webnovel

Biar Aku Yang Melakukannya

Editor: Wave Literature

Zhao Layue telah selesai menenangkan dirinya, ketika Jing Jiu kembali ke puncak gunung dan tidak ada ekspresi yang mencurigakan yang terlihat di wajahnya. Jing Jiu tidak mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu dan ia lalu menunduk dan melihat debu dan asap yang mengepul dari dalam hutan lebat yang berada di dasar lereng gunung itu, yang dengan perlahan terlihat bergerak menjauh, ia pun kemudian berkata, "Monyet - monyet dari puncak gunung yang lain sudah begitu menjengkelkan dan orang - orang nya akan jauh lebih menjengkelkan daripada monyet - monyet itu. Menurutku kita lebih baik tidak usah menerima mereka masuk ke sini."

Yang dibicarakan oleh Jing Jiu adalah tentang Puncak Xilai yang akan segera mengirimkan para pengurus dan juga asisten - asisten ke Puncak Shenmo, sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekte Green Mountain.

Jing Jiu lalu memandangi gaun Zhao Layue yang longgar itu dan ia kemudian berkata, "Aku tahu bagaimana caranya menjahit. Biar aku saja yang melakukannya."

"Kamu tahu bagaimana cara melakukannya?!" tanya Zhao Layue dengan mata yang terbuka lebar.

"Aku mempelajarinya saat masih di desa dulu." ucap Jing Jiu.

Setelah ia memikirkan tentang hal tersebut, Zhao Layue lalu berkata, "Dengan begitu, kita bisa mencegah Puncak Xilai mengirim orang - orang yang tidak kita inginkan."

Akhir - akhir ini, suasana di Green Mountains terasa tidak seperti biasanya. Suasananya terasa begitu sedih dan juga gelisah, terasa seperti ada suatu hal yang penting yang akan terjadi. Akan tetapi, Puncak Shenmo terletak di bagian yang terpencil dan karena hanya ada dua orang di sana, maka perebutan kekuasaan yang begitu rumit seakan tidak ada hubungannya dengan mereka, paling tidak, untuk sementara ini. Terlebih lagi, Jing Jiu dan juga Zhao Layue tidak peduli dengan hal - hal tersebut dikarenakan kepribadian mereka yang hanya fokus pada Kultivasi. Namun, yang menjadi permasalahannya sekarang adalah, apa yang harus mereka pelajari?

Zhao Layue masih belum menemukan satu kitab pedang pun setelah ia mencari ke semua tempat yang ada di rumah gua itu, baik di dalam, maupun di bagian luarnya.

"Tidak ada kitab teknik pedang di sini. Lalu, bagaimana caranya kita bisa belajar teknik pedang?"

Pandangan Zhao Layue yang mulanya tertuju pada Pedang Tanpa Perasaan, kemudian teralihkan ke wajah Jing Jiu dan cukup lama ia memandangi wajah itu.

Jing Jiu lalu berpikir untuk beberapa saat, sambil mengusap wajahnya dan ia kemudian berkata, "Bagaimana kalau... kamu berikan aku kesempatan untuk mencoba?"

"Yang mampu sudah seharusnya melakukan lebih banyak hal. Kamu telah membuat monyet - monyet itu berperang karena kepentinganmu dan tentunya, kamu bertanggung jawab untuk mengajarkan teknik pedang." pikir Zhao Layue yang kemudian bertanya, "Apa kamu menang?"

Jing Jiu yang tahu bahwa Zhao bertanya tentang hasil dari campur tangannya dalam perang antara monyet - monyet itu, lalu berkata dengan alis yang terangkat, "Tentu saja."

Jing Jiu lalu berjalan ke dalam rumah gua itu dengan santainya.

Zhao yang memandangnya dari belakang pun hanya bisa terdiam.

Dari Pine Pavilion Selatan ke Sungai Sword Washing, ia dengan mudahnya menembus empat level kultivasi, lalu masuk ke dalam awan yang ada di puncak gunung Puncak Pedang, setelah itu ia mengalahkan Gu Qing, lalu mendaki sampai ke atas Puncak Shenmo. Jing Jiu selalu terlihat tenang dan percaya diri, seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Namun, hari ini, ia tidak bisa menyembunyikan rasa puas yang ia rasakan, setelah ia membantu monyet - monyet itu memenangkan pertarungan mereka.

Orang seperti apa dia sebenarnya?

Sesampainya ia di dalam rumah gua itu, Jing Jiu lalu mengambil sebuah pena, tinta, kertas, dan juga batu tinta dan kemudian, ia mulai menulis di atas kertas tersebut, setelah ia memusatkan perhatiannya pada tugas barunya. Tidak lama kemudian, ia menyelesaikan tulisan di lembar pertamanya, setelah itu, ia kembali melanjutkan kegiatannya, yang mana ia terus menulis di atas sejumlah kertas yang jumlahnya cukup banyak untuk dijadikan sebuah buku kecil. Ketika ia akan berhenti menulis, ia tersadar bahwa menulis sebuah buku tidak ada bedanya dengan menulis dua buah buku karena tintanya sudah siap untuk digunakan, dan tentunya akan sangat merepotkan jika ia harus menyiapkannya lagi di lain hari. Ia lalu kembali menulis di sejumlah kertas yang jumlahnya jauh lebih banyak dari sebelumnya, dengan menggunakan sisa tinta yang ada di sana, walaupun tidak ada yang tahu apa isi tulisannya tersebut.

Saat senja tiba, tinta yang ada di kertas - kertas tersebut telah benar - benar kering. Jing Jiu lalu memotongnya menjadi beberapa buku kecil dan ia kemudian menjahitnya dengan menggunakan benang, setelah itu ia pun pergi keluar dari rumah gua itu dengan membawa sebuah buku kecil bersamanya.

Zhao Layue mengambil buku kecil itu dan membacanya halaman demi halaman dengan ekspresi yang begitu serius.

Terlihat jelas bahwa kata - kata yang ada di kertas itu baru saja dituliskan dan tintanya baru saja mengering, namun ada beberapa ilustrasi yang belum benar - benar kering.

Kata - kata dan juga ilustrasi itu menjelaskan tentang petunjuk rahasia dari gerakan pedang dan juga cara menunggang pedang.

Rangkaian gerakan pedang ini terlihat begitu heroik dan juga gagah, atau dengan kata lain, gerakan pedang ini adalah gerakan pedang yang tanpa rasa takut. Arti dari 'tidak ada penyesalan walau dalam sembilan kali kematian' tersampaikan dengan begitu jelas di dalam kertas tersebut.

Zhao Layue lalu mengangkat kepalanya dan melemparkan pandangannya pada Jing Jiu, ekspresi yang terlihat di matanya pun tampak sangat rumit dan sulit untuk dimengerti.

"Ada apa?" tanya Jing Jiu.

"Ternyata, Senior Grandmaster lebih mempercayaimu dan sekarang, aku merasa iri karenanya." jawab Zhao Layue.

Apakah karena Jing Yang meninggalkan Pedang Tanpa Perasaan untuknya dan memberikan Kitab Pedang Sembilan Kematian pada Jing Jiu?

Namun, tidak ada seorang pun yang mengetahui mana yang lebih penting, apakah pedang itu yang lebih penting ataukah kitab pedangnya.

Jing Jiu lalu kembali ke kursi bambunya, membenarkan posisinya untuk memastikan bahwa kakinya yang kelelahan itu bisa beristirahat dengan benar dan setelah itu, ia pun beristirahat dengan mata yang tertutup.

Ketika Zhao memandangnya, ia dengan tiba - tiba teringat akan suatu hal yang sangat mencengangkan.

Namun, ide tersebut tidak akan bisa dibuktikan kecuali jika ia menanyakannya langsung pada Jing Jiu.

Pada akhirnya, Zhao Layue memutuskan untuk tidak mempertanyakannya.

Itulah perbedaan antara Zhao Layue dan Liu Shisui, karena jika Zhao bertanya, maka Jing Jiu pasti akan memberikan jawaban yang sebenarnya.

Dan Zhao pasti akan mengetahui jawaban dari pertanyaannya itu di antara gunung - gunung yang disinari matahari senja.

...

...

Ketika ia melihat kedua pedang terbang yang menembus lautan awan dan turun menuju ke dasar puncak gunung, Gu Han hanya bisa berkata, setelah ia terdiam begitu lama, "Jelas, bahwa Puncak Shangde ingin mengintimidasi kita."

"Tenanglah. Apa yang baru saja kamu katakan tidak boleh terdengar oleh orang lain." ujar Guo Nanshan.

Gu Han menatap tajam kearah Guo dan ia kemudian berkata, "Puncak Shangde sudah bersikap sangat tidak sopan, namun para senior master tetap tidak mengatakan apa - apa tentang mereka?!"

"Apa kamu masih ingat apa yang dikatakan oleh ayahmu sebelum ia meninggal? Selama Green Mountain bisa bertahan..." Guo Nanshan hanya bisa melanjutkan perkataannya setelah ia terdiam untuk beberapa waktu, saat ia melihat kedua pedang terbang itu menghilang, "... maka pengorbanan seperti apapun menjadi layak untuk dilakukan."

Ia terpaksa menggunakan Teknik Pedang Enam Naga yang ia pelajari di Puncak Liangwang, ketika ia berpartisipasi dalam Turnamen Pewaris Pedang, semua itu dikarenakan kemarahannya yang membuatnya lupa bahwa hal tersebut merupakan hal yang dilarang oleh peraturan sekte.

Hal itu bukanlah masalah besar, namun Puncak Shangde bersikeras untuk menyelidikinya dan Puncak Liangwang pun terpaksa harus memberikan jawaban.

Apakah ini merupakan kejadian dimana Puncak Liangwang secara sembunyi - sembunyi telah mengajari murid - murid mereka teknik pedang yang sebenarnya, ataukah Gu Qing yang diam - diam mempelajari teknik pedang itu?

Semua orang tahu harus memilih yang mana.

Jika Gu Qing mengaku bahwa ia yang telah mempelajarinya secara diam - diam, maka hasil terburuk yang mungkin terjadi adalah Puncak Liangwang akan disalahkan karena tidak mengawasi murid - muridnya dengan baik.

Dan akibatnya, Gu Qing akan akan menjadi korban. Ia dikeluarkan dari Puncak Liangwang dan harus kembali ke Sungai Sword Washing, ia pun harus menunggu selama tiga tahun untuk bisa berpartisipasi dalam Turnamen Pewaris Pedang yang selanjutnya.

Gu Qing tidak terbiasa dengan pengaturan yang diterimanya di gua yang ada di lereng gunung, karena ia tumbuh besar di Puncak Liangwang dan ia tidak pernah tinggal sehari pun di gua - gua yang ada di lereng gunung itu, bahkan saat ia menjalani periode sword - washing nya.

Ia berjalan keluar dari rumah guanya menuju ke lereng gunung dan ia kemudian memandang air Sungai Sword Washing, yang jernih, yang ada di bawahnya itu. Setelah beberapa lama terdiam, Gu Qing lalu berkata, "Apakah kamu menyadari ekspresi yang terlihat di mata murid - murid sword - washing itu?"

"Yang paling lantang bersuara adalah Xue Yong'e, yang kabarnya, memiliki seorang kakek yang merupakan elder di Puncak Shiyue." ujar Liu Shisui, yang menemani Gu Qing sejak dari Puncak Liangwang sampai ia tiba di tempat itu, sambil menyusun barang bawaannya.

Gu Qing hanya bisa menarik nafas panjang.

Jika saja ini terjadi beberapa hari yang lalu, ia tidak akan memperhatikan Xue Yong'e sedikitpun, bahkan jika ia memiliki seorang kakek yang merupakan elder dari Puncak Shiyue.

Namun sekarang, ia harus menerima ejekan dan cemoohan yang mereka lontarkan.

Selama ini Gu Qing selalu berada di Puncak Liangwang dan ia tidak pernah sekalipun pergi ke sungai ini, sehingga para murid sword - washing tersebut tidak memiliki kesan yang baik terhadapnya.

Dengan keadaan seperti ini, wajar jika ia mendengar ejekan yang ditujukan padanya.

Ia pun tiba - tiba teringat akan pertarungan pedang yang mungkin akan mengubah karir Kultivasi pedangnya. Walaupun pemuda bernama Jing Jiu itu memukulnya beberapa kali, namun tidak ada hinaan dan ejekan yang terlihat di matanya ataupun terdengar dari nada suaranya dan pemuda itu bahkan menjawab begitu banyak pertanyaan yang selama ini membingungkannya.

"Jing Jiu... orang seperti apa dia sebenarnya?" tanya Gu Qing pada Liu Shisui.

Liu Shisui menjadi sangat berhati - hati ketika ia mendengar pertanyaan tersebut dan ia pun memilih untuk tidak menjawabnya.

"Aku dengar, kalian merupakan pasangan tuan dan pelayan." ujar Gu Qing.

Setelah beberapa saat terdiam, Liu lalu berkata, "Seperti apa yang dikatakan oleh Kakak Lu dan juga Kakak Gu, semua hubungan yang dimiliki ketika berada di dunia manusia harus diputuskan saat kita melewati gerbang gunung dan aku sudah tidak ingat lagi tentang hal itu."

Gu Qing menyadari bahwa Liu tidak ingin membicarakan tentang hal tersebut dan ia pun tidak lagi menanyakannya.

"Apa kamu perlu bantuanku untuk menyiapkan tempat tidur?" tanya Jing Jiu.

"Tidak, terima kasih."

Setelah terdiam selama beberapa saat, ketika ia sedang melihat teman - temannya yang berada di sekitar sungai, Gu Qing lalu berkata, "Aku akan segera pergi dari sini."

Liu Shisui terkejut mendengarnya dan ia pun bertanya, "Apa yang baru saja kamu katakan?"

Gu Qing lalu menjawab, "Kultivasi adalah tentang berjalan maju tanpa menoleh kebelakang, terutama dalam teknik pedang dari Sekte Green Mountains kita. Jika aku harus menunggu disini selama tiga tahun... Aku sendiri akan meragukan apakah aku bisa mencapai level Undefeated. Seperti yang kamu tahu, jika aku tidak bisa mencapai level tersebut, maka Kultivasi akan menjadi hal yang tidak ada artinya bagiku."

Suara dan raut wajahnya terlihat begitu tenang, namun Liu Shisui bisa merasakan kesedihan dan perasaan melankolis yang ia rasakan.

"Kakak Guo dan Kakak Gu menaruh harapan besar dipundakmu..."

Liu Shisui tahu bahwa usahanya untuk menghibur Gu Qing tidak akan banyak membantu.

Puncak Liangwang adalah tempat dimana para murid mereka didorong untuk mencapai standar yang lebih tinggi dan diperlakukan dengan perlakuan yang bisa dikatakan 'kejam'.

Dikarenakan statusnya yang istimewa, maka Gu Han tidak akan memberinya lebih banyak lagi sumber daya, jika Gu Qing tidak bisa menunjukkan hasil yang lebih baik daripada rekan - rekannya.

Melihat Gu Qing yang begitu murung, Liu Shisui tiba - tiba teringat akan sebuah kemungkinan dan ia pun berkata setelah beberapa saat meragu, "Apakah kamu mau mencoba pergi ke sana?"

...

...

Bab berikutnya