webnovel

Begitulah Cara Kazuto Kirimasu Menghabiskan Waktu Liburannya VII

Mereka berdua bertukar beberapa patah kata dan berangkat menuju ke toko bersama. Setelah aku selesai melihat mereka menghilang ke kejauhan, aku sekali lagi mulai berjalan pergi menuju Plena Makuhari.

Untuk sejenak, aku menggerakkan kakiku tanpa berpikir, hampir seperti sebuah robot.

…Begitu ya. Jadi Ayudia ada aktivitas klub. Itu masuk akal bahwa dia akan memiliki teman yang terlibat di dalam klub juga. Benar. Ini musim panas, jadi tentu saja dia akan ada aktivitas klub. Apa mampir ke suatu tempat sewaktu dia pulang itu biasa baginya? Pasti. Itu masuk akal bahwa dia akan memiliki teman di antara rekan-rekan tenisnya dan itu masuk akal bahwa dia akan tersenyum pada mereka.

Aku heran persisnya kapan aku mulai berpikir bahwa dia hanya akrab denganku. Sewaktu SD dan SMP, orang-orang yang berbicara padaku akrab dengan semua orang dan memiliki teman yang berlimpah… meskipun aku berpikir mereka adalah temanku, mereka tidak akan berpikir serupa dan meskipun mereka itu teman baikku, aku tidak akan menjadi teman baik mereka – hal semacam itu terjadi sepanjang waktu.

Sial, aku sedang bergetar dengan begitu hebatnya sampai kakiku berubah menjadi jeli. Aku mungkin akan terasa enak jika kamu menambahkan penyedap.

Entah bagaimana, aku berhasil berjalan sampai ke tangga eskalator, dimana aku tumbang pada pegangan tangganya. Meski aku sedang linglung, tangga eskalator itu membawaku naik secara otomatis.

Aku sedang menuju ke atas ketika itu terjadi. Aku menemukan wajah yang familiar pada tangga eskalator yang menuju ke bawah.

Hanya ada satu orang yang kukenal yang cukup tolol untuk mengenakan sebuah mantel pada pertengahan musim panas. Pada saat ini, aku lebih memilih berpura-pura aku tidak mengenalnya.

Dua orang bersama Yato itu adalah yang disebut-sebutnya rekan bermain game, yang entah bagaimana dia sedang membuat percakapan yang akrab dengan mereka. Ini adalah kutipan dari percakapan mereka:

"Arcana Peluang." (Terjemahan: Mau main game "Arcana" di arcade?)

"Affirmatif." (Terjemahan: Tentu.)

"Peluang." (Terjemahan: Sama.)

"As Peluang." (Terjemahan: Bagaimana kalau kita pergi ke arcade "As"?)

"Pengorbanan." (Terjemahan: As begitu jauh jadi tidak.)

"Admiral Letih." (Terjemahan: Aku lelah jadi itu akan begitu melelahkan.)

"Sampah." (Terjemahan: Kalian tidak ada dedikasi.)

"Pengorbanan Total." (Terjemahan: Lepaskan sajalah.)

"Pengorbanan Peluang." (<- Aku tidak paham apa yang sedang mereka bicarakan.)

Aku berhenti memperhatikan mereka. Kelihatannya mereka sedang berbincang dengan sebuah bahasa yang hanya dimengerti mereka. Aku gagal memahami untuk apa berbicara dengan hanya kata-kata kunci. Mereka terlampau mengandalkan ambiguitas bahasa Indonesia.

Itu akan buruk bagi mereka jika aku menghancurkan kesenangan mereka, dan ditambah lagi aku berpikir itu juga akan buruk bagiku jika orang-orang berpikir aku berteman dengan mereka, jadi aku berpura-pura untuk tidak menyadari keberadaan Yato. Tapi persis pada saat kami berpapasan dengan satu sama lain, mata tajam Yato jatuh padaku, dan kami saling bertatap mata untuk sejenak.

"Oh?"

"…haaaaah."

Persis saat dia menuturkan sesuatu, aku tanpa membuang-buang waktu memalingkan wajahku dan menguap ke atas langit-langit. Itu adalah cara bertele-tele untuk mengatakan, "Aku sedang menguap sekarang ini jadi aku tidak menyadari keberadaanmu." Jurus menghindari interaksi ini adalah keahlianku.

Tentu saja, eskalator itu tidak akan berhenti untuk siapapun. Dengan satu gerakan cepat, jarak antara Yato dan aku menjauh, dan hanya dengan begitu saja adegan itu berakhir.

-Bersambung-

Bab berikutnya