webnovel

Kasihan

"Maaf kan ayah nak"

Melihat putriku yang bisa menerima kematian ibunya itu membuatku bangga akan dirinya. Padahal aku sendiri belum bisa merelakannya sepenuhnya. Aku yakin putriku belum sepenuhnya juga merelakannya. Tapi aku salah ia sudah terbiasa hidup tanpa ibunya. Syifa semakin melekat padaku dan semakin baik sikapnya.

Bahkan ia baik terhadap Wati yang sering datang kerumah. Setiap melihatnya aku selalu prihatin. Namun, hatiku tidak dapat kubohongi. Ini milik Lia.

Saat aku bertanya bagaimana tentang Wati terhadap putriku. Syifa menjawab, "Tidak usah ayah, aku tidak butuh ibu baru"

Padahal aku sedang tidak membicarakan hal itu.

Saat aku dan putriku pergi ke taman kami bertemu banyak orang disana putriku memulai persahabatan miliknya sendiri. Aku suka ia sangat senang memiliki banyak teman teman baru yang menerimanya.

Walaupun, dirumah aku juga membelikannya banyak mainan yang dapat digunakan bermain dirumah. Tapi aku melihatnya kesepian bermain sendiri. Jadi aku mengajaknya ketaman bermain agar ia bisa bertemu dengan teman baru.

Aku mengajaknya setiap minggu pagi.

Suatu hari kami bertemu dengan Wati dan anaknya yang juga berada ditaman. Anak kami bermain bersama. Wati tidak membicarakan apapun saat itu. Hampir siang aku dan putriku pulang.

"Sampai jumpa lagi" kataku meninggalkan tempat itu.

Aku kembali memikirkan kata kata kakek saat itu. Namun, aku juga memikirkan kata kata putriku serta kata hatiku. Aku juga manusia yang punya belas kasihan.

Semenjak itu dia cerita, dia jadi sering datang kerumah dan kusambut dengan baik. Semakin hari semakin besar rasa iba yang aku miliki.

Putriku semakin nyaman dengan wanita itu sehingga ia menyetujui hal itu. Tentu saja, aku tidak keberatan jika putriku tidak keberatan.

Aku merasa tidak menjadi diri sendiri lagi.

Kami merencanakan pernikahan lagi. Beberapa minggu kemudian akhirnya ia menjadi istriku sah yang kedua.

"Maaf Lia, ini demi putri kita" batinku.

Aku berharap Lia merestui kami disana. Jika ia masih hidup tentu saja tidak akan merestuinya.

Hari hari setelah menikah dijalani normal seperti pasangan biasa. Ia menungguku dirumah dan aku pergi bekerja.

Namun, suatu hari yang tidak disangka sangka ia datang. Itu membuatku takut dan terkejut.

Bab berikutnya