webnovel

Kita akan sekamar

Kasih mengangguk, dia terus saja menunduk, sekarang malah gadis itu yang merasa malu melihat tubuh Randi. Melihat itu, sifat usil Randi kembali muncul.

Cowok itu sengaja membuka bajunya di hadapan kasih. Kasih langsung menutup mata dengan kedua tangannya.

"Kau tak suka? " Tanyanya dengan nada genit.

"Mas... keluar sana! " Kata Kasih sedikit grogi.

"Dosa lho.. " Jawab Randi sambil tersenyum, dia merasa lucu melihat Istrinya ini sekarang sudah menutup wajah dengan handuk... Mangkanya Randi mengingatkan Kasih dengan nasehat Ibunya.

kasih merasa bingung... dia tak menyangka kalau Randi akan mengatakan hal itu sekarang.

Tiba-tiba saja listrik mati, suasana menjadi gelap gulita, karna mereka berada di kamar mandi. Kasih.. amat takut dengan kegelapan, dia mencari -cari posisi Randi dan langsung memeluk nya dengan tubuh basah itu, sekali lagi keimanan cowok itu di uji, cowok itu menjadi kaku karna pelukan itu.

Beberapa saat kemudian listrik kembali manyala, Kasih amat kaget karna dia melihat Randi yang tegang menahan nafas, gadis itu berfikir Randi sesak nafas karna pelukannya yang begitu erat.

"Maaf Mas.. maaf" Katanya sambil mengipas-ngipasi Randi dengan kedua tangannya.

"Kau lagi ngapain? " Tanya Randi kesal.

"Memberikan udara" jawab Kasih terlihat cemas.

"Bukan begitu caranya, tapi begini.. " Randi langsung menghisap bibir kasih, dia melepaskan sedikit gairahnya dari pada harus sakit kepala karena menahan hasratnya yang terpendam.

........

Beberapa bulan kemudian

Waktu pun berlalu, Kasih masih mendapat peringkat pertama di kelasnya, dan lulus dengan nilai sempurna. Kasih sedang menunggu pendaftaran kuliah, saat ini dia disibukkan dengan bimbelnya.

Saat liburan ini Randi menawarkan kasih untuk pergi ke rumah orang tua Kasih lagi. Kasih sedikit bingung, jangan-jangan mereka akan kembali di suruh tidur sekamar.

"Apa kamu tak kangen orang tuamu?. Aku bersedia mengantar kok" Kata Randi tersenyum.

"Mmmmm.. " Kata Kasih sedikit ragu.

"Mas gak kerja? " tanyanya lagi..

"Aku bisa bekerja di manapun" Jawab Randi.

"Liburan seminggu di sana juga boleh" Kata Randi sambil tersenyum licik.

Melihat senyuman itu, Kasih sedikit manyun.

Bel pun berbunyi, mereka sedikit heran, siapa yang bertamu malam-malam begini. Begitu pintu di buka, ternyata kedua orangtua Kasih sudah berdiri di depan pintu, Kasih sedikit kaget, karna orang tua nya datang tanpa memberi kabar.

Kasih langsung memeluk ibunya.

"Ibu... kenapa gak kasih kabar? Kami berencana besok pagi akan pergi ke sana juga. " Kata Kasih.

"Ibu kangen sama kalian". Jawab Ibunya.

Randi langsung membawa tas orang tua kasih ke dalam kamar Kasih, sebab kamar lain tak terlalu besar.

" Biar Bapak saja". Kata Ayah Kasih segan.

" Gak papa Yah.. Ayah duduk saja dulu." Randi mendorong lembut bapak itu agar duduk di ruang tamu bersama Istri dan anaknya. dia juga sengaja memanggil Ayah, agar Bapak itu tak merasa canggung padanya.

Kemudian, dia sibuk memindahkan pakaian kasih ke dalam kamarnya.

Akhirnya pekerjaan Randi selesai juga. Dia tersenyum puas, semua barang-barang Kasih telah pindah ke dalam kamarnya meskipun belum tertata rapi. Randi menutup pintu kamar itu, agar tak terlihat dari luar.

Ayah... Ibu.. sebaiknya istirahat dulu, perjalanan cukup jauh, pasti lelah.. " Kata Randi.

"Aku sudah menarok barang-barang di kamar itu " Kata Randi sambil menunjuk kamar yang biasa di tempati Kasih.

Gadis itu sedikit kaget, tapi dia dapat melihat Randi tersenyum kearahnya dan mengedipkan sebelah matanya, seolah mengatakan semua beres.

Kasih bernafas lega.

Orang tua Kasih beristirahat sejenak setelah membersihkan diri, mereka cukup lelah dalam perjalanan.

Kasih buru-buru menyiapkan makanan soalnya bibi yang bekerja di rumahnya sudah pulang sore tadi. Randi tak tinggal diam, dia juga ikut-ikutan membantu.

Kasih tersenyum melihat suaminya itu, dia tak menyangka anak laki-laki yang dulu begitu cuek, bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan sangat perhatian seperti sekarang. Randi tak sengaja melihat tatapan kagum Kasih padanya , gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya.

Randi sedikit mendekat dan berbisik..

"Kau diam-diam memandangku? jangan khawatir.. malam ini kau bisa puas memandangku, karna kita akan sekamar" Katanya sambil tersenyum jahil.

"Apa? " Tanya Kasih tak percaya

" Ki.. ta.. a.. kan.. se.. ka.. mar.. " Ulang Randi sambil tersenyum.

"He he.. " Kasih tertawa cemas.

"Kenapa kau tertawa seperti itu? apa tak suka? Orang tuamu akan tau kalau kita tak sekamar. apa mau begitu? " tanya Randi sambil mendekatkan wajahnya.

Kasih menggeleng, melihat itu Randi tersenyum tipis seraya berkata " Gadis pintar"

Setelah semua selesai, Kasih memanggil orang tuanya untuk makan malam.

Mereka makan malam bersama, kasih dan Randi terlihat amat gembira, karna biasanya mereka hanya makan malam berdua saja, terlalu sepi.

"Apa kalian masih bekum berencana punya anak? " Tanya ibu kasih tiba-tiba , sehingga membuat kasih menjadi tersedak. Randi yang duduk di sebelahnya buru-buru memberikan air minum, sambil mengusap-usap punggung Kasih..

" Belum Bu.. Kasih kemarin masih sekolah, do'akan saja secepatnya" Jawab Randi tersenyum ramah.

"Ibu kok nanya yang aneh-aneh.. " kata Ayahnya sedikit sewot.

Wajah Kasih menjadi merah, gadis itu sangat malu pada Randi, sampai-sampai dia tak berani mengangkat wajahnya untuk memandang wajah suaminya itu.

Randi memegang tangan Kasih di bawah meja, sehingga gadis itu menoleh padanya, dan Randi tersenyum manis ke arah kasih, membuat gadis ini semakin cemas.

Selesai makan malam.. mereka berbincang-bincang di ruang keluarga untuk beberapa saat, kemudian Ibunya berkata..

"Ibu capek.. kami istirahat dulu.. "

"Selamat malam Ibu.. kami juga akan beristirahat " Kata Randi, hatinya bersorak girang, tapi wajahnya di tahan setenang mungkin. Sementara Kasih terlihat agak gusar.

Setelah kedua orang tua Kasih masuk ke kamarnya, Randi menatap Kasih sambil tersenyum, dia menaikkan sedikit alisnya sesaat, melihat ekspresi itu Kasih malah menjadi jengkel..

"Mas bisa tidak? Tingkahmu itu biasa saja? " Tanya Kasih.

"Nggak.. " Jawab Randi cuek.

"Oh iya, kita harus ke kamar sekarang.. tugasmu sudah menunggu" bisik Randi dengan nada nakal.

Kasih bergidik ngeri mendengarkan perkataan Randi itu.

"Mas... aku... " Dia hendak mengatakan 'Aku belum siap saat ini untuk melakukan itu' Tapi perkataannya tak sanggup di keluarkannya.. ingat yang dikatakan ibunya setahun yang lalu.. "Kutukan malaikan hingga fajar" 'Parah banget.. ' Batinnya meringis sedih.

"Aku apa?" Tanya Randi semakin mendekat.. entah kenapa sepertinya cowok ini sedang mengerjainya.

"Gak papa" jawab Kasih lemas.

Randi tau yang di khawatirkan oleh Istrinya itu , jadi dia sengaja membuat Kasih semakin gusar.

Randi berdiri dan berkata..

"aku ke kamar dulu, pekerjaan kita masih banyak.. jangan sampai aku menunggumu terlalu lama" Kata Randi sambil masuk ke kamarnya.

Kasih terdiam terpaku, dia sebenar belum siap jika harus sekamar saat ini, tapi dia ingat Randi hanya akan menunggu sampai dia tamat SMA. dan sekarang dia telah menyelesaikan pendidikannya itu.. jadi dia harus menepati janjinya.

Kasih membuka pintu itu perlahan, begitu pintu dibuka dia malah kaget melihat pemandangan di dalam kamar itu...

Sobat pembaca.. aku sedang galau nih.. gimana caranya membuat cerita romantis di bulan Ramadhan coba? Bisa-bisa puasa rusak. boleh gak cerita nya ku lanjutkan sehabis lebaran aja. mohon jawabannya ya...

dian18051984creators' thoughts
Bab berikutnya