webnovel

Bab 41

Tuan Arjun sempat ingin menoleh kebelakang, namun dengan cepat Dona menghalanginya.

"Apa itu Dinda? Aku mendengar suara Dinda. Tolong berhenti, itu pasti Dinda." kata tuan Arjun setengah sadar.

"Tidak ada siapapun Arjun. Itu hanya perasaanmu saja. Sudahlah percepat laju mobilnya. Tuan Arjun sudah tidak nyaman dengan keadaannya."

"Tapi itu Dinda. Dia memanggilku Dona."

"Sudah sudah, tidak ada siapapun. Hari juga sudah mulai gelap."

"Hmmmhh Dinda."

----

Dona kembali ke kamarnya, sekarang Dona sudah leluasa berjalan dengan tongkat jalannya. Mungkin dalam waktu dekat dia bisa saja berjalan normal kembali tanpa alat bantu jalan jika dia rajin terapi.

Duduk di depan meja riasnya, Dona nampak kesal dengan keadaan. Jika dulu Arjun begitu tergila-gila padanya, entah mengapa sekarang justru dia begitu mencintai Dinda.

"Ini tidak bisa di biarkan, aku harus melancarkan rencana B sekarang."

Dona menarik meja riasnya, mengambil sebuah botol kecil dan tersenyum menyeringai karenanya.

"Dengan ini kamu akan melupakannya Arjun. Kamu hanya milikku. Hanya milikku Arjun!!"

"Nyonya kenapa? Kenapa berantakan."

"Denok cepat kamu seduhkan teh untuk tuan Arjun, tapi sebelum kamu memberikannya kemarilah terlebih dahulu."

"Baik nyonya." Denok yang selama ini menjadi abdi dalem kepercayaannya tentu memilih diam dan melakukan apa yang di perintah nyonya nya itu.

Denok tau betul tempramen Dona sebenarnya. Jika di luar dia terlihat lemah lembut dan penyabar, namun tidak jika Dona hanya sendirian. Dona pandai memainkan sandiwara di depan orang lain. Apa lagi di depan tuan Arjun Saputra yang perlahan mempercayainya.

Dona begitu mencintai tuan Arjun. Sampai-sampai dengan begitu tega membuat panggung yang menyudut orang yang di rasa merugikannya.

Yang terbaru adalah bagaimana Dona dengan mudah memperdaya tuan Arjun dengan memfitnah Nike.

Sehingga dampaknya sekarang, Dona yang mendapatkan tugas untuk menjadi penanggung jawab kebutuhan kediaman menggantikan Nike.

Nike tidak bisa melakukan apapun. Sekuat tenaga dia sudah mencoba berusaha bertahan. Namun pesona Dona tidak bisa ia lawan.

Nike tau betul siapa yang bisa menyirnakan pesona itu. Namun sayangnya Dinda tidak ada di sana. Hanya Dinda yang bisa merebut kembali perhatian tuan Arjun Saputra dari Dona. Sehingga kini dia memilih diam dan mengawasi saja. Menunggu kesempatan, mencari waktu yang tepat untuk membalas perbuatan Dona padanya.

"Dengan ini mulai sekarang kamu hanya akan mengingatku Arjun. Aku tidak peduli dengan istrimu yang lain. Mereka hanya benalu yang harus di berantas."

Dona menuangkan beberapa tetes obat miliknya. Itu adalah obat pencuci otak untuk tuan Arjun Saputra. Perlahan namun pasti, jika tuan Arjun rutin meminum itu maka dia akan takluk ke pelukannya. Tuan Arjun hanya akan memikirkan Dona. Di otaknya hanya ada Dona semata.

Dengan senyum manis Dona datang menghampiri tuan Arjun yang masih betah mengurung diri di kamarnya. Dengan membawa teko teh buatannya untuk pria yang ia cintai itu.

Teko berisi teh yang sudah di manipulasi dengan obatnya itu di bawa oleh abdi dalem pribadinya Denok.

Dona begitu sumringah saat paviliun tuan Arjun sudah ada di depan matanya.

"Iyuh, semangat sekali kamu teman."

Itu Bella yang menghadang Dona. Dengan berkacak pinggang bibirnya tersungging sinis padanya.

"Minggir lah kamu Bella, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu." kata Dona kesal.

"Woyoooo.. Wanita berkaki empat ini jutek sekali ternyata."

Dona menatap Bella yang sepertinya dengan sengaja memancing amarahnya dengan mengejeknya.

"Jangan kurang ajar mulutmu menghina begitu. Ternyata kamu sama sekali tidak berubah ya Bella. Wanita penjilat."

"Wanita penjilat sepertiku apa tidak layak berdebat kecil dengan wanita bermuka dua sepertimu ini?"

"Aku tidak peduli kamu mau bilang apa, yang jelas aku tidak ada waktu untuk melayani mu sekarang."

"Wah amazing, apa kamu berencana naik ke ranjang Arjun?" bisik Bella.

Seketika mata Dona membulat sempurna, telinganya begitu panas mendengar kata-kata tidak pantas itu.

"Pergi atau kamu akan menerima akibatnya nanti."

"Hmmmm teko yang abdi dalem mu bawa ini bagus sekali ya Dona."

Bella berjalan mendekati Denok yang membawa teko di tangannya itu.

"Apa yang sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Dona dengan nada sangat kesal.

"Teko ini cantik. Bagaimana jika abdi dalem mu membawa teko ini ke tempat ku saja. Lagi pula Arjun sedang tidak berselera dengan ini semua."

"Kami bisa mendapat teko seperti itu jika kamu menginginkannya. Aku punya banyak di tempatku."

"Dona, kita ini kan sudah berteman lebih dari satu dekade. Apa kamu lupa jika Bella temanmu ini paling tidak suka jika menunggu." kata Bella dengan wajah mengejek.

"Tidak bisa itu untuk Arjun."

"Ayolah Dona please."

"Kamu jangan mempersulit ku pergilah."

"Itu hanya teh Dona, kamu bisa membuatnya lagi dan mengantarkannya lagi nanti. Kata Rendi, Arjun sedang tidak ingin di ganggu siapapun."

"Dia akan menemuiku jika aku datang."

"Kamu yakin? Kamu itu bukan Dinda, Dona."

"Apa hubungannya dengan Dinda, kamu ini aneh sekali."

"Yang aku tau, yang bisa memaksa Arjun hanya Dinda seorang. Kalau kamu? Aku sendiri tidak yakin. Pesonamu itu kalah jauh dari anak kecil itu. Kamu tau? Kita ini sudah peot penuh dengan kerut halus."

"Ayo Denok kita pergi. Jagan hiraukan dia lagi."

p

"Dona aku hanya mengingatkan mu saja."

Bruuuukkkk..

"Ups maaf.."

Bella dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Denok hingga teko itu jatuh.

Dona tentu sangat kesal dengan apa yang dilakukan Bella padanya.

"Kamu pasti sengaja kan melakukan ini!!"

"Kamu tidak perlu berteriak teman. Aku benar-benar tidak sengaja. Lagi pula itu hanya teh, kenapa kamu jadi marah sekali. Kamu bisa membuatnya lagi."

"Kamu!!"

"Maafkan aku, tapi aku benar-benar tidak sengaja. Kakiku tersandung tongkatmu."

Dengan senyum menyeringai Bella menatap Dona yang tentu sedang marah itu.

Berjalan melewati Dona dengan menepuk pelan pundaknya.

"Jangan marah, nanti kamu cepat tua." ejek Bella kemudian pergi meninggalkan Dona dengan cekikikan bersama abdi dalem nya.

"Jangan ku kira aku tidak tau apa yang ingin kamu lakukan Dona. Cara kotor mu itu tidak akan ku biarkan. Bahkan aku akan menjadi penghalang di setiap usahamu mendekati Arjun." kata Bella di dalam hati.

---

Dinda yang sedang dalam masa pemulihan hanya bisa berbaring di bangsalnya saja. Dia sudah sangat bosan dan ingin segera meninggalkan rumah sakit. Akan tetapi David yang terus menahannya untuk tetap tinggal. Sebab David merasa jika Dinda belum benar-benar pulih seutuhnya.

"Kemana orang itu tiba-tiba tidak bilang padaku." gerutu Dinda karena di tinggal sendirian.

Dinda menuruni tempatnya berbaring menuju pintu ruang rawatnya. Di rasa telinganya samar-samar mendengar sesuatu di depan kamarnya.

"Apakah dia berhasil menemukanku di sini? Kalau iya, aku tidak mau ikut dengannya. Dia telah mencampakanku di hutan sawit. Aku marah padanya."

Dinda sengaja menempelkan telinganya untuk mendengar lebih jelas lagi. Itu suara David tengah mengobrol dengan seseorang di luar.

"Kamu tidak seharusnya muncul di sini. Aku akan mengurusnya dengan benar. Pergilah. Aku belum membutuhkanmu."

Bab berikutnya