"Dia hanya shok dan mengalami gagar otak ringan serta dia menderita cidera di leher dan pita suaranya, itu mengakibatkan dia kesulitan bicara untuk sementara" jelas dokter.
Mendengar penjelasan dokter, ekspresi Lion menjadi jatuh, dia merasa bersalah dan sangat menyesal.
"Kalau begitu saya ingin membawanya pulang ke rumah saya sekarang juga"
"Maaf tuan, sebaiknya dia harus tetap di rumah sakit untuk proses penyembuhannya." Dokter mencoba mencegah Lion.
"Aku akan merawatnya, dan dia akan di rawat oleh dokter profesional, jadi saya minta sekarang tolong dokter persiapkan ke pulangan calon istri saya!" tatapan Lion sangat buas dan itu membuat dokter merasa ngeri selain itu dia juga mengenal tempramen buruk Lion.
"Baiklah" akhirnya dokter mengalah dan langsung mengurus kepulangan Nana.
Beberapa saat kemudian Jeha sampai di rumah sakit dan menemukan mobil Lion yang terparkir di depan UGD rumah sakit, Jeha merasa lega karena berhasil menemukan Nana, segera setelah itu dia masuk rumah sakit.
"Maaf suster apakah di sini ada pasien bernama Nana yang baru beberapa menit yang lalu masuk rumah sakit ini?" tanya Jeha.
Suster itu langsung mengecek nama pasien yang masuk malam ini. Beberapa saat kemudian suster itu melihat Jeha kembali.
"Nona Nana memang masuk rumah sakit ini tapi beberapa menit yang lalu dia sudah di bawa pulang oleh calon suaminya "
"Apa? pulang? apakah keadaannya sudah membaik?" Jeha merasa semakin khawatir.
Suster itu menelungkupkan kedua tangannya ke dada. "Maaf tuan, kami tidak bisa memberikan informasi pasien kepada orang lain tanpa persetujuan wali"
Mendengar perkataan suster itu, Jeha menjadi kesal. 'Kurang ajar kamu Lion, kamu sengaja membuatku kehilangan jejak Nana'. batin Jeha sambil menyeka darah dari sudut bibirnya.
Setelah dari rumah sakit Jeha langsung mengendarai mobilnya ke arah rumah Lion, tapi sayang ketika dia sampai di depan rumah Lion dia di beritahu kalau Lion malam ini melakukan penerbangan ke Jerman.
"Lion, kamu brengsek! " Jeha membanting setir mobilnya, dia tidak menyangka kalau si gila Lion nekat membawa Nana pergi sejauh itu.
Setelah dari rumah Lion, Jeha langsung memutar balik mobilnya menuju kantornya, tampak beberapa kariyawan One Soft lembur dan sibuk mengerjakan tugasnya.
Segera Jeha duduk di kursinya dan membuka komputernya untuk memastikan jejak Lion apakah dia masih di Korea atau sudah berada di pesawat.
"Sial" umpat Jeha ketika mengetahui posisi Lion ada di bandara, itu artinya Lion akan segera naik pesawat pribadinya.
»Di Dalam Pesawat«
Lion memeluk Nana yang masih tidak sadarkan diri. Untuk sesaat dia menatap lekat wajah gadisnya itu dan mengingat tindakan buruk yang seharusnya tidak pernah dia lakukan.
Nana aku akan bertanggung jawab dengan kesembuhanmu, kita akan menemui dokter dan rumah sakit terbaik di Jerman.
Lion mengecup kening Nana sambil melanjutkan kata-katanya lagi, "Gadis ular aku akui kalau aku sudah jatuh cinta padamu, hatiku sakit melihatmu terluka, dan berharap kita bisa hidup bersama"
Tanpa Lion sadari, Nana mendengar semua perkataannya, seketika itu air mata Nana jatuh tanpa sepengetahuan Lion.
'Terimakasih sudah mencintaiku tapi aku tidak bisa bersamamu meski aku sadari akupun memiliki rasa yang sama denganmu tapi aku harus segera menghilangkannya, selain itu kamu sudah membuatku tidak bisa mempercayaimu.' Batin Nana.
Beberapa saat kemudian Lion merasa ngantuk berat, diapun akhirnya tertidur sambil memeluk erat Nana seolah dia takut Nana akan melarikan diri darinya.
Menyadari Lion sudah tidur Nana membuka matanya dan menatap wajah Lion, dia merasa patah hati melihat darah yang ada di sudut mulut Lion.
'Kamu begitu kasar dan menakutkan tapi kenapa hatiku mengingkari kebenaran itu?, hatiku merasa sakit juga melihatmu terluka, Lion aku harap kamu juga segera menghilangkan perasaanmu itu'. Batin Nana.
Tanpa sadar Nana menyentuh sudut bibir Lion yang terluka dan mencoba membersihkan darah yang masih menempel di sudut bibirnya dengan lembut.
Tiba-tiba saja Lion memegang tangan Nana dan seketika itu mata mereka beradu dan Nana langsung kaget melihat Lion terbangun.
"Maafkan aku ! " ucap Lion dengan ekspresi dan tatapan yang lembut. "Maafkan aku Nana!" Sekali lagi Lion mengulang ucapannya.
Nana terkejut mendengar seorang Lion bisa mengatakan maaf, berulang kali Nana mengedip-ngedipkan matanya tapi sayang keadaannya masih lemah dan suaranya masih belum pulih.
Melihat ekspresi terkejutnya Nana, Lion membelai wajah Nana dengan lembut, seraya berkata, "Maaf karena aku telah melukaimu, aku hanya merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan dan itu membuatku bingung"
Jantung Nana berdetak makin kencang ketika tangan lembut Lion menyentuh pipinya, dia hanya mampu bergumam dalam hati.
'Tolong jangan katakan kalau kamu mencintaiku!'
"Kalau kamu ingin bicara, kamu bisa menulisnya di kertas ini" kata Lion ketika menyadari kalau Nana ingin menyampaikan sesuatu.
Nana mengangguk, setelah itu dengan segera Lion memberikan Nana kertas dan polpen.
Nana mengambil kertas dan polpen itu dari Lion, dia langsung menulis apa yang ingin dia sampaikan setelah itu dia menjulurkannya kembali pada Lion.
"Kita di mana dan mau kemana? "
"Kita di pesawat menuju Jerman" jawab Lion setelah membaca tulisan Nana.
Mata Nana melotot, bagaimana mungkin dia pergi sejauh itu, bagaimana dengan pekerjaannya? bagaimana dengan Jeha?, Nana merebut kertas dari tangan Lion dan kembali menulis di kertas itu.
"Aku tidak mau ke Jerman"