Nana langsung meminta Nayla diam dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya, Nana melirik Lion yang ada di samping dengan ekspresi jelek karena merasa tidak enak dengan apa yang dikatakan Nayla secara dia tau kalau Lion bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
"Haa... ha..,mama pasti sedang bermimpi, secara Kim Lion itu nampak biasa aja kalau menurutku"
"Karena kamu buta saja makanya kamu tidak bisa membedakan mana orang ganteng dan yang tidak" sahut Lion menengahi pembicaraan Nana dan Nayla.
"Dek tadi suara siapa?, dan apa kamu sedang ada di dalam mobil? "
"Aahhh iya aku lagi di jalan, tadi suara supir taxi yang cukup bawel, dia juga bisa bahasa Indonesia."
Mendengar itu Lion langsung menatap Nana dengan sinis, Nana bergidik ngeri melihat tatapan Lion.
"Just kidding hee.. " tatapan tajam Lion di balas dengan cengiran dari Nana yang bercampur rasa ngeri.
Lion langsung kembali fokus menyetir setelah melihat ekspresi Nana yang lucu dan menggemaskan.
"Ohhh ya kak, si kutu buku apa kabarnya?, kenapa handphonnya tidak pernah aktif, aku kangen banget sama dia bisa sambungin gak?"
Mendengar pertanyaan Nana, Nayla mengangguk dan langsung membuat panggilan Vidio ke Qiano yang kebetulan masih belajar.
Qiano adalah adik laki-laki satu-satunya yang di kenal tidak banyak bicara dan memiliki IQ tinggi sehingga dari SD sampai SMA nya dia selalu mendapat beasiswa.
"Dek, mba Nana mau ngomong nih sama kamu !" Qiano langsung bergabung dengan obrolan kedua kakak perempuannya.
Setelah wajahnya terlihat jelas, Nana langsung kegirangan, meski Qiano tampak biasa saja tapi sebenarnya dia kangen melihat wajah manis Nana yang sudah beberapa bulan tidak dia lihat.
"Lagi apa kutu buku?" Tanya Nana dengan antusias ketika melihat adik lelaki kesayangannya itu.
"Lagi ngerjain tugas, tumben nyari Qiano ada apa?"Jawab Qiano dengan malas, karena dia paling tidak senang di ganggu saat sedang membuat tugas.
"Ihh kok jawabnya ketus begitu, iya deh mba minta maaf telah ganggu, oh iya kenapa handphonmu tidak pernah aktif? "
"Rusak"
"Kalau rusak kenapa enggak bilang mba sih?, kan mba bisa beliin"
"Qiano bisa beli lagi dengan uang sendiri, jadi mba tidak perlu repot, lagian Qiano lagi fokus dengan semesteran makanya belum mau ngurusin handphon"
"Terus sekarang bisa VC, Itu artinya handphonmu sudah tidak rusak lagi kan? "
"Iya"
Lion yang sedari tadi diam tiba-tiba menghentikan mobilnya.
"Kita sudah sampai" ucap Lion
"Ohhh kita sudah sampai ya, ya udah aku pamitan dulu sama adikku" Kata Nana setelah itu dia kembali melihat Qiano yang nampak seirus.
"Dek, mba tutup dulu ya, oh iya sampain salam mba sama mama dan papa ya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Setelah mendapat jawaban dari adiknya. Nana langsung menutup panggilan.
"Terimaksih sudah mau meminjamkannya padaku" ucap Nana seraya menjulurkan tab kearah Lion lagi.
Sambil bersiap keluar dari mobil Lion berkata, "Itu buat kamu aja, karena itu sudah tercemari oleh tanganmu, jadi saya tidak mau menyentuhnya"
Ekspresi Nana menjadi gelap, dia berfikir apakah dia itu virus sehingga Lion takut memegang sesuatu yang sudah di pegangannya belum saja Nana mebela diri Lion kembali menatapnya dengan penuh arti,
"Sekarang keluarlah!"
Nana kembali dalam kebingungan, dia berfikir apakah Lion ingin meninggalkannya di tempat asing.
"Kamu tidak ikut keluar?"
"Ada urusan yang harus aku lakukan, jadi kamu bisa masuk ke butik itu sendiri, dan sekarang cepatlah keluar karena pemilik butiknya sudah menunggumu dari tadi"Jelas Lion.
Nana melirik keluar jendela mobil, dia melihat ada 3 orang perempuan yang berdiri dan tersenyum hendak menyambut Nana.
"Terus bagaimana aku bisa kembali ke hotel?" Tanya Nana bingung.
"Masuk saja dulu nanti juga kamu tau !" Kata Lion datar.
Dengan berat hati dan fikiran di penuhi oleh kebingungan, Nana keluar dari mobil membawa tas dan tab Lion.
"Nona Nana mari ikut kami !" Kata manager butik itu menggunakan bahasa Inggris yang fasih karena dia tau kalau tamunya bukan orang Jerman.
Tanpa basa basi lagi mobil Lion langsung meninggalkan area butik, ada sedikit rasa kesal di hati Nana melihat sikap dingin Lion, entah mengapa dia rindu sikap usil Lion dan dia mulai risih dengan sikap cuwek Lion.
Di dalam butik Nana berjalan mengikuti arahan sang Manager.
"Anda beruntung bisa menjadi calon istri tuan Lion" ucap manager hotel.
Nana mengerutkan keningnya mendengar perkataan sang manager.
"Waoo tab mu bagus" Lanjut manager itu lagi ketika melihat tab yang di pegang Nana.
"Hee.. he, ini tab bekas orang dan tidak sebagus yang anda fikirkan" Kata Nana sambil tersenyum.
Manager itu menjepit alisnya, dia menatap tab itu dengan seksama dan nampak jelas di belakang tab merek dan nama tab itu.
"Ahh Nona bisa aja, ini kan tab keluaran terbaru di Jerman dan baru kemarin di perkenalkan ke muka umum, dan harganya sangat mahal yang mampu belipun mungkin hanya orang dari kalangan atas saja"
Nana terkejut mendengar perkataan manager itu, dia menatap tab yang di pegangnya, dia berfikir tab itu sama aja kelihatannya dengan yang lain, kalaupun itu benar-benar mahal itu artinya Lion adalah orang yang suka membakar uang, buktinya dia malah memberikannya pada Nana hanya karena Nana menggunakannya.
Meskipun sebenarnya Lion dari awal membelinya memang untuk Nana tapi dia bingung bagaimana cara memberikannya, karena Nana pasti akan menolaknya.
"Haa haa.. iya sebenarnya tab ini milik Lion dan dia memberikannya padaku setelah dia menggunakannya makanya aku bilang bekas" Jelas Nana.