webnovel

Kakak dan Adik Sama Saja!

Editor: EndlessFantasy Translation

Di panggung pameran, dua artis cosplay wanita berdandan sebagai karakter dari game PUBG.

Satu dari mereka berdandan dengan setelan rok preppy-style berwarna putih, sementara lainnya mengenakan sebuah topi, baju lengan pendek berwarna oranye, dan celana pendek bermotif militer.

Kedua artis cosplay itu terlihat cantik, jiwa muda mereka yang menawan ditunjukan melalui kostum-kostum itu.

Namun, tidak banyak dari pengunjung pada saat itu yang memerhatikan dua artis cosplay wanita itu.

Begitu pria yang berada di tengah mulai menaiki panggung, orang-orang berbondong-bondong yang mendengar kabar tersebut datang dari segala penjuru mendatangi stan PUBG.

Bagian depan panggung benar-benar penuh.

Sesekali, suara-suara pekikan wanita dan pujian dari mereka terdengar.

...

Diatas panggung, orang yang berdiri diantara dua artis cosplay memakai kacamata hitam dan memiliki rambut bergelombang; dia terlihat agak muda.

Wajahnya sedikit tirus dan tersungging senyum tipis di ujung bibirnya. Dia mengenakan seragam tim Se7en dengan resleting terbuka, memperlihatkan kemeja dengan motif bunga-bunga dibaliknya. Keseluruhan penampilannya memancarkan sensasi kasual.

Tidak dapat dipungkiri bahwa cukup dengan penampilannya sendiri, dia tidak akan dicap lebih buruk dibandingkan pria-pria populer, muda, dan menarik pada saat itu.

Diantara para penonton, Zhao Tiezhu menatap kosong selama sepersekian detik. Dia hanya bisa mengungkapkan kekagumannya, "Itu Li Muqiu. Ini kali pertama aku melihatnya secara langsung. Dia benar-benar anggota paling tampan di Se7en!"

Melihat tingkah Zhao Tiezhu, Liu Zilang perlahan bergeser dua langkah menjauh, membuat jarak diantara mereka berdua.

Bisa dimengerti jika ucapan itu datang dari seorang perempuan.

Namun, ucapan itu datang dari pria berotot dengan tinggi lebih dari 1.9 meter, dengan menunjukan kegilaan terhadapnya, apa artinya? Tentu akan membuat orang terkejut karenanya!

Tunggu sebentar.

"Anggota paling tampan di Se7en?"

Liu Zilang menoleh. Merasa tidak senang, dia bertanya, "Siapa yang berkata seperti itu?"

"Hehe, bukan cuma aku yang berkata begitu, semua orang juga berkata begitu!" Zhao Tiezhu mengangkat bahunya dan tersenyum. Dia mengalihkan pandangannya ke perempuan-perempuan disekitarnya, yang seluruhnya ternyata tampak terkesima.

Melihat semua yang terjadi di sekitarnya itu, Liu Zilang tampak tertegun.

Namun, ia dengan cepat menyeringai dan berkata, "Aku rasa tidak. Bukankah ada 'kapten bertopeng hitam' di Se7en yang tidak pernah menunjukan wajahnya sebelumnya?"

"Ya… sepertinya ada." Zhao Tiezhu sejenak terdiam, dan lalu tahu-tahu menebak, "Tapi mungkin itu karena dia terlalu jelek, jadi…"

"Tidak mungkin!"

Liu Zilang memotong ucapannya lalu menunjuk kearah panggung. "Seandainya dia menunjukkan wajahnya, anak di panggung itu tidak ada apa-apanya!"

Melihat ekspresi marah Liu Zilang, Zhao Tiezhu bertanya, heran, "Apakah kau… seorang penggemar 'kapten bertopeng hitam'?"

"Tentu saja, aku penggemarnya."

Saat dia akan melanjutkan kata-kata itu, Liu Zilang buru-buru menghentikan dirinya untuk mencegah lidahnya tergelincir.

"Hei, maka tidak ada yang perlu didebatkan. Lagipula, keindahan ada di mata yang melihatnya."

Zhao Tiezhu melambaikan tangan besarnya dan bersemangat melanjutkan, "Tapi keahlian luar biasa mentor hebat seperti Li Muqiu membuatnya memegang rekor skor membunuh tertinggi se-Asia! Ini bukan hal yang perlu didebatkan, kan?"

Liu Zilang terdiam, dia merasa ucapan Zhao Tiezhu sepertinya tidak benar...

Dan ketika dia mendengar bagian terakhir ucapannya, dia merasa jijik, serasa terhina.

Zhao Tiezhu merperhatikan reaksi Liu Zilang yang agak aneh. Dia seketika teringat sesuatu dan bertanya, "oh, sudah lihat video yang online hari ini, tentang yang membunuh sampai tiga puluh lima kali?"

Mendengar ucapan Zhao Tiezhu, Liu Zilang tertegun.

Video?

Video apa?

Disisi lain, Zhao Tiezhu lanjut menjelaskan. "Sebenarnya bukan apa-apa sih. Tak perlu membicarakan skor tiga puluh lima itu, bahkan dengan tiga puluh enam atau tiga puluh tujuh, dia tidak akan pernah bisa menggoyahkan rekor si guru besar Liu Muqiu."

Perlu disampaikan bahwa, meskipun Liu Zilang sendiri tidak menganggap skor tiga puluh lima itu sebagai apapun, ini kali pertama dia mendengar apa yang Zhao Tiezhu ucapkan.

Melihat keraguan Liu Zilang, Zhao Tiezhu terkekeh. "Keadaannya berbeda! Skor tiga puluh enam si Dewa Hebat Li Muqiu adalah untuk mode game solo, sementara pemain di video itu hanya terus bermain setelah rekan setimnya terbunuh. Dengan kata lain, dia bermain tim beranggotakan satu orang. Tingkat kesulitan untuk kedua mode itu berbeda. Kalau bicara tentang tim beranggotakan satu orang, rekor tertinggi kali ini adalah membunuh empat puluh kali."

Setelah mendengar ucapan Zhao Tiezhu, Liu Zilang terdiam. Wajahnya menunjukan ekspresi seakan dia banyak pikiran.

Dia baru saja akan bertanya siapa yang memegang rekor empat puluh kali, namun siapa sangka sudut matanya melihat sekilas sosok familiar di tengah kerumunan!

Zhang Xiaotong!

Dia melihat tatapan gadis itu akan berbalik kearahnya…

Panik, Liu Zilang melemparkan dirinya ke pelukan sosok besar didepannya itu.

...

Setelah beberapa saat.

Liu Zilang mencuri pandang melalui bahu Zhao Tiezhu dan melihat Zhang Xiaotong sedang mengambil foto-foto menggunakan kamera ponselnya sembari secara bersamaan mengobrol gembira dengan temannya si gadis berkacamata. Menyadari bahwa Zhang Xiaotong tidak mengetahui kehadirannya, dia menghela nafas lega.

Jika dia ketahuan, maka gadis itu pasti mengira dia telah membuntutinya.

Karena hal itulah, Liu Zilang tidak boleh ketahuan olehnya, lebih-lebih sekarang ini.

"Bro, terima kasih." Segera melepaskan pelukannya, Liu Zilang menepuk bahu Zhao Tiezhu.

Zhao Tiezhu membeku. Dia terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab dengan tulus, "Maaf, A...Aku tidak suka pria."

"Apa?"

Liu Zilang menatapnya. Dia menanggapi dengan lugas. "Sebenarnya… aku juga tidak."

"Kebetulan sekali!"

"Ha ha!"

"Ha ha ha!"

...

Sambil tertawa canggung dengan 'Saudara Tiang Besi', Liu Zilang melanjutkan untuk memantau pergerakan Zhang Xiaotong diam-diam.

Hanya ada si gadis berkacamata disampingnya, tidak ada orang lain terlihat.

Liu Zilang menghela nafas lega saat melihatnya.

Namun, di tengah kelegaanya, seorang bajingan berusia tiga belas atau empat belas tahun datang menghampiri Zhang Xiatong dengan menggunakan skateboard. Dia mengenakan ikat kepala, berpakaian hip-hop, tampak bersemangat.

Apa-apaan?

Apa ini sekarang?

Liu Zilang terpaku beberapa saat. Dia kemudian bergerak perlahan dan diam-diam diantara kerumunan menuju sisi yang lain, mencoba mengintai.

Di mendekat...

Dan mendekat...

Akhirnya, dia samar-samar dapat mendengarkan pembicaraan antara keduanya. Meskipun, terdengar seolah-olah hanya laki-laki itu yang sebagian besar, jika tidak seluruhnya, berbicara.

"Xiaotong, kau disini juga!"

"Aku kira kau tidak akan datang hari ini."

"Pesan semalam, aku agak spontan."

"Oh benar, sepertinya kau juga fans berat guru besar Li Muqiu?"

"Hehe, kuberitahu satu rahasia… Sebenarnya, Li Muqiu adalah kakakku!"

"Haha, bagaimana! Mencengangkan bukan?"

"Hey hey! Jangan pergi. Aku tidak bercanda!"

"Lihat! Li Mufan, Li Muqiu. Nama kita sangat mirip."

"Kau mau tanda tangan kakakku? Aku janji aku akan mendapatkannya untukmu."

"..."

Liu Zilang bersembunyi diantara barisan terakhir dari kerumunan. Pada awalnya, dia merasa kesal dengan anak itu ketika dia satu-satunya diantara tiga orang itu yang terus mengoceh. Zhang Xiaotong tidak menggubrisnya sama sekali.

Namun, semakin ia mendengar, semakin membuat Liu Zilang ternganga.

Mendengar kalimat terakhir, dia bahkan sampai mengumpat.

Li Muqiu?

Li Mufan?

Oh sialan, sialan, sialan!

Dia telah bertanya-tanya mengapa anak ini begitu familiar. 'Layaknya kakak, layaknya adik!'

Menggertakkan giginya, Liu Zilang mengeluarkan ponselnya diantara kerumunan dan mencari buku alamat lamanya dengan panik.

...

Bab berikutnya