webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [37]

Bagi yang penasaran siapa Rain.

Ini dia jawaban nya!.

Jangan pada kesel atau marah sama dia. Dia belum tentu jahat kok.

Eh tapi gak tau juga sih haha

Bagi yang nanya dimana Aiden? Dia lagi marah-marah 😱.

Mau tau kenapa dia marah-marah?

Tungguin terus dah pokoknya tunggu aku kembali nanti ya..

See you next chapter.

Jangan lupa vote,coment,share dan dukung terus! Karena itu semua sangat berarti buat aku

Happy reading!

__________

Pria tampan dengan rambut blonde itu kembali dengan dua ice cream vanilla di tangan nya. Senyuman cerah nya terus terlihat selama dia berjalan dan jangan lupakan juga kedua lesung pipi di masing-masing pipinya yang menambah kadar ketampanan pria itu. Langkah nya yang lebar dan mantap karena kakinya yang jenjang sering membuat banyak orang salah paham dengan menganggapnya berprofesi sebagai seorang model walau kenyataan nya bukan. Terkadang punya wajah tampan juga tak kalah merepotkan nya. Contohnya saja tatapan kagum serta teriakan genit para wanita yang berada di sekitarnya. Sungguh mengganggu.

Mari kita kembali lagi pada cerita pria yang bernama Rain. Perjalanan pria itu ke Paris sebenarnya tidak ia rencanakan sebelumnya ataupun terpikirkan olehnya. Memang benar kalau dia sedang ingin mencari spot foto indah di negara lain namun Paris tidak pernah masuk kedalam list negara tujuan nya.

Rain merasa Paris sangat tidak cocok untuk nya yang masih melajang. Karena Paris adalah simbol dari julukan The city of love jadi tidak mungkin dia bisa memotret sesuatu yang berhubungan dengan cinta kalau diri nya sendiri saja sedang tidak merasakan cinta. Itu tidak adil baginya.

Tapi semua itu benar-benar diluar dugaan nya. Perjalanan yang salah malah membawa nya menemukan wanita yang telah lama tidak ia temui.

Ya.. wanita yang telah lama tidak ia temui itu adalah Lova, cinta masa sma nya.

Awalnya dia ragu kalau yang ia lihat adalah Lova namun setelah ia memastikan kebenarannya. Dugaan nya ternyata tidak salah. Dugaan miliknya benar 100%. Wanita yang ada di hadapannya memang Lova.

Perasaan nya kembali menghangat setelah melihat wanita itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan mempesona. Tepat seperti bayangan nya saat mereka pertama kali bertemu. Kira-kira 7 tahun yang lalu.

Saat itu hari pertama anak-anak remaja akan memulai masa dimana dia mulai mempertanyakan keberadaan nya di dunia ini. Untuk apa dia ada di dunia ini, tugas apa yang harus dia tanggung di masa depan, keinginan apa yang ingin dia capai dengan kedua tangan nya sendiri dan yang paling banyak di pertanyakan oleh semua anak remaja adalah apa arti kehidupan yang sesungguhnya.

Semua anak-anak remaja di sekolah sibuk membicarakan semua itu kecuali seorang gadis cantik dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Dibawah pohon yang rindang, dia bersembunyi dari teriknya panas matahari. Kedua matanya terpejam seakan dia enggan melihat apapun yang akan membuatnya resah. Anak rambutnya yang halus berterbangan mengikuti kemana arah angin berhembus. Rain merasa tertarik karena di semua sisi semua anak sibuk bercengkrama dengan teman yang baru mereka jumpai. Namun gadis itu hanya menyendiri sambil menikmati ketenangan yang ia ciptakan sendiri.

Rain yang saat itu tengah tepesona memutuskan untuk duduk disebelah gadis itu. Tanpa banyak pergerakan ataupun mengeluarkan satu patah kata pun, Rain hanya memperhatikan gadis cantik itu dengan seksama. Hidung yang mancung namun kecil terasa pas di wajah mungil itu. Bibir yang tetap terlihat pink walau tanpa polesan lipstik sedikitpun serta bulu mata yang lentik menghiasi kedua kelopak mata gadis itu. Anak laki-laki itu yakin kalau kedua mata gadis itu jauh lebih indah jika terlihat. Rain tersenyum geli. Dia terlihat seperti orang bodoh.

Sebuah buku yang terbuka berada di pangkuan gadis itu. Rain memberanikan dirinya mengintip isi buku gadis itu dan sebuah nama tertulis diatasnya.

Lova

Ah.. jadi itu namanya. Anak laki-laki itu mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Meskipun tak saling bicara tapi dia bisa mengetahui nama gadis itu dengan mudah. Mungkin takdir baik lagi berpihak padanya.

Lova.

Batin anak laki-laki itu sekali lagi. Nama yang indah seperti pemiliknya. Sangat serasi. Dia merogoh kantung celananya lalu mengeluarkan sebatang coklat. Dia sangat suka makan coklat oleh karena itu dia selalu membawanya kemana saja. Konyol memang untuk seukuran anak yang sudah beranjak dewasa masih membawa coklat kemana-mana namun kegemaran nya akan coklat tak bisa di hentikan oleh siapapun dan apapun. Baginya, coklat membawa kebahagiaan tersendiri untuknya.

Seperti saat ini. Dia jadi memiliki perantara untuk mengenal gadis ini. Anak laki-laki itu membuka tas ransel nya lalu mengeluarkan sticky note serta pulpen.

Ini coklat terakhir yang aku punya. Namamu Lova kan? Nama yang indah, seindah pemiliknya. Jadi mari berteman nanti.

Rain

Seulas senyuman bodoh terukir di wajah anak laki-laki itu saat sedang menempelkan catatan itu diatas coklat lalu meletakkan coklat itu tepat disebelah gadis itu. Setelah ia letakkan, dia pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun kepada hadis itu.

Mungkin saat itu hati nya telah memilih seseorang yang akan dia sebut sebagai cinta pertamanya.

Namun pria itu kini tersenyum kecewa. Semua kenangan yang ia pikirkan tadi berhenti berputar saat dia kembali ingat bahwa pada kenyataan nya Lova tidak mengingat nya sama sekali. Itu sangat membuatnya sedih. Walau pertemuan mereka singkat namun Rain tak pernah melupakan semuanya.

Rain melihat Lova lalu menghentikan langkah kakinya saat melihat seorang pria berbadan besar dengan setelan jas hitam mendekati Lova. Rain memperhatikan setiap kejadian dengan seksama dan tenang. Dia tidak boleh gegabah atau terburu-buru menyimpulkan sesuatu. Dia harus tau apa yang terjadi baru akan mengambil tindakan.

"Nyonya Lova. anda diminta tuan untuk kembali ke kantor karena meeting nya telah selesai. Kalau anda tidak kembali dalam 5 menit maka tuan akan menjemput paksa anda." Ucap pria itu.

Rain menatap wajah Lova yang menunjukkan berbagai macam emosi yang tersirat dari raut wajahnya. Namun yang muncul dipenglihatan Rain hanyalah raut wajah kesedihan. Dia sangat yakin akan itu karena dia sangat mengerti akan ekspresi seseorang.

'Siapa pria itu? Tolong katakan tidak. Aku mohon.'

"Baiklah aku akan kembali sekarang." Jawab Lova pasrah.

Rain menggenggam kedua ice cream yang berada ditangannya dengan kuat. Sebenarnya dia ingin mengatakan pada Lova semua yang ia ingin katakan 7 tahun yang lalu dan menarik wanita itu sekarang untuk pergi bersamanya namun dia tidak ingin bertingkah seperti pahlawan kesiangan yang sebenarnya tidak tau apa-apa namun bertingkah seperti penyelamat. Dia akan datang lagi nanti dengan sebuah rencana matang maka dari itu tunggulah sebentar lagi,Lova

"Saat ini mungkin kau belum mengingat ku namun saat kita bertemu lagi nanti, aku tidak akan pergi lagi dan kau tak akan bisa melarikan diri lagi."

"Jadi mari kita bertemu lagi, Lova."

__________

To be continuous

Bab berikutnya