hantu apa?"

"Sadako."

"Ohh, memang sesuai karena rambutmu panjang. Ngomong-ngomong, kenapa kau ingin menjadi peran hantu?"

"Se-Sebenarnya aku tidak ingin berperan menjadi hantu… Aku inginnya menjadi yang membantu dekorasi, tapi karena aku malah menulis namaku di data yang ingin menjadi hantu jadinya aku dapat peran hantu…" jawab Avira dengan murung dan mungkin bercampur malu, karena pipinya sedikit merah.

Dia benar-benar ceroboh, dan bisa dibilang kurang beruntung juga. Kalau saja sistem pemilihan hantu berjalan, Avira mungkin tidak akan terpilih menjadi hantu karena tidak menyukai peran itu dan akhirnya tidak menghayati. Tapi, karena ternyata yang daftar menjadi hantu pas-passan, jadi sistem itu tidak jadi diadakan.

Akhirnya kami pun sampai di depan kantin. Hendak aku ingin melangkah masuk, tiba-tiba Avira memanggilku. Jadi, aku harus berhenti dan memperhatikan Avira menyampaikan yang ingin disampaikan.

"Kiki-kun, bagaimana kalau aku saja yang membeli semua daftar yang ada di kantin. Sedangkan kau pergi beli minuman yang ada di mesin minuman," saran Avira. "Supaya mempersingkat waktu dan tidak membuat mereka lama menunggu."

Benar juga, bagus juga ide Avira. Letak mesin minuman yang menyediakan yang sesuai pesanan berada di titik yang berbeda-beda. Di sini yang aku ketahui, alasan mengisi mesin minuman dengan jenis minuman yang berbeda-beda antara satu mesin dengan yang lain supaya persedian jenis minuman kaleng atau botol tersedia sehingga tidak membuat harus beli di luar sekolah. Berkat itu juga, aku pasti akan memakan waktu untuk membeli minuman yang satu sama lain jaraknya cukup berjauhan.

Aku pun mengeluarkan buku tulis kecil yang selalu kubawa di saku celana, lalu menulis pesanan apa saja yang ada di kantin yang harus dibeli. Setelah itu, aku menyerahkan sobekan catatan pesanan dan setengah jumlah uang semuanya.

"Kalau kurang, tolong bayarkan dulu dengan uangmu," ucapku. "Kita kumpul di sini setelah selesai membeli semua pesanannya."

Avira mengangguk mengerti, lalu pergi ke dalam kantin. Setelah melihat Avira memasuki kantin, aku langsung berbalik dan pergi menuju berbagai mesin minuman di berbagai titik sekolah ini. Kurasa ini akan memakan banyak waktu dan tenaga, tapi berkat ini mungkin makanan yang kumakan nantinya akan terasa lebih nikmat dan minuman yang kuminum akan lebih segar.

***

Sekitar kurang lebih sejam, aku baru selesai membeli semua minuman sesuai pesanan. Untungnya tidak ada batas waktu, jadi aku tidak perlu lari-lari sehingga sangat kelelahan dan akhirnya dimarahi oleh mereka karena terlambat. Tapi kurasa mereka bisa memaklumi kalau pesanan mereka baru bisa datang setelah berjam-jam menunggu, mengingat banyak sekali pesanan dan di berbagai titik tempat untuk membelinya. Dengan syarat kalau yang dibeli sesuai pesanan.

Namun, sayangnya, aku dihadapi oleh situasi tidak terpenuhinya syarat itu. Karena beberapa makanan dan minuman yang dibeli oleh Avira ternyata tidak sesuai yang kutulis, dengan alasan yang terbilang kecerobohan dan kurangnya keberuntungan dia. Memang tidak semuanya, ada beberapa yang berhasil, tapi tetap saja akan menjadi masalah.

Menurut cerita Avira. Setelah dia membeli onigiri isi tuna pedas, tanpa sengaja dia jatuh sehingga onigirinya jatuh dan berakhir terinjak oleh orang yang kebetulan lewat. Ingin beli lagi, tapi sudah habis. Selanjutnya, dia salah membawa minuman yang dipesan karena ingin cepat sebelum terbentuk antrian yang panjang. Ingin beli lagi, tapi sudah diborong. Beserta beberapa cerita yang mengandung kecerobohan dan kesialan Avira.

"Ma-Maafkan aku…" ucap Avira dengan nada sedih dan kepala tertunduk sangat dalam. "Pa-Padahal aku ingin membantumu, tapi malah menyusahkanmu…"

Mungkin kalau Avira sedang menghadapi boss karena mendapatkan laporan kesalahannya, maka dipastikan Avira akan terkena marah. Tapi, sekarang dia menghadapiku yang tidak mengalami banyak pengalaman memarahi seseorang walau mengetahui orang itu salah. Apalagi melihat kondisi Avira yang ada di hadapanku, membuatku semakin tidak mungkin akan marah.

"Sudahlah, jangan merasa bersalah begitu. Kau tidak menyusahkanku, malah sangat membantuku karena dengan sendirinya menawarkan diri membantu dan memberikan ide agar bisa membeli pesanan dengan cepat. Lagipula kejadian seperti itu bukanlah karena salahmu, tapi hanya kebetulan saja persediannya sudah habis."

"Tapi nanti kau akan kena marah karena ada pesanan yang tidak ada… Lagipula, seharusnya pesanannya ada, kalau aku tidak ceroboh…"

"Kurasa kalau dijelaskan situasinya mereka akan mengerti. Paling-paling nanti mereka mengganti pesanan dan aku tinggal membelinya."

"Ka-Kalau begitu, aku akan membantumu lagi!"

"Terima kasih, Avira."

Kami pun kembali ke kelas untuk memberikan makanan dan minuman pesanan semuanya. Seperti yang sebelumnya direncanakan, aku menceritakan situasi kepada teman-teman yang tidak mendapatkan pesanannya dengan ditemani Avira. Mereka tidak memarahi kami, dan meminta untuk dibelikan makanan atau minuman yang lain.

Kami kembali lagi menuju kantin. Kali ini aku akan pastikan agar tidak terjadi kesalahan lagi, supaya Avira tidak bersedih dan merasa bersalah. Kuharap kecerobohannya tidak kumat dan kesialannya tidak aktif saat bersama denganku nantinya. Tapi, aku kan bukan orang yang bisa memberikan keberuntungan kepada orang seperti Dewa.

Oh iya, aku jadi teringat dengan jimat keberuntungan yang didapatkan saat festival musim panas. Aku memang tidak terlalu yakin dengan sesuatu yang sejenis jimat, tapi kurasa dengan memberikannya kepada Avira bisa membuatnya menjadi yakin akan keberuntungannya selalu muncul sehingga tidak membuatnya ceroboh. Dari yang aku alami, kebanyakan kecerobohannya terjadi karena rasa gugupnya.

"Avira, bisa kau tunggu di sini? Aku harus kembali untuk mengambil sesuatu."

Avira memberikan anggukan sebagai tanda mengikuti keinginanku. Untungnya kami belum jauh dari kelas, jadi Avira tidak akan lama menunggu. Langsung saja aku kembali untuk mengambil jimat itu di dalam tas.

Setelah membawanya, aku langsung berlari ke tempat Avira menunggu. Sesampainya di sana, aku langsung menyodorkan jimat itu ke Avira dengan napas yang sedikit terengah-engah.

"I-Ini… untukmu."

"EEEHHHHH!"

Bab berikutnya