webnovel

Enam

Sore itu setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan yang di limpahkan Pak Adam kepada Syabilla, perempuan langsung menghubungi Niken untuk ketemuan dan pergi ke gelery Ronna. Syabilla memang sangat menyukai lukisan, matanya akan senang berlama-lama berdiri di depan lukisan itu, jika ditanya dia kan bilanga "jika aku melihat lukisan itu, fikiranku pasti akan berkelana jauh mengikuti setiap goresan yang ada di lukisan " Syabilla dia begitu menggemari lukisan dia akan meluangkan waktu jika ada mendengar pameran lukisan termasuk di Gelery ini sekarang.

Cukup lama Syabilla menunggu Niken, gadis itu tak kunjung datang.Beberapa kali Syabilla melirik jam tangannya dan tiap deting selalu berdetak tanpa ada kepastian dari Niken.

"lama menunggu ya? " tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya dan seseorang sudah menurunkan kaca mobilnya dari tadi Syabil hanya menunduk, jadi ketika ada sapaan seperti itu dia kaget.

"astagfirullah, Niken salam dulu kali" gerutu Syabil karena ini sudah menjadi kebiasaannya Niken, lupa mengucapkan salam.

"assalamualaikum, ibu guru" ulang Niken dengan sedikit menarik sudut bibirnya.

"Waalaikum salam " balas Syabil sambil tersenyum ramah.

"ayo masuk! keburu tutup Gelerynya"

Syabilla langsung masuk ke dalam mobil Niken, dia duduk di samping perempuan itu, karena Niken pasti akan mengomel jika Syabil duduk di kursi penumpang, dia bilang " aku bukan supir taxi online bu, jadi duduknya di depan saja"

Sekitar 20 menik Syabilla dan Niken sudah memasuki halaman parkir Gelery Ronna, ada banyak orang disana bahkan kali ini pengunjungnya begitu banyak, rupanya penikmat lukisan bukan hanya Syabilla tapi juga beberapa orang lain.

"Syabil ayo masuk" ajak Niken yang keluar dari mobil tapi tidak melihat shabatnya itu bergerak untuk masuk ke dalam Gelery itu.

"oh, oky" Syabil berjalan beriringan dengan Niken memasuki Gelery, terhitung sudah dua kali dia masuk ke gelery tersebut dan selalu saja ada lukisan baru yang akan di pamerkan.

Mata Syabilla berbinar ketika masuk kedalam gelery itu, dia menemukan berbagai macam lukisan dan dia sangat menyukainya. Syabilla sudah berjalan lebih dulu mengitari beberapa lukisan yang di pajang di dinding. Matanya tidak henti-hentinya menelisik setiap detail lukisan yang ia temui dia dan Niken sudah mulai berpencar mencari tempat masing-masig. Hingga sampailah dia pada sebuah lukisan yang cukup menarik minat matanya, sebuah lukisan desa dengan rimbunnya padi yang menghijau, ketika melihat itu Syabil seolah akan ikut masuk kedalam lukisan itu,dia begitu menyukainya. Matanya tak lepas dari lukisan itu, senyumnya mengembang ketika melihat lukisan tentang desa dan padinya.

"lukisannya cantik" gumam Syabilla di barengi dengan senyuman.

"tante menyukainya? " sapa seseorang ,Syabilla memandang ke arah kiri di sana ada seorang gadis kecil dengan kursi rodanya, terlihat gadis itu kesulitan untuk menyeret kursi ruda dengan tangan mungilnya.

"suka" jawab Syabil lalu matanya dia alihkan ke lukisan itu.

"itu lukisan ibuku" jawab gadis itu.

"ibumu suka melukis? " tanya Syabil

"sangat suka" gadis kecil itu tak lepas pandangannya ke arah lukisan itu, dan kadang dia juga memandang dari sisi kiri Syabilla yang berdiri menjulang.

"apa tante suka melukis? " tanya gadis itu.

"dulu, tapi sekarang tidak lagi" jawab sabil hampa.

Mata gadis itu menelisik ujung kepala sampai kaki "apakah tante selalu memakai kerudung?" tanya gadis itu mengalihkan pembicaraan tentang lukisan. Syabilla mengalihkan pandangannya ke samping dan memberikan senyum simpul pada gadis itu.

"selalu" jawab Syabil singkat.

"aku juga ingin memakainya"

"kalau begitu" Syabilla berfikir sejenak dia lalu membuka tas ransel miliknya dan mengeluarkan sebuah kerudung yang baru saja di belikan Niken untuknya. "kamu pakai ini saja! " Syabilla menyodorkan kerudung dengan motif bunga itu kearah gadis yang selalu memakai kursi roda. Gadis itu menyambut dengan suka cita..

"maukah tante memakaikannya untukku! " tanya Gadis itu lagi.

"dengan senang hati" Syabilla berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis itu, dia mulai melipat bagian dari kerudung itu agar gadia kecil itu tidak kesulitan karena kerudung itu tidak terlalu panjang.

"selesai" Syabilla bergumam dan puas dengan hasil kerjanya. " kamu cantik kalau begini " puji Syabilla.

"makasih tante" Gadis itu diam sesaat matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis tapi di tahannya, dulu omm nya selalu memintanya untuk memakai kerudung tapi gadis kecil itu selalu saja menolaknya hari ini entah kenapa dia begitu menyukai perempuan di depannya ini dengan gamis sederhana dan kerudung yang tidak terlalu mewah tapi dia mengingatkannya pada seseorang, seseorang yang di rindukannya.

"apa tante mau melihat lukisan yang lain! "tawar gadis kecil itu.

"boleh... hanya saja.. aku perlu tau siapa namamu"

gadis kecil itu tersenyum manis ketika di tanya oleh Syabilla. "tante tenang saja, aku orang baik. Namaku Ronna"

"nama yang cantik, seperti nama Gelery ini"

"gelery ini memang diambil dari namaku, tante"Syabilla manggut-manggut mendengar penjelasan dari gadis itu.

"oky, Ronna. sekarang kita kemana dulu" kata Syabil antusias.

"kesana" tunjuk gadis itu mengarah ke sebuah lorong yang sudah di penuhi pengunjung lain. " tapi bisakah tante mendorong kursi rodaku?"

"tentu saja" Syabilla berjalan sambil mendorong kursi roda milik Ronna, gadis kecil itu antusias menjelaskan tentang gelery ini dan lukisan milik ibunya.

***

"lukisan ini adalah yang paling aku sukai " kata Ronna ketika mereka sampai pada sebuah lukisan tentang seorang yang menggendong anaknya tapi dia seperti sedang berusaha untuk melindungi anaknya dari sengatan matahari.

"sepertinya lukisan ini di buat dengan sepenuh hati, si ibu berusaha melindungi anaknya dari matahari yang begitu panas. Dimana ini? "

" Afrika" jawab Gadis kecil itu.

"Afrika, ibumu melukis sampai kesana? " tanya Syabilla keheranan.

"dulu papa pernah di kirim ke sana, dia seorang militer dan ibu mengikuti kemanapun papa bertugas. Semua lukisan di sini adalah ketika papa bertugas di Afrika. "

Syabilla melirik gadis di sampingnya itu, dia seperti menyiratkan kerinduan yang begitu dalam, ada apa dengan Ronna.

"ibumu kemana? tanya Syabilla memberanikan dirinya karena dari tadi gadis itu seperti orang yang sangat rindu dengan sosok ibunya. Bukan jawaban yang keluar dari mulut Ronna tapi sebuah isakan halus yang lolos dari bibirnya. Dia menangis, menangis dalam kerinduan yang teramat dalam. Syabilla berjongkok untuk mensejajarkan dirinya, dia juka meremas tangan gadis itu sekedar untuk memberikan ketenangan meskipun hanya sesaat.

"maafkan aku! " Kata Syabilla dia tidak enak hati ketika menanyakan tentang ibunya, Syabilla mengulurkan tangan untuk menghapus air mata gadis itu.

"ibuku sudah meninggal " jawab gadis itu, Syabilla tak kuasa mendengar itu, dia menarik gadis kecil itu kedalam pelukannya.

"sudah.. jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja " Syabilla mengelus pundak gadis itu lembut, gadis itu sudah tenang dan Syabilla melepaskan pelukannya.

"Dengar Ronna, kamu harus kuat! ibumu di sana sedang merayu Allah agar kamu selalu baik-baik saja ketika dia tinggalkan, Allah pasti akan menjagamu, seperti dia menjaga ibumu" Ronna mengangguk mendengar kata-kata Syabilla.

"Ronna" suara bariton yang khas itu menggema dan hal itu membuat Syabil sedikit kaget karena dia mengenali suara itu, itu suara Pak Adam dan benar saja ketika Syabil mendongakkan kepala mata mereka bertemu tapi hanya beberapa detik dan Syabilla langsung mengalihkan panggilannya.

"papa" Ronna menolehkan kepalanya ke arah suara itu dan Syabilla seketika berdiri karena mendengar panggilan dari gadis ini.

" papa, apa ini anak dari pak Adam dan kenapa aku tidak tau, Ayya tidak memceritakan ini" Hati Syabilla bergumam dan otaknya mulai menerka, hubungan seperti apa yang di jalani Ayya dengan pak Adam.

"Syabilla, kamu di sini? " tanya Pak Adam membelah kebingungan Syabil yang sejak tadi melanda otaknya.

"eh.. iya pak" jawab Syabil gugup.

"papa kenal? " tanya Ronna, arah mata Adam teralihkan dengan kerudung yang dipakai oleh Ronna, sebenarnya dia sudah lama meminta Ronna untuk menutup rambutnya tapi gadis 7 tahun itu selalu menolaknya.

"kamu memakai ini? " tanya Adam sambil menyentuh kerudung itu.

"aku suka liat tante itu pakai kerudung, jadi aku ingin juga. ini kerudung dari tante"Adam memandang ke arah Syabil dan wajah Syabil hanya menunduk dia gugup sekaligus takut, takut pak Adam berkomentar yang tidak mengenakan.

"Syabil " panggil Adam

"eh iya pak" Terlihat Adam melirik jam tangannya.

"ini sudah hampir magrib dan kamu belum pulang juga "

"eh iya pak Adam ini aku mau pulang" jawab Syabil gugup.

"syabilla... akhirnya ketemu ...kamu kemana saja" tiba-tiba Niken datang.

"Niken "

"ayo pulang! " ajak Niken sambil menarik tangan Syabilla.

"eh iya, tunggu dulu" Syabilla menahan tangan sahabatnya itu agar tidak terlalu cepat menarik tanganya.

"maaf pak Adam, aku duluan" Syabilla memohon diri lebih dulu, artinya dia terselamatkan dari tatapan pak Adam, Syabilla tidak mau membangkitkan rasa itu lagi sebab dia tidak memiliki hak untuk berangan lebih jauh lagi. Biarlah pak Adam dengan Ayya dan dia dengan jodohnya nanti.

***

Syabilla memasuki asrama perempuan, sudah magrib jadi asrama itu terlihat sepi karena semua orang sudah masuk kedalam bilik mereka masing-masing.

"baru pulang bill? " tanya Ayya yang baru saja keluar dari kamar mandi, sepertinya gadis iti ingin bersiap sholat tapi wajah gadis itu terlihat pucat.

"iya, tadi baru saja dari gelery" jawab Syabil sambil meletakkan tasnya di atas meja dan mulai melepaskan kerudungnya.

"lukisan lagi"

"iya, meskipun aku tidak melukis lagi paling tidak aku ingin melihat lukisan"

"kamu berencana mau melukis lagi? " tanya Ayya.

"tidak berfikir sampai ke situ, trauma itu masih ada di sini" tunjuk Syabil ke dada dan tangan kanannya.

"sudah makan? " tanya Ayya, mengalihkan pembicaraan tentang lukisan.

"sudah" jawab Syabilla sambil melangkah ke kamar mandi , tapi dia belum menutup pintu kamar itu karena teringat sesuatu yaitu tentang pa Adam.

"oh ya Ayya, ada yang ingin aku bicarakan tapi setelah sholat ya"

"siap" sahut Ayya dan Syabilla masuk kekamar mandi dan menutupnya lagi, dia masih penasaran tentang pak Adam dan apakah Ayya tau kalau pak Adam sudah memiliki anak tapi menurut cerita Ronna ayahnya adalah seorang militer yang mana yang betul. Syabilla masih bingung dan dia harus menanyakan itu kepada Ayya.

***

Abaikan Typo

selamat membaca

martapura

14/7/2019

add watpadd aku ya @np09021991

Haifa_Nurcreators' thoughts
Bab berikutnya