"Nggak bisa Ra, jika bisa menemukan yang lebih baik, nggak mungkin aku nawarin hal ini ke kamu. Please Azra bantuin kami, album kami sempat tertunda selama beberapa bulan juga karena siapa coba?"
"En..Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu!"
"Jadi kapan kamu akan memberiku jawabannya?" desak Rhyan.
"A...aku akan memberitahumu secepatnya. Se..sekarang aku harus ke perpus, mau balikin buku!" elak Azra dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Rhyan sendirian di taman.
"Huh... gimana sekarang? menyusahkan saja!" keluh Azra
Tanpa Azra sadari dia benar-benar berjalan ke arah perpus dan masuk ke dalam.
"Ya ampun... kenapa aku beneran ke perpus." katanya sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Ya sudah, sebaiknya aku disini untuk sementara, lebih baik menghindar dari Rhyan untuk sekarang ini!"
Azra pun berjalan mengelilingi rak buku dan mencari beberapa bacaan untuk menghabiskan waktunya di perpus.
Saat dia tengah mencari, sebuah buku tiba-tiba terjatuh dari arah belakangnya, spontan Azra berbalik dan secara perlahan menghampiri buku yang terjatuh itu.
"Buku apa ini?" Azra memungutnya dan melihat ke kiri dan kanan, namun tak ada seorangpun berada di perpus selain dirinya.
Di sampul itu tertulis 'LEGENDA SANG DEWI AZURA'
"Azura" ucap Azra perlahan.
Tiba-tiba seluruh rak buku bergoyang, membuat buku yang semula tersusun rapi menjadi berjatuhan ke sana kemari. Seketika Azra menjadi waspada, sebuah bola api melayang dengan cepat ke arahnya. Dengan menggunakan sebelah tangannya Azra menghentikan bola api itu tepat di hadapannya.
Namun tiga bola api selanjutnya kembali menyerang ke arahnya, dengan sigap dia menghindar dan bersembunyi di balik meja.
"Siapa kamu? tunjukan dirimu dasar pengecut!" ucap Azra geram.
Namun yang terjadi hawa di sekitar Azra berubah menjadi dingin sangat dingin. Dia dapat merasakan tangannya membeku.
siapa sebenarnya yang melakukan ini? pikir Azra dalam hati.
semakin lama hawanya semakin dingin bahkan mampu membekukan siapapun yang berada di ruangan itu.
kedua telapak tangan Azra kini mengeluarkan bara api, membuat hawa dingin di sekitarnya menjadi sedikit hangat.
sekarang satu persatu jejeran rak buku melayang ke arahnya.
Azra cukup kewalahan dibuatnya, di saat dia lengah sebuah meja besar melayang dengan cepat ke arahnya, Azra tak mampu menahan ataupun menghindari serangan yang mendadak itu. Saat sedikit jarak yang tercipta antara Azra dan meja yang melayang itu, sosok pria memeluk Azra dan mnyelamatkannya dari hantaman meja yang keras itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu.
Aroma ini terasa tidak asing, Azra mampu mencium bau tubuhnya yang maskulin saat memeluk tubuh pria itu dengan sangat erat. Mendengat pertanyaan pria itu Azra pun menengadahkan wajahnya ke atas.
"Afnan." sontak Azra terkejut dan melepaskan pelukannya.
"Te..terimah kasih, aku baik-baik saja." ucap Azra canggung.
sebelumnya Afnan berada di ruang kelas, saat dia ingin pulang, puluhan siswi liar mengejarnya, dikarenakan waktu libur panjang sudah hampir tiba. Membuat para siswi tidak sanggup untuk tak melihat pangeran Afnan.
Akhirnya Afnan memutuskan untuk bersembunyi di dalam perpus, karena keadaan perpus yang sunyi membuat Afnan tertidur di pojokan. Afnan terbangun ketika merasakan gempa di sekitarnya, saat dia membuka mata yang terlihat adalah rak-rak buku bergoyang secara tidak karuan.
Tiba-tiba Afnan melihat sebuah bola api menghantam ke arah tengah perpus.
"Siapa kamu? tunjukan dirimu dasar pengecut!"
DEG!!!
"Suara itu!" Afnan sangat mengenalinya.
sekarang Afnan merasakan seluruh ruangan menjadi dingin sangat dingin, lalu rak-rak buku kembali bergoyang dan satu persatu mulai melayang dan menghantam sesuatu.
Afnan terkejut dan segera berlari ke arah hantaman itu secara sembunyi-sembunyi.
"Azra." matanya membulat lebar saat melihat Azra di serang secara membabi buta. Oh tidak Azra dalam bahaya, saat sebuah meja besar mencoba menghantam Azra dari arah belakang, dengan sigap Afnan berlari dan menyelamatkan Azra dari hantaman meja itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Afnan khawatir.
"Te..terimah kasih, aku baik-baik saja." jawab Azra.
"Sebenarnya apa yang terjadi disini?"
"aku juga nggak mengerti tiba-tiba semua benda diruangan ini melayang dan menyerangku!"
kali ini Beberapa bola api mulai menyerang kembali, jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya, kisaran 10 bola api oh tidak bahkan lebih dari itu.
melihat hal itu Afnan segera melirik ke arah Azra begitu pun sebaliknya.
"Jangan mengkhawatirkanku! aku bisa melindungi diriku sendiri, sekarang kita harus mencari cara agar pelakunya keluar dari persembunyiannya!" ucapan Azra dan di balas dengan anggukan oleh Afnan.
Mereka mulai berpencar dan menghindari serangan bola api yang tiada habisnya itu. Di saat mereka berusaha menghindar Azra mendapatkan sebuah ide.
"Afnan... mendekatlah padaku sekarang!"
mendengar ucapan Azra, Afnan segera berlari ke arah Azra.
"Sekarang bawa aku ke atas, jangan memperdulikan bola api itu, aku sudah mempersiapkan perisai untuk melindungi kita!" Afnan pun menggendong Azra dan melayang ke langit-langit, saat bola api menghampiri mereka sebuah portal terbentuk di sekitar tubuh mereka dan melindungi mereka, membuat bola api itu menghilang begitu saja.
Dari atas Azra mampu melihat dengan jelas, dia berusaha mempokuskan pikirannya untuk mencari pelaku penyerangan dirinya.
"Binggo... ternyata kamu disana!" Akhirnya Azra menemukan sang penyerang itu, dengan kekuatan penuh Azra mencoba menyerang balik.
"Afnan bertahanlah, mungkin ini akan sedikit panas!" afnan hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.
sekarang sekujur tubuh Azra berubah menjadi sedikit panas, semakin lama afnan dapat merasakan punggungnya yang bersentuhan dengan Azra seakan terbakar, namun dia masih mampu menahannya.
Bara api di kedua tangan Azra berubah menjadi lebih besar dari sebelumnya, dengan kekuatan penuh yang dikeluarkan Azra, bara api itu kini memiliki aliran listrik di dalamnya.
"Rasakan ini!" Azra mengarahkan serangannya ke arah tempat persembunyian si penyerang. Serangan pertama dia mampu menghindarinya namun serangan yang kedua menghantamnya dengan sangat keras.
"Aaarrrgghhtt..." Rintihnya merasakan sakit yang teramat.
Wajah si penyerang tak dapat dikenali, seluruh wajahnya ditutupi oleh topeng, si penyerang mengenakan pakaian serbahitam, membuatnya sulit untuk dikenali.
dengan sisa kekuatan yang masih dimilikinya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan melemparkan ke arah Azra dan Afnan. Seketika ruangan itu menjadi berkabut dan menghalangi pandangan Azra dan Afnan.
"Oh tidak, dia berhasil kabur." keluh Azra geram.
Afnan secara perlahan menurunkan Azra.
"Apakah kamu memiliki musuh atau seseorang yang dendam sama kamu! mengapa tiba-tiba ada yang menyerangmu seperti itu dan sepertinya dia memiliki kekuatan yang cukup kuat!"
"Aku juga nggak tau, selama ini aku tidak perna bertemu dengan seseorang yang memiliki kekuatan sepertiku selain kamu dan orang yang mencoba menculikku tidak lama ini!"
"Mulai sekarang kamu harus berhati-hati, sepertinya orang itu ingin kamu terbunuh melihat dari setiap serangan yang dia berikan!"
"Iya, aku tau dari sekarang aku akan lebih waspada lagi!"
"Bagaimana sekarang? perpus sudah menjadi berantakan seperti ini?" ucap Afnan.
"Aku bisa menyusunnya kembali seperti semula, tapi buku-buku dan meja yang telah terbakar tak bisa ku kembalikan seperti semula!" Jawab Azra.
"tenang saja kalau itu biar aku saja yang mengaturnya, sekarang kamu perbaiki saja yang bisa kamu perbaiki!"