webnovel

CHAPTER 26 : INGKAR JANJI

Lima jam sebelumnya....

"baiklah rapat dimulai"

"Noah… jelaskan situasinya!"

"sesuai riset yang dilakukan, kelas A sampai saat ini telah unggul dibandingkan kelas lain. Peserta kita tak ada satu pun yang gugur, dan kita juga tak menggunakan poin sama sekali. Itu artinya sudah dipastikan seratus poin telah kita dapatkan. Untuk kelas lain yang mendapat seratus poin adalah kelas C, sedangkan kelas B dan D diduga telah menggunakan poin .

Meskipun kelas D telah menggunakan poin , saya rasa mereka bukanlah ancaman bagi kita untuk mendapatkan lencana kelinci. Kurasa mereka menggunakan poin tersebut hanya untuk bertahan hidup. Menurut mata-mata kita, kelas D menukar poin dengan jaket, alat mendaki, dan obat-obatan—sebatas itu saja.

Menurut saya kelas B, merupakan ancaman terbesar kita. Mereka menukar poin dengan walkie-talkie ini sangat membantu mereka dalam hal pertukaran informasi. Selain itu, masih belum diketahui apa saja yang akan mereka gunakan dengan sebagian poin itu, yang jelas kelas B mempunyai keinginan besar untuk mendapatkan lencana kelinci"

"lalu bagaimana dengan kelas C?"

"seperti yang kita ketahui dari pembicaraan tadi, kelas C telah sepakat untuk mengincar posisi aman dengan mempertahankan seratus poin , dan mengiharukan hadiah utama pada ujian kali ini"

"jadi begitu… lantas siapa yang akan mengambil lencana itu besok pagi?"

"dengan segala hormat biar saya yang mengambil tugas itu"

"kaukah Steve? Hmm… baiklah aku tak keberatan"

Steve adalah atlet lari maraton sejak di sekolah dasar. Kemampuan dan staminannya dalam berlari tak diragukan lagi. Bahkan dia adalah orang yang masuk ke Singhasari High School melalui jalur prestasi, dia adalah orang yang spesial. Saat orang lain berlomba-lomba untuk mengerjakan tes—dia adalah orang khusus yang diundang oleh pihak sekolah tanpa jalur tes. Oleh karena itu dia sangat percaya diri untuk menjalankan tugas ini.

Steve adalah orang yang berkomitemen, dan konsisten. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan bersih—ketua sangat menyukainya. Keluar dari ruang rapat, Steve mengeluarkan kuncir rambutnya.

'NO MISTAKE'

Steve langsung menuju puncak tower, dia takkan memberikan celah kepada satu lawan pun. Steve memastikan siapa saja yang menjadi lawan tandingnya, memantau keadaan—bahkan sebelum pertandingan dimulai.

Saat murid yang lain tidur terlelap, Steve berjaga semalaman di puncak tower demi mendapatkan lencana kelinci. Ini menunjukkan betapa gigihnya seorang Steve, dengan datang lebih awal, dia dapat memperkirakan jumlah lawan yang harus dihadapi.

Setengah jam sebelum pukul lima pagi, orang-orang mulai berdatangan. Sepasang kekasih datang untuk bermesaraan di puncak tower. Steve adalah orang yang teguh, ia takkan terganggu dengan kecanggungan tersebut.

Sepasang kekasih itu memang tak tau diri, menikmati sunrise dengan berpelukan di sini memang moment yang tepat. Sayangnya matanya tak bisa memandang lebih lama kemesraan itu, lalu Steve memalingkan wajahnya ke sudut lain.

Kemudian datang lagi dua orang temannya dari kelas A, memastikan keadaan Steve. Lalu mereka mengambil tempat duduk.

Dari pintu masuk, terdengar suara gadis yang sedang tertawa. Yaa.. begitulah gadis-gadis memang tak tau tempat, dimana pun mereka berada pasti akan menggosip.

Di belakang dua orang gadis itu, ada empat orang anak laki-laki yang juga bercanda gurau. Salah satu dari mereka mengeluarkan kartu, dari saku nya. Sempat terjadi perselisihan antara gadis dengan para lelaki.

Sudah jelas mereka dari kelas B, mereka adalah musuh yang harus dihadapi. Enam orang yaa… bukan perkara yang sulit. Selain itu, sepasang kekasih itu apa dia juga akan menjadi lawan?

Tepat pukul lima pagi… pertandingan dimulai. Ayoo siapa yang akan bergerak terlebih dahulu? Ternyata masih ada satu peserta lagi, seorang gadis datang dari pintu masuk. Apa dia lawan? Atau hanya sekedar menonton? Bukannya kelas C, tidak menginginkan lencana kelinci—lantas apa maksudnya ini? Sepertinya keadaan mulai berubah, Steve mulai mengambil tindakan.

Steve menduga siapa saja yang berani mengambil lencana di podium akan terkena smash. Statusnya akan langsung ditetapkan menjadi hewan buruan, siapa yang berani mengambil resiko itu? seseorang harus mengambilnya—jika tidak permainan ini takkan pernah dimulai.

Steve mengawalinya dengan cepat, ia seorang diri. Dua orang rekannya menjaga di pintu masuk untuk mengendalikan situasi. Kemenangan kelas A tergantung dengan Steve, jika Steve bisa melewati orang-orang yang menghadangnya kemenangan sudah dipastikan. Siapa yang mendapatkan lencana pertama dialah yang keluar menjadi pemenang.

Ia berlari dengan cepat menuju podium, seketika orang-orang yang sibuk dengan kegiatan mereka langsung membeku. Semua mata memandangi Steve, ia tak memedulikan semua itu—tetap fokus pada tujuannya.

Selangkah lagi Steve mendapatkan lencana di podium, sebuah kursi menghantam dirinya. Dengan kecepatan seperti ini mustahil untuk menghindarinya… jika memaksa tubuh bisa terpental. Terpaksa Steve berhenti lari, menangkis kursi melayang dengan tangan kosong.

Serangan kedua dilancarkan, kali ini seorang perempuan memukulnya hingga terkapar ke paving. Perempuan itu berhasil memegang lencana kelinci, ketahanan dan ketangkasan Steve tak bisa diaggap remeh. Sekuat tenaga ia membalas pukulan gadis itu seratus kali lipat lebih sakit—mengenai tulang rusuknya.

Kini Steve membalikkan keadaan, menjadi pemegang lencana. Perasaaannya mengatakan ia harus kabur sekarang. Tak semudah itu…

Orang-orang mulai mengitarinya, cukup sulit untuk keluar dari situasi ini. Steve akan dikeroyok oleh peserta yang lain. Melirik ke kiri dan ke kanan, mencari celah, Steve masih ragu dengan seorang perempuan yang duduk di seberang, apakah dia hanya menonton atau hendak merebut lencana darinya.

Seorang pria mengajukan penyerangan, Steve beberapa kali berhasil menghindari pukulan bertubi-tubi. Pria lainnya memukul dari belakang, mengenai pungggung Steve. Kemudian Steve meloncat, berdiri di atas kepala pria botak melemparkan kuncir rambut sebagai pengalihan.

Semuanya mengira itu adalah lencana yang ia pegang. Sesaat itu ia gunakan untuk kabur, meloncati lingkaran yang mengerumuninya. Berlari menuju rekannya di balik pintu, sekarang tinggal satu perempuan yang melihat dirinya. Steve masih tegang dan siap menerima serangan—tapi perempuan itu tak merespon sama sekali, sepertinya dia memang hanya melihat saja.

Orang-orang yang terkecoh mulai mengejar Steve si pembawa lencana. Begitu melewati pintu, rekan-rekan Steve melemparkan kerikil di lantai untuk menghambat pergerakan lawan. Satu-dua orang terjatuh akibat kerikil yang berserakan, beberapa lainnya masih berusaha mengejar.

Dua orang rekan Steve mencoba menghadang sisa musuh, yang bisa dilakukan Steve hanyalah lari menuju lokasi yang ditentukan. Tujuannya bukanlah keluar dari tower, melainkan suatu tempat yang lain. Keluar dari tower hanya akan menjadi sasaran empuk bagi kelas lain yang sudah menunggu di luar.

Ketua sudah menduga setiap bangunan kuno memiliki ruang rahasia, kelas A telah menemukan jalan lain keluar dari tower yaitu lorong bawah tanah. Strategi yang digunakan kelas A adalah estafet dengan memanfaatkan banyaknya jumlah siswa yang tidak dimiliki oleh kelas lain.

Steve harus berlari ke ruang bawah tanah tanpa diketahui siapapun, sedangkan ketua dan yang lain mengelabuhi kelas lain dengan melalui pintu keluar utama. Ruang bawah tanah ini hanya diketahui oleh kelas A, mau tidak mau kelas lain harus mengira bahwa ketua yang membawa lencana.

Sayangnya pintu lorong bawah tanah memiliki arah yang berlawanan dengan pintu keluar utama, sehingga Steve harus memutar—tapi itu bukanlah kendala baginya dengan stamina dan kecepatan yang ia miliki, Steve yakin bisa sampai di checkpoin keempat dengan tepat waktu.

Langkah kakinya telah menuruni anak tangga ke-limaratus, kini ia sudah berada di depan ruang bawah tanah. Sebelum memasuki ruang itu rekan-rekannya telah memastikan tak ada yang memata-matai. Jumlah siswa kelas A yang lebih banyak dibanding kelas lain dalam ujian ini merupakan sebuah keuntungan bagi kelas A sebab mereka bisa menempatkan anak di setiap lantai untuk menghambat lawan.

Setelah Steve memasuki ruang bawah tanah, sesuai rencana seluruh murid serta ketua kelas A menuju garis finish melalui jalan keluar utama. Kelas A keluar dari gerbang tower layaknya rombongan kerajaan. Setengah dari mereka pergi terlebih dahulu menuju checkpoin keempat, menempati posisi masing-masing.

Kekuatan kelas A telah berkurang setengah, tepat setelah terbaginya kelompok mereka. Pasukan kelas B datang menyerang rombongan ketua kelas A, tentu saja kelas A sudah memperkirakan hal ini—mereka menyambut tamu dengan senang hati.

Jumlah yang seimbang meyakinkan anak kelas B untuk melakukan penyerangan. Pertarungan telah dimulai, siapa yang berhasil memukul telak lawan dan menekan tombol menyerah di tangan lawan dialah pemenangnya. Saat itu juga pihak yang kalah akan kehilangan sepuluh poin per orang. Ini adalah resiko yang ditanggung bagi para petarung, oleh karena itu kelas C tidak mengikuti pertarungan ini dan lebih memilih mengamankan poin .

Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, semuanya dipertaruhkan di sini. Satu sama lain menyerang, kecepatan tangan mulai bermain—beberapa kuncian dilakukan untuk melumpuhkan lawan. Begitu terkunci takkan ada kesempatan untuk lari, seketika tombol darurat ditekan dan semuanya berakhir. Sebelum menyergap… kelas B telah membagi kelompok yang beranggotakan murid atletis dan ahli bela diri. Oleh sebab itu, mereka mendominasi dalam permainan ini.

Ketua kelas A yang mulai terdesak akibat beberapa anggotanya berhasil dilumpuhkan melarikan diri dari arena, hal ini dia lakukan bukan sebagai pengecut melainkan untuk mengelabuhi musuh supaya tetap berpikiran bahwa ketua kelas A yang membawa lencana kelinci. Pengorbanan memang harus dilakukan untuk mencapai kemenangan—itulah yang ia pikirkan. Kehilangan sebagian poin untuk mendapatkan lencana kelinci adalah imbalan yang setimpal—malah lebih tinggi.

Sebagian orang masih belum mengetahui rahasia dibalik ikatan darah dari tiap-tiap lencana, tapi ketua kelas A adalah murid nomor satu di Singhasari High School tentu saja seluk beluk dan sejarah sekolah telah diketahuinya. Satu-satunya penghalang baginya adalah kelas B, jika ia menang melawan kelas B maka sudah dipastikan jalan mulus yang akan ia lalui.

Selain itu, seseorang yang memiliki lencana binatang akan mendapat kesempatan untuk menjadi anggota OSIS. Karena lencana merupakan bukti kelayakan seseorang untuk menjadi salah satu bagian organisasi yang memimpin sekolah. Apalagi, semua regulasi dan kebijakan adalah anggota OSIS yang menetapkan. Bisa disimpulkan bahwa dengan menjadi anggota OSIS akan semakin dekat dengan rahasia dibalik misteri lencana yang bernilai ratusan juta rupiah.

Bab berikutnya