webnovel

Pelayan (2)

Setelah selesai menyuapi Lion. Nana menjulurkan minuman ke mulut Lion, dengan senyum licik air yang ada di gelas jatuh dan membasahi jas Lion, melihat itu Nana mencoba menahan senyumnya.

"Auu.. " Lion terkejut dan langsung berdiri, jasnya yang mahal basah terkena air, ekspresi Lion langsung menjadi gelap.

"Maaf gak sengaja" ucap Nana sambil membersihkan air dari jas Lion.

Lion menarik nafas dalam, dia geram dan dengan kasar Lion menyingkirkan tangan Nana dari jasnya.

"Singkirkan tanganmu yang kotor itu!".

"Ya sudah kalau begitu aku akan pulang sekarang, tugasku sudah selesai kan? " ucap Nana sambil beres-beres.

"Jangan harap kamu bisa pergi begitu saja, karena tugasmu masih ada" ucap Lion sambil melepas jasnya dan melemparnya ke tong sampah.

Nana terperangah melihat Lion membuang jas mahalnya begitu saja.

'Apakah dia sekaya itu ? sampai membuang-buang barang mahal dengan sangat mudah? tidakkah dia tau kalau di luar sana masih banyak orang yang kekurangan pakaian?', Batin Nana sambil menatap jijik kearah Lion.

"Apa lagi sekarang? " teriak Nana dengan kesal. "Duduklah di lantai itu dengan patuh, tunggu aku sampai selesai bekerja dan tugasmu adalah mengantarku pulang" kata Lion. Setelah itu dia langsung kembali ke kursinya.

"Bukannya kamu punya supir ?, lagi pula aku hanya bawa motor emangnya kamu mau naik motor? " tanya Nana.

"Nanti Hyun Ae yang bawa motor bututmu itu pulang" sahut Lion.

Nana benar-benar tidak percaya, dia berfikir apakah dia ke Korea sebagai TKW atau apa? jauh-jauh ke Korea hanya jadi pelayan orang sombong?, bukankah dia lulusan S1 dan memiliki pekerjaan yang bagus di bidang periklannan dan penulis yang baik di majalah dan surat kabar? lalu apa yang terjadi sekarang ? semua tidak berguna jika kenyataannya dia di jadikan pelayan rendahan.

Merasa tidak punya pilihan, Nana duduk kembali di lantai tepat di depan meja tamu, sesekali dia melirik Lion dengan sinis, merasa bosan menunggu, Nana langsung menelusuri media sosialnya tepat saat itu dia menerima panggilan Vidio dari Dania.

Awalnya Nana malas mengangkatnya, kemudian dia berfikir kalau kelemahannya tidak boleh di lihat orang, seperti apapun sakit hatinya itu tidak bisa mengubah kalau Dania adalah anak dari adik ibunya.

Setelah lama berfikir Nana melirik Lion yang tampak serius dia berfikir tidak apa mengangkatnya Lion gak akan terganggu, lagi pula tempat duduk Lion cukup jauh dari tempat duduknya.

"Assalamualiakum Nana"

Terlihat di balik layar wajah bibinya yang tak lain ibu dari Dania, yang di kenalnya sangat sombong dan angkuh. Dia juga melihat banyak orang di rumah itu, dan tak sengaja matanya melihat dua pasangan yang mengenakan pakaian putih-putih sambil menggendong bayi, seketika itu hati Nana terasa ngilu.

"Waalaikumsalm bibi Julia, ada apa? "

"Bibi hanya ingin berbagi kebahagian denganmu, hari ini adalah hari aqiqah anaknya Dania dan Raka tapi mereka sedih karena kamu tidak bisa hadir makanya aku VC kamu "

" Selamat bibi sudah jadi nenek, Nana berdo'a semoga Dania selalu bahagia bersama keluarganya ".

"Terimakasih atas do'anya, sekarang kamu bisa melihat betapa bahagia keluarga kecil Dania, bibi juga merasa beruntung memiliki putri yang cantik dan sukses, punya menantu yang baru naik jabatan dan yang paling membahagiakan adalah memiliki cucu yang cantik dan menggemaskan. Seperti yang kamu lihat kalau Raka sudah melupakanmu".

"Syukurlah kalau begitu, ya udah ya bi, Nana tutup dulu salam sama Dania"

"Kenapa harus terburu-buru menutupnya memangnya kamu kerja apaan sih di sana?, secara kamu kan kariyawan biasa. Oh dan juga apa kamu sudah punya pengganti Raka? jangan mengharapkan Raka lagi ya karena dia tidak akan pernah kembali bersamamu, saran bibi sih dari pada kamu jadi perawan tua lebih baik kamu terima aja tuh lamaran si Tatang supir gantengnya bibi, dia tergila-gila loh sama kamu dan bibi rasa kamu cocok denganya hee.. "

"Terimaksih atas saran dan nasehat bibi insyaallah Nana akan fikirakan, kalau begitu Assalamualaikum"

Tanpa menunggu jawaban salamnya, Nana menutup panggilan vidionya. Mendengar perkataan bibinya entah mengapa hati Nana terasa tersambar petir, ada rasa ngilu, matanya mulai memerah, apalagi ketika melihat Raka dan Dania yang tampak bahagia dengan anak mereka. Timbul rasa tidak rela, Nana berfikir harusnya itu menjadi miliknya, seketika itu buliran air mata jatuh di pipinya.

'Ya Allah kenapa hatiku masih sakit? dadaku sesak, ini sudah lebih dari setahun tapi kenapa aku belum bisa merelakan Raka? ya Allah kuatkan Nana' Batin Nana.

Dari tempat tertentu, Lion merasa bingung melihat ekspresi Nana yang begitu sedih, dia juga melihat Nana menyeka air matanya dengan kasar.

'Kenapa dia menangis?' Batin Lion.

Nana mencoba mengendalikan emosinya, dia tidak mau air mata berharganya menjadi buliyan Lion jika dia sampai melihatnya.

"Ayo pergi !" Lion berdiri di depan Nana sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana, Nana mendongak menatap wajah poker Lion. "Kemana?"

"Nanti juga kamu tau" setelah mengatakan itu Lion langsung berbalik dan berjalan menuju pintu keluar, Nana bergegas mengikutinya dari belakang dengan patuh tanpa banyak tanya.

Sepanjang perjalanan Nana hanya terdiam membisu, wajahnya lecek dan matanya memerah.

Entah mengapa Lion merasa iba padanya dengan cepat dia memutar mobilnya kearah yang berlawanan. "Seingatku ini bukan jalan menuju rumahmu? terus kamu mau bawa aku kemana? " tanya Nana dengan heran. "Kemana saja itu terserahku", jawab Lion.

Bab berikutnya