webnovel

"I Am Sorry"

Finland baru menyalakan ponselnya keesokan harinya di jam makan siang. Ia menerima sangat banyak pesan berisi permintaan maaf dari Caspar yang berjanji tidak akan menggodanya dengan berusaha membuatnya cemburu.

Ia baru sadar bahwa sangat sulit bagi Finland untuk jatuh cinta dan percaya kepada lelaki, apalagi mengingat riwayat Caspar yang pernah bersama ribuan wanita seumur hidupnya, dan Finland tidak suka dibuat cemburu.

Saat itulah Caspar sadar bahwa di antara mereka berdua, ia lah yang cintanya lebih besar. Sedikit saja ia membuat kesalahan, Finland tidak segan-segan pergi dari hidupnya, dan kenyataan ini membuatnya sedikit ngeri.

"Aku berjanji tidak akan melakukan kekonyolan seperti kemarin..." adalah isi dari puluhan pesan yang dikirimnya kepada Finland, "Please jangan marah lagi..."

Finland tidak membalas pesan-pesannya. Ia masih kesal karena telah dibuat menangis seperti itu.

Ms Fang melihat Finland hari ini justru menjadi sangat produktif. Semua pekerjaan diselesaikannya dengan wajah berkerut tetapi penuh konsentrasi. Ia hanya bisa menduga-duga apa yang sedang terjadi.

"Finland, kerjamu bagus sekali. Aku senang kau ada di tim kami," kata Ms. Fang saat jam makan siang tiba. Ia menepuk bahu Finland dengan lembut dan tersenyum manis sebelum pergi keluar untuk makan siang.

Finland tertegun. Ia juga sangat menyukai pekerjaannya. Setelah semua orang mulai mengenalnya dengan baik dan tidak lagi mendengarkan perkataan Meilin tentang dirinya, Finland mulai merasa diterima dan betah dalam bekerja.

Dalam hati ia agak sedih karena dalam setahun ia akan pelan-pelan menghilang dan ikut dengan Caspar sebagai istrinya. Karena Caspar hidup dengan menutup diri dari dunia, dan berpindah-pindah tempat tinggal di seluruh dunia, ia tak akan dapat melakukan pekerjaannya sekarang.

Dulu Finland mengira hidupnya akan bahagia kalau ia menjadi kaya dan tidak perlu lagi bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi kini ia sadar bahwa kebahagiaan itu datangnya dari kepuasan batin. Ia merasa puas saat melakukan pekerjaannya dan berhasil mengerjakan hal-hal yang ia sukai. Dan kalau ia mau jujur, ia sadar bahwa ia sebenarnya sangat suka bekerja...

Finland tidak membawa bekal makan siang hari ini, sehingga ia mampir ke kantin di dekat kantornya untuk makan siang.

[Aku membelikanmu oleh-oleh dari Seattle.] tiba-tiba masuk pesan dari Jean. Ia mengirim gambar sebuah Tumbler Starbucks bertuliskan The Pike Place.

[Wahh... terima kasih, tapi kau tidak perlu repot-repot.] Finland membalas.

[Ini Starbucks istimewa, karena The Pike Place adalah toko Starbucks pertama di dunia, jadi menurutku cukup penting untuk memberimu oleh-oleh dari Seattle, kota asalnya Starbucks.]

[Baiklah. Nanti Januari aku ambil di Paris ya.] kata Finland akhirnya.

Jean memang selalu memikirkan Finland dan membawakannya oleh-oleh kalau ia traveling ke suatu tempat yang unik.

[Aku titip lewat pacarmu saja. Aku bertemu dia tadi sore.]

Pacar?

Beberapa saat kemudian barulah Finland sadar maksud Jean adalah Caspar. Ugh... Finland masih belum mau bicara dengan Caspar.

[Oh...] Finland hanya membalas singkat.

[Oh ya, aku bertemu wanita yang kemarin bersamanya juga. Caspar bilang itu pengawal pribadinya. Ternyata kita salah duga.] Beberapa saat kemudian Jean mengirim pesan lagi. [Maafkan aku. Mungkin aku secara tidak sadar berusaha mencari-cari kesalahannya dan ketika aku melihatnya bersama perempuan seksi, aku langsung memberitahumu tentang itu diiringi asumsiku sendiri...]

[Tidak apa-apa, Jean. Itu bukan kesalahanmu.]

[Mungkin aku memang berharap bahwa dia itu seorang playboy dan tidak baik untukmu... Supaya aku punya alasan untuk membawamu pergi darinya.]

Finland terdiam lama saat membaca pesan terakhir Jean. Waktu ia minum koktail kebanyakan saat bar hopping dengan Jean dan akhirnya harus digendong pulang karena mabuk, ia samar-samar ingat Jean yang mengatakan bahwa Finland bisa menjadi istrinya di kehidupan ini kalau Caspar tidak memperlakukannya dengan baik.

Mereka tidak pernah membahas itu, dan mungkin Jean tidak tahu bahwa Finland cukup sadar waktu itu dan masih mengingat semuanya... Ia kini tahu bahwa Jean menyimpan perasaan kepadanya. Walaupun begitu pemuda itu tidak pernah berbuat hal yang tidak pantas maupun berusaha membuat Finland menjauhi Caspar. Malahan ia yang membantu Caspar mengerti Finland dan bersabar untuk memenangkan gadis itu.

Cinta Jean kepadanya adalah cinta sunyi karena Finland tidak mencintainya sebagai kekasih, hatinya yang kecil sudah terisi penuh oleh satu laki-laki saja, dan itu adalah Caspar. Ia mencintai Jean sebagai sahabat, seperti saudaranya sendiri.

[Caspar memang playboy. Tapi itu dulu. Sekarang dia laki-laki yang setia.] akhirnya Finland membalas pesan Jean. [Dia baik kepadaku. Hanya saja rasa humornya buruk.]

[Asalkan kau bahagia dengannya aku ikut senang.]

Dalam hati Finland berharap suatu hari nanti Jean juga bertemu gadis baik yang mengerti betapa berharganya sahabatnya itu dan memperlakukannya dengan baik.

Setelah makan siangnya habis, Finland segera bergegas kembali ke kantor. Ia ingin cepat mengerjakan tugas-tugasnya supaya nanti bisa meminta cuti panjang ke HRD lewat Ms. Fang manajernya.

Ketika Finland tiba kembali di Menara Suntec, ia terkejut melihat beberapa truk sedang parkir dan pekerja di atasnya menurunkan banyak sekali papan bunga ucapan. Seluruh trotoar sudah dipenuhi bunga dan membuatnya terlihat seperti taman bunga raksasa dan orang-orang yang lewat menyempatkan berhenti untuk mengambil foto.

"Ada apa ini?" tanyanya keheranan saat melihat Tran yang berjalan keluar dari lobi gedung. "Ada acara apa? Kenapa ada banyak bunga di luar gedung kita?"

Tran menatapnya dengan pandangan tak percaya.

"Mereka disuruh bos menaruh bunganya di luar karena di kantor kita sudah terlalu penuh..." Ia menggeleng-geleng, "Sewaktu kau pergi makan siang tadi, puluhan tukang bunga tak henti-hentinya datang mengantar bunga. Waktu masih satu dua sih kita senang, karena bikin kantor jadi cantik. Tapi dalam waktu sejam saja sudah tidak ada lagi tempat di kantor, lorong, dan lobi, maka Ms. Fang menolak kiriman bunga-bunga berikutnya. Tetapi para karyawan tukang bunga ini keras kepala, jadi mereka tetap mengantar bunganya dan menaruhnya di trotoar..."

"Hah? Siapa yang mengirim bunga sebanyak ini?" tanya Finland keheranan.

"Justru aku mau menanyakan kepadamu," seru Tran, "Semua bunga ini untukmu. Masa kau tidak tahu siapa yang kirim?"

Seketika Finland tertegun. Ia mendekati seorang pekerja toko bunga dan menepuk pundaknya.

"Selamat siang, Pak. Ini bunga untuk siapa?"

"Untuk Miss Finland. Apa Anda kenal?" Pria itu balik bertanya.

"Uhm... itu aku," kata Finland, yang tiba-tiba menjadi tidak enak hati.

Jangan-jangan semua bunga ini dari...

"Oh, ini semua kiriman bunga untuk Anda, Miss. Tidak ada nama pengirim, katanya Anda akan tahu bahwa dia yang mengirim bunga-bunga ini... Semua bunga di toko saya diborongnya, begitu juga dengan toko-toko lain..." Ia menyerahkan sebuah rangkaian bunga cantik dengan kartu tersemat di talinya.

Ketika Finland menerima bunga itu, ia melihat tulisan singkat di kartu ucapannya, "I am sorry."

Hanya tiga kata itu saja: Aku minta maaf. Tidak diikuti dengan pembelaan diri atau justifikasi.

Caspar mengakui kesalahannya dan minta maaf. Seketika hati Finland menjadi tersentuh kembali. Ia melihat berbagai papan bunga warna-warni di trotoar juga ditulisi kalimat yang sama 'I am sorry'.

Mata Finland mulai berkabut ketika ia masuk melintasi trotoar dan masuk ke lobi untuk naik ke lantai 7 tempat kantornya berada. Di sepanjang jalan ia melihat papan bunga atau rangkaian bunga yang saking banyaknya hampir membuat pejalan kaki tidak dapat bergerak dengan bebas. Dan para karyawan di gedung menjadi heboh Ada juga bunga-bunga di meja resepsionis, di lorong, dan akhirnya memenuhi kantornya LTX International.

Semuanya bertuliskan satu kalimat. 'I am sorry.'

Ugh... kalau sudah begini, bagaimana bisa Finland terus menyimpan kemarahan dan tidak memaafkannya.

Sepertinya Caspar telah membeli semua bunga yang dijual di Singapura dan mengirimnya ke kantor Finland untuk menunjukkan penyesalannya.

"Finland," Ms. Fang yang melihatnya masuk ke ruangan segera memanggilnya, "Tolong maafkan siapa pun orangnya yang sudah menyakitimu. Kita tak bisa menerima bunga seperti ini lagi, seisi kantor menjadi sempit dan kita bisa didenda dinas kebersihan karena bunga-bunga di luar gedung."

Finland mengangguk pelan tanpa sanggup berkata apa-apa. Ia buru-buru duduk di mejanya dan mengirim pesan kepada Caspar menyuruhnya agar berhenti.

[Aku sudah memaafkanmu, jangan kirim bunga lagi. Kau malah bikin kacau.] tulis Finland.

Caspar segera membalas SMS-nya dengan emoticon hati.

Dari jendela Finland bisa melihat para tukang bunga itu menata rapi bunga-bunga untuknya di sepanjang jalan sekitar gedung kantornya. Ia bisa membaca sebagian kata-katanya, dan ia menemukan puluhan kalimat 'I am sorry' menatapnya balik.

Caspar bahkan tidak bisa meminta maaf seperti orang normal, pikirnya.

Bab berikutnya