Di dalam kamar Nanra, Siska dan anak-anak lain sekarang berada. Ruangan itu hanya ada lilin yang diletakkan di atas meja sebagai penerang dan hawa dingin dari luar masih dapat masuk dengan mudah. Di atas tempat tidur, seorang anak perempuan berambut putih terbaring lemas karena demam tinggi. Terlihat jelas Ia sangat kesakitan, kesadarannya bahkan seakan bisa melayang dengan cepat. Siska berdiri di dekat tempatnya terbaring, sedangkan anak-anak lain di belakangnya menatap cemas anak perempuan yang terbaring demam itu.
Membuka beberapa helai selimut yang menutupi tubuh Nanra, Siska melihat banyak sekali keringat anak itu yang keluar sampai-sampai bajunya basah dan lengket dengan kulit. Wajah biarawati itu terlihat cemas. Ia menyangga duduk tubuh anak yang kesadarannya sangat lemah tersebut, lalu meminumkan Potion pemberian Odo kepadanya. Nanra meminumnya dengan perlahan, sebagian ada yang menetes jatuh ke pakaian dan meninggalkan noda hijau.
Meminum habis ramuan tersebut, Nanra kembali dibaringkan Siska tanpa ditutupi selimut kembali. Tahu kalau tidak baik meninggalkannya berkeringat banyak seperti itu, biarawati berambut pirang itu hendak pergi ke dapur mengambil air panas dan lap untuk mengelap tubuh anak itu, serta selimut baru mengganti yang sudah lengket karena keringat. Kelima anak langsung mendekati Nanra saat Siska beranjak pergi. Tetapi sebelum perempuan berambut pirang itu keluar dari ruangan, Nanra bangun dan memanggilnya.
"Kakak ...." Suaranya lemas, tetapi itu sangat mengejutkan mengingat beberapa saat tadi dia masih demam tinggi dan kesadarannya belum kembali. Siska menoleh, melihat anak yang duduk di atas tempat tidur tersebut dengan wajah tidak percaya. Nanra terlihat sudah sangat sehat, bahkan wajahnya yang memerah sudah baikkan dan napasnya tidak lagi terengah-engah.
"Nanra ...?" Tanpa berkata apa-apa lagi, perempuan berambut pirang itu langsung memeluk anak itu dengan rasa lega. Anak-anak lain terlihat senang karena Nanra sudah sembuh, mereka ikut memeluk Nanra bersama biarawati yang merawat mereka sejak kecil itu.
Melepaskan pelukan dan memegang kedua sisi pundak Nanra, Sisika bertanya, "Kamu benar-benar sudah baikkan? Apa masih ada yang tidak enak atau sakit?" Wajah Siska terlihat masih cemas, efek Potion yang diberikan Odo lebih hebat dari yang dikiranya.
"Su-Sudah, kok .... Sudah baikkan ...." Nanra juga terlihat bingung. Beberapa saat tadi memang dirinya benar-benar demam tinggi, tetapi setelah meminum ramuan, dirinya langsung sembuh seakan demam itu hanya ilusi.
"Hebat! Obatnya benar-benar manjur!" ucap Nesta dengan girang.
"A-Apa Potion secepat ini kerjanya ...? Kalau gak salah waktu aku sakit dulu ...." Daniel terlihat tidak percaya dengan apa yang terjadi dan sedikit membandingkan saat dirinya sakit dulu pada musim dingin tahun lalu.
"Manjur .... Anak tuan tanah itu memang hebat bisa membuat seperti ini," ucap Fifkaf. Anak yang terlihat selalu tenang itu hanya memberi reaksi datar.
"Mila, lihat! Berkat obatnya Kak Nanra langsung sembuh," ucap Erial seraya menatap senang ke arah kembarannya.
"Iya, Erial .... Kakak penyihir itu benar-benar hebat. Apa kita nanti kalau besar bisa membuat obat seperti itu, ya?" ucap Mila dengan ekspresi datar. Dari pada kembarannya, Ia cenderung memiliki sifat kalem.
"Tentu saja! Harus, dong!" jawab Erial.
Mendengar perkataan mereka, Nanra sempat bingung, terutama tentang obat yang telah menyembuhkannya. Menatap ke arah Siska, anak itu bertanya, "Kak ..., apa kakak membeli obat yang mahal itu lagi? Bukannya sekarang simpanan panti asuhan ini ...." Nanra terlihat merasa bersalah. Ia tahu kalau sekarang bukan saatnya menghabiskan uang untuk membeli obat berharga tinggi karena untuk makan saja sudah sangat mepet dan hanya bisa bertahan dengan persediaan cukup terbatas.
"Tenang saja ...." Siska mengelus kepala anak itu, lalu berkata, "Potion itu pemberian dari anak berambut hitam yang menyelamatkan nyawamu .... Sepertinya kamu berhutang untuk kedua kalinya pada anak itu ...."
"Jangan-jangan, obatnya pemberian Od⸻anak Tuan Tanah itu?" tanya Nanra dengan panik. Dalam benak, dirinya memang tidak menyukai bangsawan atau semacamnya, tetapi mengetahui yang telah menolongnya untuk kedua kalinya adalah anak bangsawan, perasannya mulai bercampur aduk. Pada saat Nanra tahu kalau Odo adalah anak dari Marquess Luke, dirinya sadar kalau telah ditipu dan berharap tidak bertemunya lagi. Tetapi sekarang berbeda, dirinya ingin bertemu langsung dan bertanya padanya.
"Kak ..., sekarang dia di mana? Odo sekarang di mana?" tanya Nanra. Ia menatap Siska dengan penuh rasa gelisah.
"Tenanglah, jangan banyak bergerak. Kamu masih perlu istirahat .... Kalau Tuan Muda, beliau sudah pulang ...."
Nanra langsung menunduk, Ia kecewa karena tidak bisa langsung bertemu dan bertanya mengapa anak itu selalu menolong dirinya. "Begitu ya ...," ucap Nanra dengan lemas.
"Kalau kamu mau bertemu dengannya, Kakak rasa dia juga nanti akan datang lagi di akhir musim dingin ini ..., di tahun depan nanti ...."
Mendengar itu, Nanra kembali mengangkat kepala dan bertanya, "Eh? Kenapa?"
"Ya ..., sebenarnya ...."
Siska menjelaskan perjanjiannya dengan Odo menyangkut pembiayaan panti asuhan dan hal-hal lainnya. Mendengarkan itu, sesaat Nanra lega masih bisa bertemu dengan anak berambut hitam itu mengingat dinding diantara orang kelas bawah dan kelas atas. Tetapi, pada saat yang sama dalam hati Nanra masih tersimpan rasa tidak suka mengingat kematian kedua orang tuanya terjadi karena kepentingan Tuan Tanah yang mengalokasikan dana untuk ekspedisi Dunia Astral pertama yang mengakibatkan penjagaan wilayah menurun sehingga kedua orang tuannya dibantai oleh bandit.
««»»
Sreret!
Kilatan petir sekilas terlihat di halaman samping kediaman Keluarga Luke. Dari tempat tersebut, terlihat anak berambut hitam yang baru saja mendarat dengan diselimuti pancaran elektrik bercahaya biru, anak tersebut adalah Odo. Setelah menggunakan sihir pelontar secara terus menerus dari Kota Pesisir dan menggunakan sihir beratribut petir untuk mengikis gesekan dengan udara, Ia akhirnya kembali ke kediamannya tanpa memakan waktu lama.
Selekas mendarat, anak itu melihat ke kanan dan kiri memastikan tidak ada orang yang melihatnya datang. "Hem, aman. Kalau para pelayan pada pulang, tempat ini jadi sangat sepi, ya?" pikir Odo. Anak itu segera masuk melalui pintu samping Mansion dan segera berjalan cepat di lorong menuju ke kamarnya.
Saat di persimpangan lorong, Ia berpapasan dengan Xua Lin, salah satu pelayan yang menyandang nama Shieal. Perempuan yang mengenakan seragam pelayan musim dingin yang terlihat cukup tebal itu adalah seorang Demi-human dengan unsur beruang berbulu cokelat, memiliki telinga bundar beruang di kepala dan kornea matanya hitam pekat.
"Tuan Muda ...." Ia lekas menundukkan kepala saat berpapasan dengan Odo. Melihat yang ditemuinya Xua Lin dan bukan Julia, sesaat Odo merasa lega.
"Kak Lin ..., masih sedang persiapan?" tanya Odo.
"Ya ..., untuk bekal dan perlengkapan kain sudah siap. Tapi ..., sepertinya untuk Drake kemungkinan akan ada kendala karena sekarang musim dingin dan sedang masuk masa tidak produktifnya."
"Hmm, bahkan Drake juga paham kalau musim dingin paling enak tidur ya ...." Odo tersenyum kecil. Melihat calon pewaris dari keluarga yang dilayaninya membuat candaan seperti itu, Xua Lin terlihat bingung. Setahunya Odo bukanlah anak seperti itu, yang dirinya tahu dari majikannya itu hanya dari kabar para pelayan lain dan tidak pernah berbicara langsung seperti sekarang.
Melihat Xua Lin terdiam dengan tatapan bingung, Odo bertanya, "Ada apa, Kak?"
"Tidak ..., hanya saja Tuan Muda sedikit berbeda rasanya ...."
"Berbeda? Apanya?"
"Kata Julia ..., Tuan itu orangnya sering membangkang dan seenaknya, bahkan suka berbuat onar terus ...."
Mendengar itu, alis Odo langsung berkedut dan paham alasan para pelayan lain sering memberikan tatapan aneh saat melihatnya. "Sialan, ternyata kucing itu ...," pikir Odo. Menarik napas ringan dan menatap Xua Lin dengan ramah, Odo berkata, "Kurasa itu hanya unek-unek Mbak Julia .... Aku sering mengusilinya, sih ...."
"Eh ...?" Xua Lin terlihat bingung.
"Ya, Kak Lin juga tahu, bukan? Sifat Mbak Julia itu yang sering meriah sendiri. Rasanya seru saja kalau menjailinya ...."
Mendengar itu, Xua Lin terlihat sedikit paham mengapa saat Julia berbicara tentang Odo selalu terdengar seperti keluhan. "O-Oh ..., ternyata begitu," ucapnya.
"Maaf, Kak Lin. Aku kembali ke kamar dulu, ya ..." Odo kembali melangkahkan kaki dan mengambil rute lorong dimana Xua Lin datang. Mendengar itu, pelayan berambut kecokelatan tersebut membungkukkan tubuhnya dengan hormat kepada Odo.
Saat berjalan melewati pelayan Demi-human tersebut, sekilas Odo melirik dengan tajam dan mengamati perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya itu. Berjalan pergi, Odo kembali melirik ke belakang dan melihatnya berbalik dan pergi. Dalam benak Odo, hawa Xua Lin sangatlah berbeda dengan Julia dan Fiola meski sesama Demi-human. Dari hal tersebut, anak berambut hitam itu mulai memikirkan kembali perkataan Siska sebelumnya.
Ada makhluk dengan latar belakang spesial di antara para pelayan yang menyandang nama Shieal, dan dua orang itu memang Julia dan Fiola. Latar belakang tersebut Odo sendiri kurang tahu, dari dokumen di ruang arsip hanya ada sedikit data menyangkut kedua Demi-human yang menjadi orang kepercayaan Mavis dan Dart.
"Yah ..., yang kutahu Mbak Julia dan Mbak Fiola itu memiliki kapasitas Mana yang sangat dahsyat saja .... Selain itu, mungkin hanya data tentang Mbak Julia yang dikatakan dia dulunya merupakan tumbal dari sebuah Aliran Sesaat di Kekaisaran .... Untuk Mbak Fiola ..., dia ...."