webnovel

Bak Putri Dari Timur Tengah

Edwin hanya mampu menatap kesal pada Bila "lihat aja kamu besok".

Akan tetapi ketika Bila masuk ke kamar Zahra, ternyata di kamar adiknya sudah sesak berisi saudara-saudaranya.

"Mbak ngapain ke sini".

"Aku pengen bobok sama kamu".

"Ga ada tempat lagi mbak...." jawab Zahra.

"Yag" Bila nampak kecewa.

Dengan berat hati Bila keluar, ia melihat pintu kamarnya sudah tertutup, Bila bernapas lega ia merasa keluar dari ancaman suaminya, namun ia juga bingung dimana ia harus tidur.

"Aku harus tidur di sofa, ga enak banget, lagian ga enak kalau keluarganya melihat, dikira aku lagi marahan"

Saat Bila berdiri di samping pintu kamar, ternyata Edwin keluar dari arah dapur, ia tertawa penuh kemenangan melihat tak ada tempat untuk istrinya bersrmbunyi.

"Kenapa masih disitu, katanya mau tifur sama Zahra?" tanya Edwin dengan muka jahil.

"Kamar Zahra penuh".

"Terus"

"Ini kan kamar ku" jawab Bila sambil pura-pura tak bersalah masuk ke kamarnya.

Edwin mengikuti Bila sambil tersenyum jahil, dan ketika mereka di dalam kamar, Bila langsung peda posisi tidur.

"Kak aku capek, urusan kita lanjutin besok ya!".

"Urusan apa maksut kamu" jawab Edwin sambil mendekati istrinya.

"Intinya aku cuma mau istirahat oke".

"Oke kita liahat saja, seberapa besar ketangguhanmu" gerutu Edwin dalam hati.

Malam itu entah mengapa malam itu angin bertiup sangat kencang, hujan tiba-tiba turun sangat deras, petir menggelegar sambaran kilat tampak dari balik jendela yang tertutup kelambu, bahkan listrikpun ikut padam, menambah suasana kian menakutkan.

Dari kecil Bila sangat takut dengan suasana tersebut, biasanya disaat seperti itu ia akan menyelinap ke kamar Zahra atau meminta ibu menemaninya.

Yang membuatnya agak lega adalah mengetahui bahwa disampingnya ada suaminya.

"Kakak Edwin" Bila memanggil sambil mengayunkan bahu Edwin.

"Em....."

"Kak aku takut".

Edwin tak kunjung mrnjawab, rupanya ia benar-benar tertidur lelap.

"Kak, kakak" setelah memastikan Edwin benar-benar tidur, ia mendekat kemudian memeluknya erat.

Edwin merasakan Bila yang meringkuk dalam pelukannya srperti seekor kelinci kecil yang mencari kehangatan dari induknya, iapun tersenyum geli mengingat tingkah istrinya yang jahil dan manja itu.

Sedang disuatu tempat seorang gadis cantik dan seksi sedang menangis sejadi-jadinya setelah membaca undangan pernikahan Edwin.

"Awas kamu Bila aku akan mgenghancurkan hubungan kalian bagaimanapun caranya, Edwin...Edwin...kamu jahat, kenapa kamu memperlakukan aku sekejam ini Edwin..." Caca menjerit sambil mengancak-acak benda disekitarnya.

Orang tuanya yang mendengar teriakan Caca akan tetapi mereka tidak bisa menenangkan putrinya, karena Caca menguci dirinya, teriakan Caca sungguh sangat menyayat hati.

Saat berkumandang suara Adzan Bila terbangun dan betapa bahagianya ketika ia tersadar dalam pelukan hangat Edwin.

Bila sengaja tak langsung bangun, ia terus memandangi wajah maskulin suaminnya yang jambang dan brewoknya mulai muncul, rasa gemas langsung menyergap hati bila sehingga ia langsung mencubit pipi Edwin dengan ganas.

Edwin kager ketika pipinya ditowel-towel oleh istrinya, ketika ia membuka matanya ia melihat Bila, tanpa banyak berfikir ia langsung membalas perbuatan Bila, segera ia dekap tubuh Bila kemudian ia serang bibir mungilnya.

Bila seketika dibuat tak berdaya oleh kejutan dari suaminya, namun kali ini ia tak tinggal diam dengan lihai ia mulai membalas perlakuan Edwin.

Edwin melepas ciumannya ketika dengan nakal Bila menggigit bibirnya.

"Auuu.... Bila kebiasaan deh kamu, dasar" protes Edwin sambil menjitak pelan kening Bila.

"Hehehe.... udah Adzan kaka, sholat dulu".

"Siapa yang memulai, awas kamu".

"Hobinya ngancam".

Setelah sarapan pagi dengan kiss-kiss nakal mereka menunaikan sholat bersama, kemudian melakukan aktifutas sampai mentari bersinar dengan kehangatannya.

Pukul delapan pagi Bila dan Edwin berangkat dari rumah orang tua Bila menuju rumah Edwin, setibanya di sana rumah itu telah ramai dengan aktifitas persiapan resepsi.

"Aduh pengantennya kok baru datang" ledek Miranti.

"Paling juga kesiangan, mama kaya ga tahu aja" sahut Edo.

Bila hanya terdiam mendengar ledekan demi ledekan itu, ia tak tahu harus berkata apa.

"Semalam tuh Bila nakal mbak, dia ga biarin aku tidur nyenyak" timpal Edwin membuat Bila semakin tersudut.

Beruntung istri Erwin datang untuk memanggil pasangan itu agar segera bersiap.

"Becandanya ntar aja, sekarang kalian siap-siap dulu" Rini menggandeng tangan Bila menuju ruang rias.

Dua jam krmudian Bila keluar dengan gaun pengantin modern berwarna coklat muda dengan aksen bunga keemadsan, jubah yang menjuntai dan tiara kecil nan berkilau membuat penampilannya bak seorang ratu.

Riasan wajah soft namun justru membuatnya semakin manis, ia tampak cantik bak putri dari timur tengah karena riyasan mata yang membuat matanya terlihat lebih besar.

Sedang Edwin ia tampak begitu maskulin mengenakan stelan jas dengan warna senada dengan gaun Bila.

Edwin mengulurkan tangan disambut oleh Bila, kemudian bergandengan mesra mereka berjalan menuju ruang resepsi, yang di dalamnya telah hadir banyak tamu.

Hari itu tak ada pelaminan besar dan megah, acara hari itu hanya sebuah acara perkenalan juga acara keluarga, sehingga prngantin berbaur dengan para tamu, agar suasana menjadi lebih akrap.

Maaf readers upnya lambat ya.

Di tempat kerja akan ada akreditasi, jadi mohon maaf ya.

Semoga reades sll menanti upnya Bila dan Kak Edwin.

Dan selalu mendukum autor.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Bab berikutnya