webnovel

MALAM PERTAMA

Situasi pesta pernikahan menjadi tidak kondusif akibat kejadian mati lampu ini. Tamu undangan yang tadinya sangat menikmati pesta menjadi merasa gusar dan tidak nyaman. Merska ingin segera pergi meninggalkan lokasi.

"Kenapa sih?!" Reyhan jadi gerah dan bangkit dari kursi pelaminannya. Gila sih ini, malu-maluin keluarganya aja. Udah sewa hotel paling mahal di luar kota masa gak bisa handle masalah ginian saja?

"Eits, mo kemana kamu Rey?"

"Turun! Mau nyamperin yang punya hotel! Apa ini pelayanan yang seperti ini?"

"Sabar dong sayang..." Mama Lita mencegah anaknya untuk meninggalkan pelaminan. "Tunggu dulu, ini bisa mama handle!"

"Gak bisa ma! Ini semua tamu penting perusahaan! Reyhan gak mau digosipin mereka nanti!"

"Eh ya ampun ini anak ya.." mama Lita jadi gusar, "Tenang, tarik nafas dulu... tarik nafas yak yak betul.. tahan! Ya, hembuskan pelan-pelan..."

"Arrgh! Emang mama kira Reyhan lagi mau lahiran apa?" cowok itu makin berang. "Udah geser sana mama, Reyhan mau lewat!"

"Ya ampun nak mantu.. Mami ikut protes deh!" Mami Lenny ikut-ikutan menyahut obrolan itu. Biasa, caper sama anak mantu baru dan keluarga besan. Namun Lenny buru-buru melarang.

"Gak, Mami disini aja! Biar Lenny sama Reyhan yang pergi nemuin pihak hotelnya buat komplain!"

"Loh, jadi kalian berdua mau ninggalin pelaminan?" papa Danu bingung. Mereka berenam sesaat tatap-tatapan dalam gelap.

"Lo disini aja, biar gue yang pergi!"

"Gak Rey.." Lenny kekeuh. "Yang menikah kan bukan cuma lo doang, gue berhak komplain juga!"

Reyhan menghela nafas panjang. Malas dengan pertengkaran yang tidak jelas. Baru juga menikah berapa jam, masa mereka sudah mau bertengkar lagi?

Terpaksa cowok itu mengiyakan saja. Dengan segera, dia berjalan lebih dahulu, berjarak beberapa langkah di depan Lenny. Mereka berdua menuruni anak tangga buatan yang memang sengaja diciptakan untuk turun dari pelaminan ini. Namun entah karena keadaan yang cukup gelap atau kondisi tubuhnya yang kelelahan, Lenny kehilangan keseimbangan kemudian limbung dan tersungkur.

"Aww!" pekik Lenny. Refleks, Reyhan yang mendengar jeritan itu langsung balik badan lagi dan membantu istrinya berdiri.

"Lo kenapa sih? Ini tangga bukan kasur.."

"Berisik lo! Gue juga ngeh ini tangga.. gelap tau!" Lenny bersungut mencari pembelaan diri. Bukannya minta maaf kek udah jalan duluan, atau minimal nanya ada yang sakit atau enggak? Ini malah nyalahin mulu. Dasar lelaki tidak peka!

"Ya udah sini gue gendong aja, kayaknya lo udah kecapekan nih.."

"Ah enggak deh, malu!"

"Udah gak apa-apa! Itung-itung gue beramal!" tanpa meminta persetujuan Lenny, cowok itu langsung membopong istrinya kedalam kedua tangannya.

Dibawah sinar remang-remang cahaya rembulan, kedua mata itu saling bertatap satu sama lain. Ada pancaran rasa yang tidak terungkapkan disana. Rasa yang sulit didefinisikan karena terlalu banyak.

dan..

DUARRR DUARRR DUARRR

CIUUUUUUUUU

DUARRRR DUARRR DUARRRRRRR

Berbagai jenis petasan dan kembang api melayang ke langit malam ini. Cantik sekali, membuat semua mata yang melihatnya menjadi terbius dan terbawa suasana. Seperti pesta tahun baru. Ternyata ini adalah kejutan yang disiapkan pihak hotel untuk kedua mempelai : pesta kembang api.

Seluruh tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah. Mereka beramai-ramai memuji dan memberikan apresiasi atas pesta kembang api barusan.

Detik itu juga semua lampu menyala serentak seperti semula. Lampu yang didominasi warna warm dan putih inu sangatlah menambah syahdu suasana. Alunan musik kembali tedengar dan pesta barbeque dilanjutkan.

****

Acara ini berakhir tepat jam 23.00 malam, sesuai dengan ekspektasi Mama Lita. Maka setelah seluruh tamu undangan kembali ke kamar hotel masing-masing, keluarga Deandra juga memutuskan untuk beristirahat. Hari ini adalah hari yang panjang dan melelahkan, namun sangat indah. Akhirnya apa yang mereka nanti-nantikan tercapai jua. Tidak ada usaha yang menghianati hasil.

"Ma, Sarah balik ke kamar dulu ya!"

"Okedeh sayang, jangan lupa mandi dulu sebelum tidur ya!" pesan mama Lita pada si bungsu. Sarah mengangguk dan segera meninggalkan kamar mamanya. Kini di dalam kamar hanya bersisa Papa Danu, Mama Lita, dan Reyhan saja. Karena Lenny sudah dibawa lebih dahulu ke kamar lain untuk menjalani rangakaian treatmen pengantin baru. Seperti nyalon kilat gitu deh.

"Reyhan juga balik ke kamar deh, capek..."

"Ah pura-pura aja itu capek, padahal kamu mau nganu kan..." papa Danu mulai mengipas bara, kemudian memberikan kode senyuman jahat ke mama Lita.

"Betul itu pa, udah gak sabar dia rupanya.." mama Lita terkikik geli. "Sabar dong Rey, istri kamu juga masih ngelulur sama menipedi dia!"

"Reyhan mau mandi, tolonglah mama sama papa jangan berpikirian sejauh itu!" Reyhan bangkit dari sofanya dan hendak berjalan keluar, namun ditahan mama.

"STOP! STOP! Kamu gak boleh keluar sebelum minum jamu joss yang udah mama siapin.. bentar sayang ya... ENCUMMM... ENCUMMMM!!!"

"Yes.. ayem, wot hepen bu boss?"

"Mana jamu yang saya suruh buatkan tadi?"

"In de kicen, bu boss. Plis weit ai wil kaming bek sun!"

Encum, asisten rumah tangga di Blue House adalah salah satu dari beberapa asisten yang turut di boyong ke Jawa Barat untuk mensukseskan acara pernikahan ini. Encum itu emang selalu keinggris inggrisan orangnya. Pokoknya dia jawab nginggris terus, karena emang suka nonton pilm Titanic dan terobsesi jadi pemeran aktrisnya. Jadi setiap hari dia akan mencoba speaking terus, walaupun salah pantang mundur pokoknya! Prinsip Encum, kita akan bisa karena terbiasa. Jadi harus pede dan yakin saja lah.

Beberapa detik kemudian, Encum balik lagi ke kamar Mama Lita menbawakan segelas jamu berwarna absurd. Dibilang hijau bukan, kuning juga bukan. Warnanya butek banget pokoknya, sangat-sangat tidak meyakinkan.

"Nah ini Rey..." Mama Lita langsung menyerobot jamu itu dari atas baki yang dibawa Encum, "Ayo ayo kamu minum ya biar lancar sulancar malem ini..."

"No! Gak! Reyhan gak mau!"

Cowok itu bergidik ngeri. Jangan-jangan itu jamu mengandung racun tikus pula. Bentuknya aja udah kacau balau begitu. Bisa mampus dia nanti. Baru saja menikah masa istrinya sudah harus jadi janda ditinggal keracunan?

"Eh, harus sayang! Ayo sini mama yang megangin gelasnya buka mulutnya aaaaa"

"Reyhan gak suka ma!" Cowok itu mendelik, "Pasti ada racunnya itu! Liat aja bentuknya gak karuan..."

"Weleh weleh, plis tuan muda dont jaj e buk bay its kaver.. Ini Encum bikinnya makek cinta lho ya, sembarangan aja nuduh beracun!"

"Ape lu katee?" Reyhan masih memandangi gelas itu dengan ngeri, "Kalo emang gak beracun, coba lo cicip duluan!"

"Okeeey! No prablem yes tuan muda.. luk et mi!"

Encum kembali kedapur unruk mengambil satu cangkir kecil gelas kosong dan membagi jamu itu sedikit ke gelasnya, lalu dengan sangat yakin menenggak jamu itu hingga tetes terakhir. Tuan mudanya harus tau bahwa untuk urusan loyalitas, dia tidak pernah main-main.

Satu menit..

Dua menit..

Sepuluh menit...

Tiga pasang mata dihadapannya menatap Encum tanpa ampun, seolah-olah dia adalah narapidana yang sebentar lagi akan dieksekusi. Ekspresi ketiganya juga sama : begitu tegang dan serius. Khawatir tiba-tiba asistennya ini akan muntah, pingsan, atau bahkan kejang-kejang.

"Tuh kan Encum gakpapa! Liat deh tuan mudaaaaa..." Encum berputar-putar dan menari-nari seperti kehilangan akal sehat. Reyhan menelan ludah. Lah kenapa sih dia? Lebih mirip orang mabok nih.

"Tuan mudaa, ganteng deh.. Encum syukaaaa! Ai laik yuuu!" Encum tersenyum-senyum dan tertawa genit. Sesekali mengedip-ngedipkan sebelah matanya.

"Ma, kayaknya dia mabok deh..." bisik Reyhan pelan. Mama Lita berdecak kesal,

"Kamu sih Rey, ini jamu joss khusus pria dewasa bukan buat wanita! Kalo diminum wanita ya gini nih efeknya jadi ga sadar dia!"

Aduhhhh...

Cowok itu menepok jidat. Kasihan banget si Encum jadi ngefly karena menjadi kelinci percobaan.

"Pa, papa ajak Encum keluar deh biar dia diurus yang lain!" Kata Mama Lita. Beliau jadi kesal soalnya lihat tingkat Encum yang semakin tidak terkendali. Papa Danu menurut dan segera membawa assiten rumah tangga mereka itu pergi dari kamar.

"Reyhan juga pergi dulu ah, mau istirahat.." cowok itu kembali bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar, namun bukan mama Lita namanya jika tidak melakukan tindak pemaksaan. Sekali lagi, ibu sosyeliteeh itu menahan langkah Reyhan.

"Kamu minum jamu ini, atau mama akan nangis?" ancamnya. Reyhan tercekat. Gila, ini sih pemaksaan namanya!

"Apa kamu lihat Mama begitu?" Mama Lita mendangakkan kepalanya, seolah tau apa yang dipikirkan Reyhan. "Ayo minum jamu ini kalo kamu sayang sama Mama!"

Ck! Sungguh ultimatum berisi buah simalakama.. beracun pula!

Dengan amat sangat terpaksa, Reyhan mengambil gelas jamu dari tangan Mamanya dan menenggaknya hingga habis.

Jujur saja dia pengen muntah begitu air jamu melewati kerongkongannya. Rasanya sesuai dengan bentuk minuman itu : aneh dan menjijikan. Reyhan sebenernya suka minum jamu yang dijual mbok gendong. Terlebih jamu itu kan sehat karena terbuat dari tanaman herbal. Namun jamu yang ini sangat jauh dadi ekspektasi. Kalau menurut prediksinya, bisa jadi yang barusan dia minum sebetulnya bukan jamu, mamanya aja yang asal jeplak namain jamu.

"Oke, bagus sekali anak pintar!" mama Lita segera meletakkan gelas kosong itu ke meja. "Sebelum balik ke kamarmu, ayo coba kamu latihan push up dulu!"

"Ap.. apa?!"

"Iya push up Rey! Aduh... itu kan latihan posisi biar istrimu gak sakit pas malam pertama! Kamu gimana sih? Sok polos nih..."

Reyhan sampai ternganga saking gak percayanya mama ngomong begitu. Sungguh blak-blakan dan gak pakai filter lagi! Hari ini membuktikan satu sifat lagi dari mamanya yang belum dia ketahui : blak-blakan! Blong! Gak pakai rem!

Jujur, sebenernya cowok itu mualesss banget nurutin kemauan Mamanya buat push up segala. Toh dia juga gak akan ngelakuin apa-apa malam ini. Jangankan mau 'begituan', bisa rebahan aja udah syukur. Sama sekali Reyhan gak terpikir untuk melakukan itu malam ini maupun malam-malam berikutnya. Dia ingat betul perjanjian sinting macam apa yang telah dibuat sama Lenny tempo hari.

Tapi demi kebahagiaan sang mama, yasudahlah dia terpaksa lagi-lagi menuruti keinginan itu. Biar mama yakin bahwa anaknya ini beneran normal, lelaki tulen, dan masih mencintai wanita seutuhnya.

"Satu... dua.. tiga.. empat.. wuih cepet banget gerakan push up kamu Rey.. bagus bagus!" mama Lita bertepuk tangan begitu Reyhan selesai melakukan push up di lantai. Jelas saja Reyhan push up cepat, secara dia kan hobi olahraga. Perutnya aja udah kotak-kotak kayak teh.

"Sudah kan?" cowok itu membersihkan tangannya yang habis menyentuh lantai, "Kalau gitu dengan segala kerendahan hati, Reyhan memohon dengan sangat kepada Ibu Nyonya Lita Deandra, bolehkah saya pamit untuk istirahat?" cowok itu merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada, tanda memohon dengan sangat.

"Oh tentuu lah, silahkan saja kamu ke kamar! Tapi pesen mama, kamu nanti pelan-pelan saja Rey.. slow but sure, yang penting gol oke? Dan satu lagi... kamu kudu menang ya! Suami itu harus jago memuaskan istri.. oke oke?!"

"Oke deh ma.."

Reyhan merinding sekali mendengar kalimat Mamanya yang super horor itu. Belum ada 24 jam dia menikah, tapi sudah banyak saran-saran sesat yang diterima. Ya Tuhan, aku salah apa?

****

Berbeda dengan Reyhan yang dipaksa minum jamu kuat, di ruangan lain Lenny sedang menjalani treatmen pasca menikah. Ya, gadis itu ngelulur, menikur, pedikur, kukur-kukur, mandi kembang, mandi susu, pokoknya bener-bener mewah bangetlah perlakuannya. Dia juga totok wajah agar lebih rileks, dan pastinya maskeran. Rambutnya, tubuhnya, semuanya ditreatmen agar segar dan wangi, dan tentunya ini requestan mama Lita agar Lenny 'ready to war'!

"Mbak Addara mau pakai baju tidur yang ini, ini, atau ini?" salah satu pegawai beauty and spa itu menawari Lenny berbagai pilihan baju tidur yang sangat-sangat mengejutkan. Bayangkan saja, baju tidur itu semuanya super seksi dan tipis.. malahan Lenny merasa nyaris bugil.

"Gak ada yang lebih tertutup ya?" Gadis itu mengerutkan dahi. Petugasnya geleng-geleng.

"Ini pilihan dari Nyonya Lita Deandra, katanya mbak harus pilih salah satu. Silahkan mbak!"

WHATT?!

Lenny tertegun sejenak. Masalahnya kalau untuk pengantin baru yang 'betulan' menikah pasti mereka oke-oke aja memakai baju tipis plus transparan begitu, justru mungkin malah mengidamkan tidak berbaju sekalian. Tapi untuk pasangan pengantin yang terpaksa kawin seperti dia sih, rugi banget harus menunjukkan sebagian besar tubuhnya ke Reyhan. Gratis-gratis pula! Eh, gak gratis sih, dengan mahar jet pribadi. Tapi tetep aja dong Lenny gak ikhlas memamerkan tubuh indahnya ke cowok model Reyhan.

"Aduh, tapi maaf mbak saya gak suka sama semua model baju tidurnya..."

"Nyonya Lita bilang kalau mbak gak suka gakpapa, katanya mbak boleh pakai handuk aja dan langsung balik ke kamar.."

"APAAAA??!" Gadis itu setengah berteriak. Wah bener-bener ini mertuanya, tega sekali sama menantu baru. Masa dia harus balik ke kamar cuma berhanduk tanpa berbaju dalam. Aduh, makin sakit kepala Lenny.

"Yaudah deh, itu yang item aja!" Lenny jadi kesel, asal tunjuk aja deh. "Tapi saya balik ke kamar masih pakai outer saya tadi ya mbak! Gak mungkin saya cuma pake baju tipis begitu! Ya, meskipun kamarnya cuma di sebelah.."

"Oke mbak, tapi pesan Nyonya Lita nanti begitu mbak masuk kamar, saya ambil lagi long outernya untuk dilaundry.."

"HAAAAAAAAA???!!!"

****

Bener-bener gak habis pikir Lenny sama mama Lita, wanita paruh baya itu seperti sengaja menjebaknya untuk tidak berbusana malam ini.

Sekarang gadis itu sendirian di dalam kamar hotel mereka. Kamar yang sudah dihiasi dengan full bunga mawar dan lilin yang menyala dan tertata bentuk hati. Dekorasi kamar ini betul-betul menyerupai kamar pengantin impiannya dulu sewaktu kecil. Ah, tapi sayang sekali keinginannya menghabiskan malam pertama dengan orang yang dicinta sepertinya tidak akan terwujud. Mimpi kecil itu hanyalah mimpi, dan apa yang menimpanya saat ini merupakan realita pahit yang harus dijalani.

Lenny mulai duduk di sudut atas ranjangnya, mengamati satu demi satu kelopak bunga mawar yang menyerbak, mengeluarkan wangi khasnya, ditambah lagi ada wangi aromaterapi. Ah, rasanya gadis itu ingin tidur saja. Apalagi hari ini adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan. Dia sungguh merindukan berpeluk mesra dengan kasur.

Gadis itu kemudian berdiri, berjalan ke sudut ruangan dimana ada sebuah kaca rias besar yang bisa memantulkan bayangannya saat ini juga. Kulit putih mulus itu, sangat kontras dengan warna baju tidur ini yang hitam. Baru kali ini Lenny merasa seksi, benar-benar seksi dan menggoda. Belahan dadanya begitu rendah, celana dalam berwarna hitam itu juga sungguh kelihatan. Meskipun luarannya dibalut kain selutut namun kain itu hanyalah kain transparan yang tidak bisa menyembunyikan bentuk paha, dan selangkangannya pastinya. Lenny jadi malu sendiri, apalagi kalau sampai Reyhan melihatnya dalam kondisi seperti ini, apa kata cowok itu nanti?

Dan feeling Lenny memang benar, beberapa detik kemudian pintu kamarnya terbuka dan masuklah sosok yang paling dihindari malam ini.

Cowok itu dengan cuek segera masuk dan mengunci pintunya dengan santai. Sama sekali tidak menatap ke arah Lenny yang tengah sibuk menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan telapak tangan.

"Eh.. eh! Lo ngapain tidur di kasur!"

"Kenapa?" Reyhan mengerutkan dahi, "Ini kan kasur gue, suka-suka dong!"

"Gak bisa! Gue yang tidur di kasur, elo tidur di sofa!"

"Kata siapa?!"

"Kata gue barusan!" Lenny ngotot, namun tangannya masih sibuk menutupi bagian tubuhnya. Dia semakin salting karena Reyhan menatapnya dengan tatapan aneh. "Apa lo liat-liat!"

"Kenapa?" Reyhan menaikkan satu alisnya, menatap Lenny dengan pakaian minim itu from head to toe.

Gilaaa.... cewek itu bener-bener seksi luar dalam ternyata! Badannya aduhai, kulitnya betulan mulus dan satu lagi.. montok! Bodinya bagus banget, sebagai seorang cowok sejati tentu saja Reyhan jadi tergoda melihat keajaiban dunia ke delapan saat ini terpampang nyata di depan matanya. Mana gak ada orang lain selain mereka berdua, plus hubungan keduanya udah sah pula. Otaknya jadi mikir gak karuan sekarang. Jadi bagaimana?

"Elo jangan kurang ajar ya! Berani macem-macem, gue bakalan jerit nih sekencang-kencangnya!"

"Silahkan aja lo menjerit, 7 oktaf sekalian bila perlu!" Cowok itu tersenyum nakal. "Gak bakalan ada yang denger, dan gak akan ada yang peduli juga!"

"Eh jangan nantangin! Lo belum tau gue siapa!"

"Elo siapa?!" Reyhan melangkah maju mendekati cewek itu, membuat Lenny menjadi semakin ketakutan kemudian berlari dan sembunyi ke sudut ruangan, dia menutupi tubuhnya dengan kain gordeng. Melihat reaksi cewek itu, Reyhan jadi semakin beringas dan senang menjahili. Biar dia tahu rasa dengan siapa dia berurusan. Seenaknya saja mau mengatur ruangan ini dan menyuruh dirinya tidur di sofa. Sudah cukup seharian ini dia menahan semua rasa, malam ini waktunya merdeka!

"Ayo jerit.. yang kenceng! Tapi ngomong-ngomong, lo mau menjerit doang atau mendesah juga nih? Sepertinya harus di pertimbangkan dengan baik. Jangan sampai nanti salah bersuara! Bisa ber a be!"

KURANG AJAR!

Wajah Lenny memerah padam mendengar ucapan Reyhan barusan. Cowok itu sungguh kelewat batas. Apa maksudnya coba berbicara seperti itu? Dia gak akan mau ngelakukannya. Gak akan!

"Kenapa lo diem? Sariawan? Letih? Lesu? Bibir pecah-pecah? Sakit tenggorokan? Susah BAB? Panas dalam?!" Cowok itu mulai nyerocos gak karuan. Dengan ekspresi yang sulit diartikan, dia berjalan mendekati si korban bullying malam ini. Lenny semakin menutup diri rapat-rapat dengan gordeng kamar hotel ini. Bodo amat walaupun kotor atau berdebu, yang penting dia bertekad tidak akan dipamerkan tubuhnya untuk makhluk itu gratis-gratis!

"Jangan mendekat!" Bentak Lenny. Reyhan cengengesan dan justru dengan berani semakin mendekat.. mendekat.. mendekat..

Lenny menghitung dalam hati dan siap mengambil ancang-ancang untuk menendang bagian tubuh Reyhan yang sangat utama. Yang bisa dipastikan akan sukses membuat cowok itu kapok dan berhenti mengerjainya.

Lalu tiba-tiba...

"ADAWWW AAAAAA!!!"

"Lah? Kenapa sih?!"

Bak senjata makan tuan, Lenny yang semula hendak menendang daerah terlarang Reyhan dengan sekuat jiwa raga malah terpeleset sendiri lalu terjatuh ke lantai. Jatuhnya bersamaan dengan gorden kamar hotel yang sukses copot dari plangnya pula. Sudah jatuh ketimpa plang, malang sekali nasibmu ck ck ck!

"Aduh tulang gue.. kaku gue.."

"Makanya, gak usah kebanyakan atraksi. Belum juga di apa-apain!" Reyhan berjongkok di depan Lenny, musnah sudah semua fikiran nya yang sudah menerawang jauh ke angkasa. Entah kenapa sejak minum jamu joss, dia merasa otaknya agak konslet. Tapi yasudahlah, ini istri sendiri lagi kena musibah marilah stop untuk dijahili!

"Apanya yang sakit?"

"Bokong gue, kaki gue.. tulang kaki.. aduh Rey sakit..."

"Yaudah kita pindah ke kasur!"

Reyhan segera membopong Lenny untuk ke tempat tidur, meletakkan gadis yang tengah merintih kesakitan itu dengan sangat pelan dan hati-hati.

****

Tanpa sepengetahuan Reyhan dan Lenny, baru saja mama Lita mengendap-endap berdiri di depan pintu kamar keduanya. Mama Lita yang tingkat kekepoannya kumat, merasa sangat penasaran dan ingin tau dengan malam pertama pasangan pengantin baru itu. Apakah akan berlangsung dengan sangat hot? cool? atau campuran? Mampukah Reyhan menjebol gawang lawan? Dan siapakah yang akan keluar sebagai pemenang?

Yuhuu, yang pasti Mama Lita gak mau ketinggalan mengenai hal yang mengasyikkan itu. Maka jauh-jauh hari, beliau sudah membeli alat penyadap suara yang bisa menembus dinding. Wuih, sangat niat sekali bukan?

Cara kerja alat itu sangat simple, cukup tempelkan alat penyadap suara ke dinding yang diperkirakan adalah sumber suara. Kemudian tinggal sambungkan ke earphone deh, lalu terdengarlah suara dua manusia di dalam dengan lebih jelas. Canggih sekali pemikiran mama Lita!

Dan kalimat "Yuk kita pindah ke kasur" yang ucapkan Reyhan barusan adalah kalimat pertama yang didengar mama Lita. Wah, beliau sangat antusias dan tidak sabar menantikan kelanjutannya! Ternyata dia datang tepat waktu, permainannya baru saja hendak dimulai!

"Aw.. pelan-pelan.."

"Iya bawel, ini juga pelan-pelan. Coba buka dulu kakinya gak kelihatan nih!"

"Ahhh.. sakit Rey.. pelan-pelan nekannya!"

Mendengar kalimat-kalimat itu, mama Lita cekikikan sendiri diluar. Dasar pengantin baru kurang berpengalaman, masa malam pertama sakit sih, gak pake trik! Pikir Mama Lita.

Sedang asyik-asyiknya menguping, mendadak mama Lita dikagetkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Papa!" Mama Lita memekik, sedetik kemudian dia memberikan isyarat diam pada suaminya. "Ngapain sik papa kesini?" bisik mama Lita. Suaranya puelan pol. Udah kayak maling yang takut terciduk. Refleks, papa Danu pun menjawab dengan berbisik pula.

"Harusnya papa yang nanya, ngapain mama disini? Mau nguping Reyhan lagi wik wik ya?"

"Ih sembarangan aja! Mama cuma kepo kok, gimana reaksi jamu joss itu, iya itu aja!"

"Bohong nih mama, coba bagi earphonenya papa mau denger juga!"

Jadilah separo earphone dipakai papa Danu, dan satunya lagi dipakai mama Lita. Dua orang usia lanjut yang sungguh kurang kerjaan sekali, kepo dengan urusan anak sendiri ckckck tidak patut ditiru.

"Gimana? Enak kan?"

"Iya enak... makasih ya Rey. Tapi kalau gak keberatan, boleh sekali lagi kan? Yang ini belom nih.."

"Ah tadi aja malu-malu, sekarang ketagihan nih?"

"Hehehehe ayo dong Rey gue udah gak kuat nih.. gak tahan lagi.. biar ntar bisa langsung istirahat kita.."

"Yaudah tahan dikit ya, agak sakit tapi nanti kalau udah keluar enak kok!"

"Iya, pelan-pelan aja nusuknya. Aaawwwww.. aduhh.. Rey.. mmmhh sakit.."

"Sabar ya, agak susah nih, lebarin dikit dong kakinya.. nah bagus..."

"Cepetan Rey.. biar cepet keluar!"

"Iya ini dikit lagi keluar kok.."

Mama Lita dan papa Danu saling pandang. Wah, ini pasti berkat jamu Joss itu Reyhan jadi cepat keluar nih. Bener-bener top markotop itu jamu.

"Udah yuk ma, kita balik ke kamar sendiri!" Papa Danu melepaskan earphonenya. Mama Lita tersenyum-senyum malu.

"Ihh, papa genit deh! Pasti ada udang dibalik bakwan nih.. iya kan?"

"Bukan begitu, Reyhan udah jago ngapain mama pantau terus. Biarin aja dia berkreasi sendiri. Yuk bobo ma!"

"Hihihi iya deh pa, mama yakin bentar lagi pasti Reyhan bakalan ngasih kita cucu yang buanyaak banget, malam pertamanya aja buas begitu!"

Mama Lita segera mencopot alat penyadap suaranya dari dinding kamar hotel Reyhan. Dengan tatap-tatapan penuh kode-kode yang sulit dipecahkan, akhirnya pasangan pengantin lawas itu meninggalkan depan pintu kamar hotel Reyhan dan Lenny malam ini.

****

"Nah kena kan! Yess! Keluar dia!"

"Fyuhh, lega gue. Akhirnya gak ngilu lagi! Makasih banyak ya lo udah mijetin kaki gue, plus mencabut duri karena jatuh pas di pesta tadi.. ini tuh karena mati lampu!"

"Halah, dasar lo nya aja yang ceroboh!" tuding cowok itu enteng. Dia mulai membuangi kelopak mawar yang memenuhi atas ranjang mereka malam ini. Mawar-mawar ini menurutnya mengganggu kenyamanan saat tidur. Padahal ekspektasi Reyhan besok ingin fokus tidur seharian, fokus menikmati masa menganggurnya.

"Ah dasar durinya aja nih pengen nancep dikaki indah gue. Pantesan aja dari tadi gue merasa ada yang mengganjal dikaki. Untung aja udah keluar itu duri."

Reyhan diam saja, dia mulai mengambil ancang-ancang untuk tidur pulas. Namun sebelum tidur cowok itu membuka kaosnya dan bertelanjang dada. Refleks Lenny jadi malu sendiri.

"Kenapa tutup muka?!" tanya Reyhan enteng. Cowok itu pede sekali menampakkan otot-ototnya yang sebesar pohon mangga.

"Lo bisa tidur pakai baju aja gak sih? Gue risih nih.."

"Oh gak bisa, mulai sekarang kita harus hidup sesuai apa yang kita mau, gak boleh melarang! Gue emang selalu tidur topless begini, dan elo harus membiasakan diri untuk melihat pemadangan ini, oke?"

Lenny mencibir, "Ih gak adil! Ini namanya pemaksaan tauk!"

"Ya kalau lo ngerasa gak adil, lo juga boleh kalau mau topless.. gue sih akan melihat dengan senang hati, kalau bisa malah bugil sekalian!" jawab Reyhan enteng. Lenny mendengus sebal. Sialan banget ini cowok, tunggu saja pembalasannya!

Lenny segera menumpuk tumpukan bantal guling untuk memberi "batas kekuasaan" diantara mereka. Sebagian ranjang sebelah kiri adalah milik Reyhan, dan sebagian ranjang sebelah kanan adalah milik Lenny.

"Ini batas kita ya, dilarang menggangu satu sama lain!"

"Oke, awas aja lo ganggu gue! Gue mau tidur!"

Reyhan segera masuk ke dalam selimut dan tak beberapa lama dia tetidur pulas.

****

Bab berikutnya