webnovel

CHAPTER 24 : PEMANDIAN AIR PANAS

Aku terbangun dari tidur, entah sudah berapa lama aku berendam di sini. Suara anak-anak lainnya yang masuk ke pemandian telah menyadarkanku. Kurasa otot dan persendianku sudah rileks, kuputuskan untuk meninggalkan pemandian ini. sejenak teriakan seseorang menghentikan niatku. Aku mencoba melihat keadaan yang terjadi menuju asal suara.

Gadis itu menjerit panas akibat melihat seorang pemuda yang tiba-tiba terjatuh di hadapannya. Kukira itu adalah masalah yang serius, karena jeritannya terdengar sangat keras. Mungkin laki-laki itu terpleset jatuh dari atas pohon untuk mengintip pemandian wanita. Dasar laki-laki tak pernah puas diperbudak oleh hasrat, ini adalah bukti bahwa perempuan lebih unggul dari para lelaki. Kami lebih pandai mengontrol hasrat, dan tajam menggunakan insting yang disebut dengan perasaan. Aku menghentikan langkahku, tunggu dulu jika dia memang mengintip ke pemandian perempuan, itu berarti dia sudah mengintipku daritadi? Sialan dasar binatang!

Bergegas aku menghampiri kerumunan, sepertinya laki-laki itu telah dihabisi seluruh perempuan di pemandian ini. bersamaan dengan itu jeritan kedua terdengar dari arah yang berlawanan. Seorang gadis berteriak minta tolong karena temannya yang terjebak di dalam ruangan sauna. Tiba-tiba saja ruang sauna terkunci, saat kembali ke sana sang teman sudah lebih dari setengah jam ketika terakhir kali meninggalkan ruang sauna. Masih ada seseorang di dalam ruangan itu, si teman berniat mengambil minum untuk menyegarkan tubuh yang dehidrasi saat mengeluarkan banyak keringat di dalam ruang sauna.

Keadaan itu memperparah kondisi yang diterima si pengintip. Semua orang menuduh laki-laki itu sebagai dalang atas kejadian ini. Hal yang lebih penting kita harus cepat-cepat mengeluarkan seseorang yang terjebak di dalam ruangan sauna. Seseorang bergegas meminta kunci cadangan kepada staf yang bertugas. Alahngkah mengejutkan bahwa tak ada kunci cadangan, faktanya pintu ruangan itu hanya bisa dikunci dari dalam. Jika benar begitu, orang yang berada di dalam ruang sauna yang telah mengunci pintunya. Apakah ia berniat bunuh diri?

Aku langsung menggedor-gedor pintu itu, namun tetap saja tak terbuka. Selain itu, tak ada celah sama sekali pada ruangan sauna ini. Wajar saja memang ruangan ini diperuntukkan untuk membakar kalori tubuh dengan suhu ruangan yang berasal dari arang pembarakan. Oleh karena itu ruangan ini menjadi kedap suara.

Seseorang membangunkan lelaki yang telah dihajar habis-habisan oleh para perempuan. Meminta laki-laki itu untuk mendobrak ruang sauna, mungkin kekuatan laki-laki bisa membukanya. Nyatanya keadaan tak berubah, memang pintu itu sengaja dibuat kokoh dan susah untuk didobrak mengingat itu adalah rungan yang privat? Bagaimana ini, jika dibiarkan seseorang akan meninggal di dalam sana.

Orang-orang mulai bergumam, rasa kemanusiaan mereka luntur, membiarkan perempuan di dalam sana meninggal dengan sendirinya. Lagipula bukankah itu adalah keinginannya sendiri untuk bunuh diri dengan mengunci ruangan dari dalam? Aku langsung menampar wanita yang berbicara demikian, betapa sadisnya dia. Inilah yang membuat manusia modern seringkali putus asa, di saat seseorang mengalami kesusahan, tak ada seorang pun yang benar-benar peduli dan empati merasakan kesedihan yang mereka alami.

Seiring berkembangnya zaman rasa kemanusiaan semakin terkikis pula, orang-orang hanya menilai untung dan rugi, berpikir rasional dampak yang ia terima atas tindakan yang diperbuatnya. Mungkin mereka bisa menerapkan itu dalam bisnis atau pekerjaan, tapi jika pemikiran itu melekat hingga mempengaruhinya dalam segala situasi, apa mereka masih bisa disebut sebagai manusia? Satu hal yang pasti sosok seseorang tak bisa digantikan oleh siapapun meski kau mendapatkan penggantinya tetap saja ia adalah orang yang berbeda. Oleh karena itu, kehadiran seseorang itu sangat berharga dan tak ternilai.

Lalu jika orang itu ingin melenyapkan dirinya, apakah kita membiarkannya begitu saja? meski orang itu tak menyadari bahwa dirinya begitu berharga, seseorang yang lain akan merasakan kehilangan yang begitu dalam. Bahkan bisa memicu orang lain untuk melakukan hal yang sama yaitu bunuh diri.

Laki-laki yang mendobrak pintu masih belum menyerah, terlihat begitu gigih seakan ada sesuatu yang menggerakkannya untuk melakukan hal tersebut. Untuk seorang laki-laki yang baru saja dihajar para perempuan tentunya takkan segiat itu. Sestelah kulihat dengan seksama, aku memegang pundaknya, benar dugaanku aku pernah melihat orang ini. Dia adalah orang di bar, laki-laki brengsek yang pernah kuingat sepanjang hidupku. Karena situasi dan keramaian yang genting aku tak memerhatikan hal yang sedetail itu, perhatianku teralihkan pada seseorang yang terjebak di dalam. Mungkinkah yang terjebak di dalam adalah kekasih pria ini? kalau benar begitu sepertinya takdir tak membiarkanku untuk jauh dari mereka—sungguh menggelikan.

Sejenak aku memikirkan simulasi bagaimana perempuan itu bisa terjebak di dalam ruang sauna. Begitu saja hal-hal gila melintas di pikiranku, lalu aku menyuruh pria itu untuk memanjat cerobong asap, sedangkan aku pergi untuk mematikan sirkulasi listrik sebgai pencegahan adanya konslet.

Di saat aku berlari menuju ruang kendali, laki-laki itu sudah merangkak di atap bangunan. Mungkinkah sebenarnya dia sebelumnya berniat menyelamatkan kekasihnya? Bukan untuk mengintip pemandian laki-laki. Jika demikian, maka kasus ini akan menjadi lebih serius. Dugaanku kejadian ini adalah sabotase yang dilakukan seseorang, dan perempuan yang ada di ruang sauna dia tidak melakukan usaha bunuh diri melainkan seseorang melakukan percobaan pembunuhan.

Tepat setelah kumatikan listrik si pria masuk ke dalam cerobong asap. Masuk ke dalam sana mungkin sangat panasa dan lembab, suhu yang diatur dalam sauna bisa jadi lebih dari tiga puluh derajat celcius—apalagi harus melewati cerobong yang setiap hari sebagai satu-satunya jalan keluar asap pembakaran pasti lebih ekstrem. Siswi lainnya mulai menyalakan lilin serta benda apapun yang bisa digunakan sebagai penerangan. Aku hanya tinggal menunggu aba-aba hingga si pria itu berhasil masuk ke dalam ruang sauna dan membuka pintu yang terkunci.

Seseorang membawa lilin kepadaku, akhirnya aku tertolong. Dia adalah orang yang baik mau memberikan penerangan kepadaku, setidaknya itulah yang ada di dalam pikiranku. Ternyata tidak! Orang itu tanpa sebab menyerangku ganas. Kami melakukan perkelahian di tempat ini. Mungkinkah orang ini yang merancang semua kegaduhan ini? aku harus menangkap dan membongkar identitasnya, hanya tinggal menarik tuas kendali ke atas maka semua akan hidup kembali. Tetapi itu akan menjadi bahaya bagi si pria yang masuk ke cerobong asap. Karena jika listrik hidup maka semua sistem akan berjalan normal, dan pembakaran di ruang sauna akan berjalan kembali.

Serangannya memukul mundur diriku, aku masih berusaha melawan. Nyawa seseorang dipertaruhkan di sini, aku tak bisa menganggap ini lelucon. Segera aku memasang kuda-kuda, menyiapkan nafas serta mengepalkan tangan ke depan. Tu-tunggu dulu… baru sadar bahwa aku hanya memakai handuk putih untuk menutupi badanku. Jika terlalu banyak bergerak mungkin lipatan handuk ini bisa terlepas begitu saja. alahnkah beruntungnya diriku, dalam keadaan gelap siapapun takkan bisa melihat dengan jelas.

Aku melangkah maju menendang tangan orang itu yang hendak menaikkan tuas. Bersamaan dengan itu, lilin yang dipegangnya terjatuh ke lantai. Kami berdua memang tak bisa melihat jelas dan mengarahkan serangan dengan brutal. Siapapun yang bisa menyadari posisi lawan dialah pemenangnya. Begitu pula lawanku yang cerdik memegang kedua tanganku untuk menghentikan serangan, hingga kedua telapak tangan kami becengkrama. Genggamannya yang sangat kuat, serta tekstur tangannya yang kasar, aku bisa merasakan lawanku adalah seorang pria. Kemudian aku mencoba menendang kemaulannya namun gagal. Seketika ia melompat sambil berputar menyebabkan tanganku yang masih digenggamnya terplintir. Gawat! Dengan cepat aku mengikuti arah putarannya supaya tanganku tidak patah. Fatalnya itu membuatku terbanting ke tanah. Lalu orang itu mengangkat diriku dan melemparku ke tembok.

SPLASH…

Lampu kembali menyala, aku tak berkutik sama sekali, berdiam diri menundukkan kepala sambil menutupi tubuhku yang telanjang bulat. Bisa-bisanya dia mengambil kain satu-satunya yang menutupi auratku—dasar pria mesum! Aku mendengar langkahnya yang semakin dekat menghampiriku. Selangkah lagi kupastikan matamu buta!

Sesaat aku merasakan sensasi lembut menyentuh kepalaku, yaa… ini adalah handukku. Aku memberanikan diri untuk membuka mata, kulihat pria itu membalikkan badannya. Ini adalah kesempatanku untuk memakai handuk yang ia berikan.

"Alice! Kenapa kau memadamkan listrik di tower ini?" sambil menghisap rokoknya.

Apa maksudnya semua ini, kukira dia adalah dalang dari semua kejadian ini. Kenapa orang itu malah bertanya kepadaku, "dengar! Ada murid yang terjebak di ruang suana, dan seseorang berusaha menyelamatkannya melalui cerobong asap! Jadi aku hanya…"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, dia sudah memotong kata-kataku dan menyuruhku untuk diam. Pria itu adalah Pak Rey, aku masih terlalu gegabah mengambil tindakan. Beliau menghukumku dengan mengunciku di dalam kamar hingga besok pagi.

Menurutnya perbuatanku telah membahayakan ujian, karena terputusnya aliran listrik siapa saja bisa mencuri lencana kelinci yang berada di atas tower. Beruntungnya yang mengetahui perbuatanku adalah Pak Rey selaku pembimbing akademik kelas C.

Memang benar, jika dalam sudut pandang obyektif lencana kelinci yang bernilai ratusan juta rupiah ini lebih berharga daripada nyawa satu orang murid. Meski begitu aku tetap ingin menyelamatkan orang tersebut, oleh karena itu sebelum memasuki kamar, aku meminta Pak Rey untuk mengecek situasi di pemandian air panas.

Beberapa jam telah berlau, tetap saja aku masih khawatir mengenai bagaimana kabar anak yang terjebak di dalam ruangan sauna semoga dia baik-baik saja. Aku terjebak dalam kamar ini seperti burung dalam sangkar, tak bisa melakukan apapun. Lebih parahnya, cacian dan tudingan palsu telah mengarah padaku. Mereka menganggap aku ingin mencuri start untuk mendapatkan lencana kelinci yang menjadi reward dalam ujian ini.

Sekarang semua pandangan sinis telah menuju kepadaku, mungkin aku sudah di cap sebagai orang yang ingin melakukan kecurangan, demi meraih kemenangan. Kurasa selanjutnya aku akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena semua tindakanku akan lebih diperhatikan oleh semua pihak, bahkan mungkin aku bernafas saja banyak orang yang tidak suka.

Suara kunci yang masuk ke lubang pintu memecah kejenuhanku, seseorang dari balik pintu itu adalah Pak Rey. Beliau memberitahukan bahwa gadis yang terjebak di ruang sauna berhasil diselamatkan oleh kekasihnya, dan memang benar dugaanku bahwa gadis itu tak mungkin melakukan bunuh diri. Meski sebelumnya aku sempat berselisih di kapal, dia tak mungkin seputus asa itu hanya karena pertengkaran dengan asmara lalu mengakhiri hidupnya. Sayangnya pelaku dalam kasus ini belum bisa dipastikan, yang jelas jika berkaitan dengan murid kelas D sudah dipastikan dalangnya adalah seseorang yang sangat mengagungkan kesempurnaan yang merendahkan murid kelas D sebagai kaum marginal.

"kau lihat kan Alice, betapa rapuhnya kelas D cepat atau lambat mereka akan musnah" ucap Pak Rey sambil menyilangkan tangan dan bersandar di sisi pintu.

"apa maksudnya?" tanggapku

Pak Rey tak merespon pertanyaanku, dia pergi begitu saja meninggalkanku. Tak bergerak sedikit pun aku masih memandang tajam punggungnya yang semakin menjauh.

Tunggu sebentar…

Jika dipikir-pikir kenapa Pak Rey bisa berada di ruang kendali saat listrik padam? Lalu kenapa dia tiba-tiba dia menyerangku saat itu? seharusnya langsung saja berbicara kepadaku untuk menarik tuasnya tanpa perlu menyerangku. Apa karena kegelapan itu dia menyembunyikan identitasnya? Apa mungkin yang menyabotase ruang sauna adalah Pak Rey? Statusnya sebagai guru takkan ada yang mencurigainya untuk mengakses fasilitas pemandian air panas.

Tunggu dulu, apa mungkin sebenarnya musuh sangat dekat dengan kami? Jika benar Pak Rey adalah musuh yang harus kami hadapi, sudah sangat terlambat menyadarinya. Kelas C dan kelas D sudah sangat dekat dengan sistem drop out. Namun satu hal yang mengganjalku, kenapa dia tak langsung mendiskulifikasi diriku saat memergokiku memadamkan listrik? Apa karena dia gagal membunuhku, dan aku sudah mengetahui wajahnya saat itu?

Jika pihak sekolah menginginkan murid yang terbaik dengan cara seperti ini, bukankah ini sudah keterlaluan? Bisa-bisa semua murid nyawanya terancam, namun anehnya kenapa tak ada murid yang complain dengan kebijakan sekolah, apa hanya demi jaminan hidup mewah mereka mempertaruhkan nyawanya? Kurasa masih ada seseuatu yang lebih dari itu!

Bab berikutnya