Di malam hari lorong rumah sakit tampak sunyi, mama dan papa Elif berjalan menuju kamar 51 dan membuka pintunya dengan perlahan mereka melihat jnas tertidur di kursi samping putrinya, sepertinya malam ini pria arab itu ingin bermalam lagi di rumah sakit.
mama Elif mengeluarkan selembar selimut berwarna merah dari tasnya, kemudian menyelimuti tubuh Jnas, mama Elif mendekati putrinya lalu mencium keningnya, rumah sakit terlihat sepi karena jam kunjung telah habis, tapi mama Elif nekat datang meski tidak di bolehkan oleh Jnas, karena pria itu yang akan menjaga Elif, tapi ia bersikeras karena ia ingin melihat keadaan putrinya dan Jnas, dan papa Elif pun pamit untuk pulang karena Rico sendirian di rumah.
pagi pun tiba, Jnas terbangun dan mendapati mama Elif yang tertidur di kursi sebelah, Jnas bangkit menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, setelah keluar dari kamar mandi dia perlahan-lahan mendekati meja kecil untuk membuat teh, beberapa saat kemudian mama Elif terbangun, Jnas mendekatinya dan menyodorkan teh panas kepadanya.
" terima kasih Jnas...." ucap mama Elif lalu meminum tehnya.
Jnas hanya tersenyum dan duduk di samping Elif dan mencium tangan gadis yang terbaring lemah itu.
" Kapan tante yang datang, maaf tadi malam saya ketiduran " ucap Jnas.
" tadi malam pas kamu tidur, aku tak bisa hanya berdiam diri rumah, aku terlalu memikirkan Elif " kata mama Elif sambil meletakkan cangkir tehnya ke atas meja.
" sudah satu bulan tante tidak istirahat, biarkan saya yang akan menjaganya tante "
mama Elif hanya tersenyum, Jnas kembali memperhatikan Elif yang terbaring, ia menghela napas panjang " masih berapa lama lagi aku harus melihat mu terbaring lemah Elif seperti ini Elif, tampa ada yang bisa aku lakukan buat kamu, sadarlah sayang, aku disini menunggu mu, aku benar-benar minta maaf sayang, karena aku kamu seperti ini " ucap Jnas dengan mata terus memandang Elif, kemudian ia melihat ke arah mama Elif " tante aku yakin Elif pasti akan sembuh dan bangun, aku percaya dengan keajaiban tuhan "
mama Elif hanya terdiam dan kemudian mengangguk " semoga saja, itu juga adalah keyakinan tante saat dokter mengatakan akan mencabut alat medis yang ada di tubuh Elif "
kemudian Jnas mencium tangan Elif dengan lembut " sayang setelah kamu bangun kita akan segera menikah dan aku akan membawa mu ke tempat yang sangat indah, jadi aku mohon bangunlah " ucap Jnas, betapa terkejutnya mama Elif dan Jnas, Elif bereaksi tangannya bergerak tapi matanya meneteskan air mata lagi sesaat detak jantung Elif tak karuan membuat Jnas dan mama Elif panik, Jnas berlari untuk memanggil dokter.
perlahan pintu kamar terbuka seorang dokter dan dua perawat memasuki ruangan untuk memeriksa kondisi Elif, kemudian dokter memerintahkan seorang perawat memasang tabung oksigen buat Elif, sedangkan perawat satunya mengganti botol infus dengan yang baru.
" dokter ada apa dengan Elif , bagaimana keadaannya sekarang ?" tanya Jnas cemas.
" maaf, sepertinya tubuh Elif mulai menolak alat bantu medis dan detak jantungnya tidak stabil, kami harus memeriksanya lebih lanjut." ucap dokter Heri " permisi..." lanjutnya, lalu dokter pergi meninggalkan mereka berdua.
Jnas melihat mama Elif yang mulai berkaca-kaca dan terduduk lemas di samping Elif sambil menangis tersedu-sedu, Jnas berjongkok dan memeluk mama Elif dengan perasaan hancur.
***
hari ini Elif di pindahkan ke ruang ICU, kondisinya semakin kritis, tubuh Elif benar-benar telah menolak alat bantu medis, tabung oksigen sepertinya tidak banyak membantu, mama Elif terus menangis, dokter telah menyerah tapi Jnas dan mama Elif terus memaksa dokter untuk tidak mencabut alat medisnya, semua keluarga Elif berkumpul di rumah sakit, hanya sedikit harapan Elif untuk bangun, tapi Jnas berpikiran optimis.
setelah meminta izin perawat, Jnas memasuki ruang ICU, Jnas berdiri di samping tempat tidur Elif, keadaan kekasihnya semakin lemah, Jnas benar-benar sedih dan marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa ngapa-ngapain lagi, bahkan untuk memberi isyarat bahwa dia mendengar ucapan Jnas pun tak ada, meskipun begitu Jnas tak menyerah dan tetap berbicara dengan Elif.
" Elif sayang... dimana pun kamu berada, aku yakin kamu pasti dengar suara ku."
tak ada reaksi apa pun dari Elif.
" Aku janji farosyah, aku tidak akan pernah ninggalin kamu lagi, aku akan selalu berada di sampingmu, aku tidak akan membuat kamu sakit lagi, aku akan selalu ada untuk mu, aku akan selalu mendengar semua keluh kesah mu, jadi aku mohon bertahan lah demi Jnas mu, demi keluargamu mama dan papa mu bertahanlah...." ucap Jnas menangis sambil menggenggam erat tangan gadis itu.
Tetap tak ada reaksi dari Elif.
" Elif kamu sudah janji tidak akan pernah ninggalin aku, bangunlah sayang, aku disini sekarang, aku akan menebus semua kesalahan ku yang telah aku lakukan kepada mu, aku janji akan buat kamu bahagia, aku mohon bangunlah farosyah, " Jnas terus menggenggam tangan Elif ia terisak dengan penuh penyesalan, ia tak tega melihat tubuh Elif yang lemah, ingin sekali dia menggantikan rasa sakitnya.