webnovel

*Order of Imperial Knight (2)

Malam ini menampakkan bulan purnama. Cahayanya yang terang menyinari seluruh wilayah Empire. Hutan-hutan tak lagi gelap pekat. Air danau nampak berkilauan memantulkan sinar bulan. Suara serangga-serangga malam pun terdengar bersautan memecah heningnya suasana malam.

Di halaman Markas Order of Knight's, Tigreal duduk sendirian di sebuah kursi kayu sambil mengelap pedangnya penuh hati-hati. Pedang yang selama ini menjadikannya kuat dan menebas siapa pun musuh yang menghalangi jalannya. Sejak kecil Tigreal memang sudah dibekali ilmu petarung oleh ayahnya untuk menjadi seorang ksatria. Beliau yakin, Tigreal akan bisa menjadi sosok yang diandalkan banyak orang suatu saat nanti.

Mendadak Tigreal merindukan ayahnya. Di tengah sedikit lamunan-lamunan kecilnya, Carl datang menghampiri.

"Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Carl. Dia duduk di sebelah Tigreal.

"Membersihkan senjata," jawab Tigreal pendek.

"Kau rindu ayahmu?"

Tigreal mengernyit. "Bagaimana anda bisa tahu?"

"Terlihat jelas dari matamu. Kau juga selalu mengelap pedangmu seperti itu saat kau merindukannya."

Tigreal memerhatikan pedangnya yang kini sudah mengkilap. "Anda benar-benar mengenalku dengan baik."

"Ayahmu akan sangat bangga padamu. Teruslah berjuang."

Tigreal hanya mengangguk. Lalu pandangannya kini tertuju pada dada kiri Carl yang terpasang sesuatu di mantelnya.

"Itu lambang keluarga anda, bukan?" tanya Tigreal sambil menunjuk pada sebuah lencana yang dikenakan Carl.

Carl mengangguk. "Benar. Kau menyukainya?"

"Sangat suka. Dari pertama anda melatihku dan melihat anda memakainya, rasanya aku bisa melihat kalau anda dan Master Luca adalah orang-orang yang sangat hebat. Aku selalu ingin menjadi seperti anda, Master. Menjadi kuat."

"Untuk menjadi lebih kuat kau harus bisa melampaui kami. Tapi aku minta maaf tidak bisa memberimu lambang ini karena ini adalah simbol dari kekuatan keluarga kami yang tidak bisa diberikan pada orang lain begitu saja," kata Carl menyesal yang langsung bisa menebak keinginan Tigreal.

Tigreal tersenyum. "Tidak apa-apa, Master. Tadinya kupikir aku bisa menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari anda."

Carl melihat sedikit kekecewaan di wajah Tigreal. Tapi dia berjanji kelak akan memberikan pemuda itu hadiah yang lebih baik.

"Malam sudah semakin larut, sebaiknya kau beristirahat sekarang," ujar Carl sambil beranjak berdiri dari duduknya.

Tigreal mengangguk. Dia mengikuti Carl yang berjalan lebih dulu.

"Aku dan Luca tidak selalu bisa bersama putra kami, apa aku  bisa mempercayakannya padamu?"

Tiba-tiba Carl bertanya pada Tigreal tanpa menoleh pada muridnya.

Tigreal mengangguk mantap menatap punggung Carl. "Tentu, Master. Aku sudah berjanji pada anda, akan kulindungi dia seperti adikku sendiri."

Carl tak menjawab. Jawaban Tigreal sudah cukup menjelaskan apa yang dia inginkan.

***

Carl dan Luca telah selesai menguji seluruh anggota Order of Imperial Knight. Jadwal hari ini merupakan penentu kesiapan mereka untuk menghadapi misi uji coba yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Mereka tentu tidak ingin semua muridnya gagal dalam misi ini.

Sesuai ekspektasi kedua Mentor itu, semua anggota Order berhasil dalam ujian dadakan yang mereka berikan. Carl sudah lama terkesan dengan kemampuan dalam diri Tigreal. Pemuda itu selalu berusaha keras memperbaiki setiap kesalahan sekecil apapun dalam pelatihannya. Waktu luangnya juga tak pernah dia buang percuma selain untuk terus berlatih. Dan hari ini Carl dengan keyakinan penuh mengangkat Tigreal sebagai Captain of Knight dengan potensi tertinggi di Knight's Order.

Tentu semuanya mendukung keputusan Carl. Anggota yang lain turut memberikan dukungan mereka karena Tigreal memang pantas menerima posisi itu. Kekuatan Tigreal memang tak bisa mereka lampaui.

"Aku memberimu kepercayaan, Tigreal. Bukan karena kau adalah pewaris dari Order ini maka aku mengangkatmu menjadi Kapten Order. Itu karena kau memang pantas mendapatkannya. Karena kemampuanmu memang tidak bisa ditandingi oleh anggota yang lain, juga perkembanganmu jauh lebih pesat dari yang kuduga. Aku yakin kelak kau akan bisa memimpin anggotamu sendiri," ujar Carl.

Tigreal mengangguk mantap. Dia sempat mengira ini adalah mimpi, tapi mimpi tak pernah senyata ini.

Dia memandang Card dan Luca bergantian.

"Aku tidak akan pernah mengecewakan anda berdua, Master."

***

"Halo, Kapten."

Seorang remaja laki-laki berjalan mendekati Tigreal yang menyiapkan senjata di tepi danau tempat biasa dia berlatih. Remaja itu membawa pedang perak yang selalu dia bawa ke mana-mana.

Tigreal menoleh dan sebuah senyuman langsung merekah di sudut bibirnya. "Hei, jagoan. Dari mana saja kau?"

"Aku berlatih dengan Ruby. Kau tahu, dia sudah jauh lebih pandai dariku. Dia semakin lincah menggunakan sabitnya," kata remaja itu dengan wajah yang nampak lelah.

Tigreal mengangkat sebelah alisnya. "Itu artinya gadis kecil itu berhasil mengalahkanmu?"

"Ya, sedikit. Hanya sedikit saat aku lengah."

"Benarkah? Seorang Tuan Muda seperti Alucard bisa dikalahkan oleh seorang gadis? Haha, sangat mengejutkan."

Alucard mendengus kesal. "Kenapa kau tertawa? Aku hanya mengalah sedikit padanya."

"Iya, iya, baiklah. Lalu apa yang kaulakukan di sini?"

"Untuk memberimu selamat. Kudengar Ayah mengangkatmu menjadi Kapten Order. Itu sangat keren. Selamat, akhirnya kau berhasil," ucap Alucard sungguh-sungguh.

"Terima kasih, jagoan. Aku juga tidak menduganya."

"Kau juga pantas menjadi Raja."

Tigreal terdiam sesaat ketika mendengar perkataan Alucard yang berikutnya. Lalu dia tersenyum. "Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Raja."

"Kenapa? Kau bijaksana dan pintar membaca kondisi. Ayah juga bilang padaku, kau pantas menjadi Raja karena kau sudah jauh melampaui siapa pun termasuk ayah dan ibuku."

"Master Carl bilang begitu padamu?"

Alucard mengangguk. "Kau berhasil melampaui mereka tanpa kau sadari. Ayah dan Ibu tahu kau pasti bisa karena mereka sangat memercayaimu. Terkhusus Ayah, dia orang yang paling memercayaimu."

Tigreal mengacak rambut Alucard yang berwarna perak. "Dengar, jagoan. Tidak ada hal lain yang kuinginkan selain menjadi anggota Order of Imperial Knight. Dengan begini aku bisa mempertahankan simbol Knight of Empire yang dari dulu sangat kuimpikan. Terlebih saat ini aku juga punya kau yang harus kujaga. Kau berharga bagiku. Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Selain itu aku juga mendapat bonus kepercayaan dari Master Carl dan Master Luca. Jadi apa lagi yang kuinginkan sekarang? Semuanya sudah kudapatkan."

Alucard termenung mendengar perkataan Tigreal.  Dia tidak mengira ternyata Tigreal sangat peduli padanya.

"Apa benar yang kaukatakan itu? Kau berusaha melindungiku? Apa karena aku masih seorang bocah di matamu?"

"Hei, kenapa jadi sensitif begitu? Aku sungguh-sungguh. Aku tidak hanya akan melindungimu, tetapi juga dua orang yang kuhormati, yaitu orangtuamu. Aku akan berusaha keras untuk menjadi kuat, dengan begitu aku bisa melindungi kalian. Aku tidak punya keluarga lagi, saat ini aku hanya punya kalian dan teman-teman anggota Order."

"Kau bisa menepati ucapanmu itu?"

"Percayakan padaku. Separah dan sesakit apa pun aku terluka, aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu ataupun Master. Kau paham?"

Kini Alucard percaya kata-kata Tigreal. Dia yakin pemuda itu bisa diandalkan. "Aku juga ingin sepertimu. Kuat dan memiliki potensi besar."

"Kau sudah kuat, jagoan. Kau hanya perlu mengasahnya."

"Kalau begitu, ayo berduel denganku."

Alucard mengangkat pedangnya dan menantang Tigreal untuk berduel. Tigreal tentu tidak akan melepaskan kesempatan ini. Dia pun ingin melatih Alucard secara pribadi.

"Jadi Tuan Muda ingin berduel denganku?" Tigreal mengambil pedangnya. "Kalau begitu mari kita lakukan."

Keduanya memposisikan diri masing-masing.

"Keluarkan Fiery Inferno dalam dirimu, Tuan Muda. Aku akan membantumu," kata Tigreal.

Alucard terkejut dan membulatkan matanya. "K-kau tahu?"

Tigreal tersenyum. "Aku tahu apapun tentang dirimu. Kau masih belum bisa mengendalikannya, bukan? Jangan ragu dan tunjukkan padaku. Aku akan mengimbangimu."

Alucard tidak ragu lagi. Dia mulai melancarkan serangannya.

Sore itu adalah waktu duel terakhir bagi mereka.

Bab berikutnya