webnovel

Akhirnya Berita Baik

Setelah lulus, tentu saja aku mencari pekerjaan yang lebih sesuai denganku. Syukurlah setelah beberapa bulan aku mendapatkan pekerjaan baru. Dan penghasilan yang kudapat menjadi lebih besar dari biasanya. Semua kebutuhan kami terpenuhi bahkan lebih.

"Lebih baik kau tidak usah mengambil uang yang diberikan saat ceramah diacara amal yang biasa kau datangi. Bahkan lebih bagus kalau kamu yang memberikan mereka bantuan itu lebih baik untuk kita" istriku menyarankan hal itu, dan aku sangat bangga padanya telah berani berkata seperti itu.

Hampir setiap minggu aku datang ke acara amal untuk ceramah dan berbagi pengalaman hidupku. Aku bershadaqah yaitu membagikan sebagian rezeki yang aku miliki. Itu rutin kulakukan sehari sepekan.

Sungguh senang sekali saat melihat mereka terbantu oleh apa yang kuberikan. Jika penciptaku tidak mengizinkan ku untuk berbagi maka aku tidak akan bisa berbagi seperti sekarang ini. Jadi aku sangat beruntung dan bersyukur bisa membantu mereka.

Kami tidak akan jatuh miskin dengan berbagi rezeki, aku yakin itu.

Saat ini sudah hampir setahun setelah kelulusanku, "Bagaimana dengan janji kita sayang?" tagihku pada istriku

Tentu saja Lia langsung menerimaku malam itu dihari itu. Hingga larut malam kami terus melanjutkannya. Kulihat wajahnya yang bahagia membuatku menjadi lebih bersemangat.

Setelah beberapa lama kami bersama, aku melihat kearah jam dinding dirumah kami.

"Lihat sudah pukul 03.00 pagi" ucapku

"Temani aku seharian ini, ambil cuti kerjamu untuk kali ini saja" sambil menarik bajuku ia meminta

"Baiklah"

Lalu, kami melanjutkannya hingga suara ayam berkokok mulai terdengar kira kira sudah pukul 05.00 lewat kala itu.

Sungguh melelahkan sekali, kami pun langsung tertidur.

Tidak berpakaian, "Lah ini sudah siang lihat sudah pukul 13.00! Mengapa aku tidak berpakaian... Oh iya tadi... " aku malu dan aku melihat Lia sudah tidak ada bersamaku.

Kupakai kembali pakaianku dan lari kearah kamar mandi untuk mandi.

Lia masuk kekamar dan melihatku sudah tidak ada disana lagi.

"Lah, Labib dimana? Apakah dia kekamar mandi? Tapi kok dia tidak membawa baju ganti dan handuknya, yasudahlah aku yang mengantarkannya" lanjut berjalan kearah kamar mandi, "Yang, kamu kelupaan handukmu! Kok tidak menjawab?" Suara Lia terdengar

"Hey! Kenapa kau langsung membukanya? Aku sedang tidak berpakaian cepat keluar" entah mengapa Lia langsung membuka dan masuk aku sedikit kesal, setelah kupikir kenapa dia bisa masuk ternyata aku belum mengunci pintunya.

"Padahal dia tidak mengunci pintu dan didalam aku tidak mendengar suaranya jadi wajar bukan jika aku bisa masuk" Lia bergumam saja didepan pintu sambil menungguku.

"Kenapa kamu masih disini? Sebegitukah kamu masih penasaran dengan tubuhku?" aku mulai kacau dalam berfikir, "Coba handuknya aku akan segera ganti pakaian, terima kasih" mengambil handuknya dan langsung kekamar untuk ganti pakaian.

"Padahal semalam dia tidak marah marah seperti ini saat 'itu...' Lelaki aneh" gumamnya

"Yang, kamu terlalu lama didalam apakah kamu sudah selesai berganti? Mengapa kau diam saja? Aku masuk ya" terdengar suaranya dari dalam dan terlihat pintu mulai terbuka aku sangat malu bertemu dengannya.

Aku duduk diam saja ditempat tidur ini.

"Kamu kenapa?" tanya dia

"Entahlah, aku malu" ucapku sambil memandanginya

"Eh" mungkin dia juga sadar dia terlihat malu, "Baiklah aku tadi sudah membuatkanmu sarapan dan minuman, aku akan ambilkan untukmu" dan langsung keluar dari kamar.

Dia lama sekali "Ini dia sarapan untukmu" tiba tiba ia datang saat aku mencoba untuk menemuinya diruang makan.

"Kembalilah kekamar, masuklah! Sudah lama aku ingin melakukan ini padamu sayang" setelah duduk ia langsung menyuapiku

"Aku bukan anak kecil lagi tau" ucapku

"Sudahlah, sekali ini saja ya aku ingin memanjakan suamiku sekali kali" ucapnya sedikit meniup pipinya sehingga terlihat besar.

Mungkin sekali kali tidak apa, aku mengizinkannya.

Hari itu menjadi waktu terindah yang kumiliki dan itu tidak akan terlupakan oleh ku. Sudah malam kami tidur bersama lagi namun, tidak melakukannya lagi. Lia sudah tidur, aku tersenyum saat melihatnya berada disebelahku. Tiba tiba dia memelukku aku tidak bisa bergerak aku takut dia terbangun dan terganggu jadi aku langsung tidur saja saat ia memelukku.

Lagi lagi ia bangun lebih cepat dariku. Aku tidak tahu dia jadi sering pergi kekamar mandi. Ternyata saat aku bertanya, "Aku sering mual sejak semalam" jawabnya.

Aku khawatir, aku mengambil cuti lagi dan tidak tahu apa apa tapi Lia seperti tahu sesuatu namun tidak memberitahukannya. Aku membawanya kedokter, "Selamat, anda akan segera menjadi seorang ayah" kata dokter menjabat tanganku.

Aku tersenyum dan kembali melihat istriku. Sungguh, bahagia saja yang ada dipikiranku.

Akhirnya, aku mendapat berita baik. Sesampainya dirumah aku memeluknya, "Terima kasih, aku bahagia"

Bab berikutnya