webnovel

Teknik Bertarung dengan Pistol?

Editor: EndlessFantasy Translation

Chen Zhifei telah bersembunyi di balik tempat berlindung dan sekarang mendengar langkah kaki mendekat dari arah berlawanan. Dia melihat hidup karakter game-nya melintas di depan matanya saat dia membiarkan lengannya jatuh terkulai disampingnya.

Tiba-tiba, sebuah bayangan melintasinya dan mengarah ke sekitar sudut, tepat kearah lawannya!

"Dor dor dor!"

"Tret tret tret!"

Tiba-tiba, suara tembakan terdengar dari segala arah dan asap memenuhi udara. Hasilnya jelas terlihat dalam sepersekian detik ketika tulisan di pojok kiri bawah layar menampilkannya!

"Vic123 menjatuhkan JJ2B dengan UMP9 submachine gun!"

"Apa-apaan?" Ketiga pemain di samping Liu Zilang tertegun, tapi mereka segera menyahut.

"Iya, benar!"

"Kita masih punya teman satu tim!"

"Bagus, Langzi!"

Pu Tauzhuang mengguncang-guncangkan bahu Liu Zilang yang duduk di sampingnya. Dia menunjuk ke arah layar dan berseru, "Cepat bunuh si sialan itu!"

"Tunggu, tunggu!" Chen Zhifei yang sedang sekarat memanggilnya segera. "Sembuhkan aku dulu! Aku sekarat, biarkan saja dia untuk saat ini."

Namun, permintaan Chen Zhifei terpotong oleh rentetan peluru dari sisi kiri tembok.

"Dor dor dor!"

Chen Zhifei yang telah tersungkur dengan darah yang tinggal tersisa setengahnya, terkena dua kali tembakan dan terbunuh seketika.

"Loc 18 membunuh UnderwaterContra dengan M16A4!"

"Sialan kau!"

Pupusnya harapan Chen Zhifei membuatnya tak kuasa lagi menahan untuk bersumpah serapah. Dia lalu menghadap Liu Zilang dan berteriak sejadi-jadinya, "Bunuh dia! Bunuh bajingan itu!"

Akan tetapi, Liu Zilang tidak segera melakukannya mengingat darahnya pun rendah saat ini.

Setelah orang yang membawa M16A4 itu membunuh Chen Zhifei dengan semburan tembakan, dia juga telah menembak Liu Zilang yang merunduk di belakangnya.

Jika Liu Zilang tidak cekatan membatalkan percobaan penyelamatan itu dan berlari ke samping, dia mungkin tidak dapat berdiri saat ini.

Melihat darah Liu Zilang yang minim, Pu Taizhuang memberitahunya dengan tenang, "Tidak perlu terburu-buru. Langzi, kau perlu memulihkan kondisimu dahulu, lalu segera bunuh mereka yang membuatmu sekarat. Jika tidak, maka mereka mungkin kembali untuk memburumu."

Ran Maotong dan Chen Zhifei mengangguk setuju. "Jika kita bisa mendapatkan salah satu dari mereka, maka kita akan baik-baik saja—jika kita bisa mendapatkan dua maka kita bisa anggap itu sebagai kemenangan!"

Jelas sekali dari perkataan mereka bahwa setidaknya, mereka berharap untuk dapat membalas apa yang sudah dilakukan lawan.

Lagipula, Liu Zilang bermain untuk pertama kali. Mereka ingat reaksi mereka saat pertama kali bermain game ini. Saat itu yang terlintas di pikiran mereka adalah, "Siapa aku?", "Di mana aku?", dan "Siapa yang menembakiku?"

Jujur saja, mereka terkejut Langzi dapat membunuh lawan dari jarak sedekat itu.

Namun, masih terlalu awal untuk berpikir bahwa Liu Zilang benar-benar memilik kemampuan bermain.

...

"Dor! Dor! Dor!"

Setelah menggunakan kotak medis, Liu Zilang menemukan kesempatan untuk bergerak di sekitar sudut dan segera membunuh lawan yang sebelumnya ia buat sekarat.

Setelah melakukannya, ia segera mundur.

Lawan yang berada di rak senjata di dekatnya hanya melihat Liu Zilang sekelebat dan tidak memiliki cukup waktu untuk menyerang balik sebelum teman satu timnya terbunuh.

"Apa yang terjadi?"

Kejadian itu membuat mata Pu Taizhuang menyala-nyala. "Bagus, Langzi! Ya ampun, tanganmu cepat sekali!"

Chen Zhifei menghela napas panjang melihatnya. "Bagus! Bunuh bajingan itu dan balaskan dendam kami!"

Ran Maotong melihat ke layar, tampak cemas. "Seharusnya ada tim beranggotakan empat orang di Georgopol. Sekarang tersisa tiga. Teman-temannya pasti akan segera tiba."

Kejadian berikutnya segera membuktikan analisis Ran Maotong benar.

Setelah Liu Zilang membunuh lawannya, rekan satu timnya bersembunyi di balik tembok dan tidak segera menyerang, tetapi tetap menjadi umpan di sisi kiri Liu Zilang. Dia mulai memojokkan Liu Zilang bersama kedua temannya yang baru saja tiba dari arah kiri. Hal ini menyebabkan Liu Zilang tidak dapat berlindung di balik tembok rendah.

Alis Liu Zilang berkerut melihat aksi lawannya itu.

Insting alamiah bermainnya membantunya dengan cepat menyadari maksud lawannya. Dia menyiapkan diri menghadapi dua ancaman baru dengan segera berbalik sebelum bergerak menuju sebuah bangunan dua tingkat di belakangnya.

...

"Dia memasuki bangunan!"

"Respon sisa lawan ini tidak buruk."

"Ya, dia pasti seorang veteran. Dia cepat sekali saat menghabisi JJ!"

"Jangan panggil aku JJ!"

"Hah? Lalu haruskah kupanggil 2B?"

"Enyah kau!"

"..."

Lawannya masih tidak terdengar khawatir. Bahkan walaupun respon Liu Zilang bagus, mereka masih memiliki tiga orang di timnya.

Game menembak FPS berbeda secara intrinsik dengan MOBA. Untuk bermain LoL, seseorang hanya perlu keahlian teknik yang baik—pemain yang bagus tidak perlu khawatir menghadapi tiga orang lawan sendirian. Namun, di dalam konteks game FPS, satu tambahan orang berarti senjata tambahan. Tingkat kesulitannya bisa dianggap eksponensial.

Nornalnya, Liu Zilang mungkin dapat mengatasi tiga orang itu sendiri jika ketiganya sedang sibuk masing-masing, namun karena tinggal dia seorang yang tersisa dari timnya, seluruh lawannya berkumpul mengejarnya.

Ketiga lawannya itu tidak mengira akan menghadapi pemain yang ahli di awal-awal pertandingan seperti ini. Karenanya, mereka tidak khawatir sama sekali, bahkan mereka saling meninju satu sama lain saat berjalan.

...

Di dalam bangunan bertingkat dua, ketiga anggota tim lawan telah menandai posisi Langzi dengan mendengarkan suara langkah kakinya. Beberapa saat kemudian, dua granat dilemparkan ke dalam jendela lantai dua.

"Duar!"

"Duar!"

Lantai dua bergetar hebat sebelum kembali hening.

"Sepertinya tidak mengenainya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" seseorang bertanya.

"Tidak masalah, tidak mungkin kita kalah dalam tiga lawan satu," seseorang lainnya menjawab.

"Benar, aku akan masuk lebih dulu! Membersihkan lantai satu!"

Yang terakhir menjawab adalah si karakter berkulit gelap yang sebelumnya menyergap Ran Maotong.

Setelah keputusan dibuat, mereka segera bergerak.

Mengenakan Helm Motor Level Satu, karakter berkulit gelap menyerbu masuk dengan Shotgun S868-nya. Dia membuka pintu dan masuk ke rumah sementara dua lainnya dengan sigap mengikuti di belakangnya.

"Toilet, kosong!"

"Kamar tidur, kosong!"

"Di sini pun kosong!"

"Ke lantai dua! Aku di depan!"

"Langsung naik dan jangan halangi koridor!"

"Pasti!"

Setelah memastikan taktik mereka, karakter berkulit gelap dengan S686-nya itu segera menyerbu koridor diikuti oleh dua temannya, mereka tiba-tiba mendengar sesuatu menabrak dinding.

"Duk!"

Sebuah granat memantul dinding sebelum jatuh ke lantai. Dan sekarang bergulir di koridor ke arah mereka.

'Oh tidak!'

Kedua orang di belakang si karakter berkulit gelap segera mundur.

Sayangnya, si karakter berkulit gelap berada di depan, jadi dia tidak dapat mundur. Dia hanya mampu menggertakkan giginya dan menghadapi lawannya langsung.

Segera setelah dia naik ke lantai atas, terlihat sosok dari sekitar sudut ruangan.

Karakter berkulit gelap itu menjadi bersemangat, berpikir bahwa mereka akan bertarung dalam jarak dekat. Bahkan, jika lawannya memang lebih ahli, tidak ada yang dapat selamat dari semburan shotgun. 

Meskipun demikian, sebelum si karakter berkulit gelap mampu menyerang, sosok itu melompat ke luar dari sudut.

"Dor dor!"

"Dar dar dar!"

Peluru beterbangan di dalam ruangan yang sempit.

Karakter berkulit gelap itu hanya sempat menembakkan dua peluru ke bayangan lawannya sebelum dia menyadari karakternya saat ini sekarat.

"Sialan!"

"Bagus, Zilang!"

Ketiga anggota timnya hanya bisa menatap kagum saat menyaksikan Liu Zilang tiba-tiba melompat ke luar dari sudut dan menembakan senjatanya saat melayang di udara.

Liu Zilang tidak menjawab. Beberapa detik kemudian, terdengar ledakan keras lainnya yang datang dari koridor.

Granat yang Liu Zilang lemparkan sebelumnya telah meledak.

Meskipun granat itu tidak membunuh kedua lawan di lantai bawah, namun itu berhasil memaksa lawannya untuk berpisah, sehingga memungkinkan Liu Zilang untuk membereskan karakter berkulit gelap yang saat ini terisolasi tanpa perlu mengkhawatirkan anggota timnya.

Mata trio di samping Liu Zilang terbelalak saat mendengar ledakan itu.

Mereka kebingungan. Benarkah ini kali pertama dia bermain game ini?

Saat mereka melihat Liu Zilang melempar granat ke arah dinding, Chen Zhifei memperingatinya untuk berhati-hati. Dia khawatir Liu Zilang akan salah melempar, seperti yang dilakukan Pu Taizhuang.

Meskipun demikian, mereka tidak menyangka Liu Zilang benar-benar menggunakan dinding untuk memantulkan granat itu ke lantai di bawahnya.

Ini jelas terencana.

...

"Dor dor dor!"

Moncong senjata UMP9 menyala sekali lagi dan karakter berkulit gelap yang sedang sekarat itu terbunuh, tubuhnya berubah menjadi peti harta rampasan.

Liu Zilang saat ini dalam keadaan terbius sampai ia mengabaikan keraguan dari orang-orang di sekitarnya. Mereka menontonnya mendekati peti untuk mengambil barang jarahannya.

Dalam sekejap mata, sebuah shotgun muncul di tangan Liu Zilang. Itu adalah S686 yang digunakan si karakter berkulit gelap!

Beberapa detik selanjutnya, dia sekali lagi mendengar derap langkah kaki dari tengah koridor!

Setelah si karakter berkulit gelap itu terbunuh, dia melaporkan pada rekan satu timnya bahwa Liu Zilang sedang menjarah barang-barangnya. Lawannya tidak mau melewatkan kesempatan ini dan langsung bergegas ke lantai atas untuk mencoba menyerangnya saat sedang lengah.

"Cepat, berhenti menjarah! Mereka datang!"

Kakak pertama, Chen Zhifei, mendengar derap langkah melalui headphone dan segera memperingatkan Liu Zilang.

Namun, raut wajah Liu Zilang, tetap tenang. Dia segera meninggalkan tangga dan mundur sembari mengisi kembali S686-nya dengan peluru.

Beberapa saat selanjutnya, kedua lawannya muncul dan menembak langsung ke arah pojok tempat Liu Zilang berdiri beberapa detik sebelumnya.

Liu Zilang merunduk di balik tembok, dia terkena dua tembakan dan garis darahnya saat ini berwarna merah. Trio di sampingnya terlihat gugup.

Mereka menyaksikan Liu Zilang berulang kali gelisah dengan S686 di tangannya.

"Crek!"

"Beres reloading!"

Meskipun Liu Zilang saat ini terpojok, dia dapat melihat jelas kedua orang itu bergerak.

...

"Dia sudah tamat!"

Chen Zhifei, Pu Taizhuang, dan yang lainnya sudah tidak punya harapan untuk Liu Zilang—dia sudah terlihat terlalu lemah!

Namun, saat ini, Liu Zilang segera bergerak ke samping.

"Dorr!"

Dia menembakan beberapa peluru sebelum menarik kepalanya dengan cepat, semuanya dilakukan tanpa membiarkan rekan timnya melihat jelas.

Segera setelahnya, ledakan tembakan terdengar!

Lawannya melihat sekelebat bayangannya dan mencoba untuk menembak menembus dinding berharap mengenainya. Namun, Liu Zilang cekatan dan dengan mudah melarikan diri dari hujan peluru.

"Dorr!"

Seolah-olah dalam reka ulang, adegan itu dilakukan sekali lagi. Suara tembakan dari lawan berhenti sesaat ketika Liu Zilang mengintip kembali dan menembakan senjatanya.

Dalam sekejap, kedua lawannya jatuh ke tanah!

"Hah??"

Suara terkejut dapat terdengar di sekitar ruangan.

Setelah membunuh lawannya, Liu Zilang akhirnya merasa sedikit tenang. Dia berbalik dan melihat ketiga teman asramanya menatap ke arahnya seolah-olah dia adalah monster.

Mata Ran Maotong melebar ketakutan saat terbata-bata berkata, "Ini... adalah 'Teknik Bertarung dengan Pistol'"

Bab berikutnya