webnovel

Sembilan Malam

Editor: Wave Literature

Liu Shisui kembali mendatangi gua kecil Jing Jiu di malam berikutnya, tapi kali ini, ia tidak berlama - lama di sana dan ia segera pergi setelah pembicaraan singkat nya dengan Jing Jiu selesai.

Sebagai seseorang yang memiliki kualitas Dao alami dan juga murid yang mengemban harapan dari seluruh Sekte Green Mountains, Liu Shisui tentunya menghadapi tekanan yang sangat berat. Ada begitu banyak murid yang sama berbakatnya di inner sect. Mungkin, mereka tidak sebaik dirinya, tapi, ada beberapa di antara mereka yang berlatih jauh lebih keras dibanding dirinya.

Di malam ketiga, Liu datang dan menyiapkan tempat tidur Jing Jiu, ia juga mengisi cangkir tehnya hingga penuh.

Jing Jiu menyadari akan kaki kiri Liu yang tampak timpang dan juga luka yang ada di bagian belakang lehernya.

"Mereka memukulmu lagi?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan Kakak Gu. Aku terluka saat bertarung pedang."

Jing Jiu pun terdiam.

Liu Shisui merasa kalau suasananya menjadi tegang, entah karena ia sudah berbohong atau karena ia berusaha untuk membela Gu Han dihadapan Jing Jiu.

"Tuan Muda... apa sebaiknya aku pergi saja sekarang?"

Namun, Jing Jiu tidak mempedulikannya.

Angin bertiup kencang di luar rumah guanya dan kilatan cahaya yang terpancar dari sebuah pedang tampak menerangi sebagian kecil langit malam, yang kemudian menghilang seketika itu juga.

Jing Jiu menengadah, sambil terus berdiam diri, sebelum ia pun memandang ke arah cahaya itu.

Ia mengetahui dengan jelas tradisi di Puncak Liangwang. Mereka memperlakukan murid - murid pilihan dengan sangat keras dan Liu harus menghadapi tekanan yang sangat berat karenanya.

Di malam keempat, pintu pondok kecilnya terbuka, akan tetapi, yang datang bukanlah Liu Shisui, melainkan pria gemuk yang ia temui di Puncak Pedang waktu itu.

"Namaku Ma Hua. Nama yang tidak populer dan hanya berada di peringkat ke tiga puluh tujuh di Puncak Liangwang, yang juga tidak begitu membanggakan. Namun keberadaanku jauh lebih penting daripada kamu, meskipun kamu jauh lebih terkenal daripada aku. Kamu mungkin sudah mengetahui alasan kenapa aku datang kesini malam ini, benar, aku ke sini untuk menyampaikan pesan dari Kakak Ketiga Gu bahwa kamu sebaiknya tidak menemui Liu Shisui lagi. Kamu tidak perlu mengatakan apa - apa dan aku tahu kalau kamu menganggap remeh hal - hal seperti ini, tetapi, kami pun tidak bisa melakukan apa - apa selama kamu tidak mau bergabung ke Puncak Liangwang. Tapi, jangan lupa, Liu Shisui sedang belajar ilmu pedang bersama kami."

"Setiap hari, Shisui dihukum karena melanggar aturan dan sekarang, ia terluka parah. Ia pasti sangat kesakitan. Mengapa ia harus menanggung semua itu." tanya Ma Hua dengan senyum di wajahnya.

Jing Jiu lalu menoleh padanya.

"Saat di Pine Pavilion Selatan, Shisui lebih memilih untuk berhenti berlatih kultivasi daripada berhenti mengikutimu. Tapi, seperti yang kamu ketahui, ini bukan lagi sebuah pilihan yang bisa dia ambil." lanjut Ma Hua.

Jing Jiu tahu kalau yang dikatakan oleh Ma Hua benar adanya. Sebagai seseorang dengan kualitas Dao yang alami, datang ke sembilan puncak gunung untuk belajar begitu banyak teknik pedang yang jadi impian banyak orang, siapa yang mau menyerah begitu saja?

"Tentu saja kami tidak akan memaksanya untuk memilih."

"Sebenarnya, kamu bisa pergi menemuinya jika ia tidak bisa datang ke sini untuk menemuimu." ujar Ma Hua sambil tersenyum.

Maksud yang tersirat dalam ucapannya memiliki makna yang sangat dalam, namun, Jing Jiu bisa memahaminya dengan sangat jelas seperti seseorang yang bisa melihat bebatuan yang ada di dasar sungai yang jernih dan dangkal.

"Kamu ingin aku masuk ke Puncak Liangwang?" tanya Jing Jiu yang tampak terkejut.

"Aku memiliki pendapat yang berbeda dengan Kakak Ketiga Gu. Aku tidak peduli bagaimana caranya kamu bisa masuk ke inner sect, entah karena kamu mengkonsumsi banyak pil ajaib atau tidak. Aku hanya tahu bahwa jika kamu bisa mencapai tahap ini dengan semua kemalasanmu, kamu pasti seorang jenius. Ini adalah kriteria yang paling dicari di Puncak Liangwang kami." ujar Ma Hua yang tersenyum sambil memandangi Jing Jiu.

Namun yang jadi masalah adalah Jing Jiu tidak menyukai Puncak Liangwang.

Ia menunjuk ke arah pintu masuk gua, bermaksud untuk menyuruh tamunya pergi.

Senyum Ma Hua semakin lebar, dan ia kemudian berkata, "Menarik... sangat menarik."

...

...

Dimalam kelima Liu Shisui kembali datang.

Jing Jiu tidak melihat ada luka di tubuhnya, namun ia dapat merasakan kelelahan yang ada di wajahnya dan keragu - raguan di matanya.

Gua kecilnya sangat tenang. Setelah ia selesai membersihkan dan merapikan semua yang ada di sana, Liu lalu berdiri ke sampingnya dan dengan kepala yang tertunduk ia berkata, "Latihan pedangnya terlalu berat dan ada begitu banyak pekerjaan rumah, jadi, tidak mungkin aku bisa setiap hari..."

Jing Jiu lalu mengangkat tangannya. Liu mengerti apa maksudnya dan ia tidak meneruskan ucapannya.

"Berlatih tentunya perlu konsentrasi."

Liu Shisui pun memalingkan wajahnya dan memandang sisi wajah Jing Jiu.

Jing Jiu tampak sedang berkonsentrasi membaca Kitab Pedang.

Liu Shisui tahu kalau Jing Jiu tidak mau melihatnya.

Tuan Mudanya sangat malas dan tidak pernah sekalipun membaca buku.

...

...

Liu Shisui tidak datang di malam keenam.

Di malam ketujuh ia kembali datang ke gua kecil Jing Jiu.

Di malam kedelapan ia lagi - lagi tidak datang.

Malam kesembilan.

Jing Jiu mengangkat wajahnya dan memandang keluar lewat jendela, memastikan kalau ia tidak akan datang malam ini karena hari sudah larut.

Lalu, ia tidak menengok keluar lagi.

...

...

Hari - hari berikutnya berlalu dengan santai dan membosankan seperti biasanya.

Para murid yang ada di Aula Sword Washing berlatih dengan rajin. Setiap harinya, belasan murid - murid yang masuk ke inner sect bersama dengan Jing Jiu, selalu mendaki ke Puncak Pedang. Bisa dibilang, ada beberapa dari mereka yang memiliki keinginan untuk bisa berhasil. Namun Jing Jiu masih sama seperti saat ia berada di Pine Pavilion Selatan. Berjemur di bawah sinar matahari, meletakkan pasir di piringnya dengan wajah yang sangat serius dan menunggu Mata Air Spiritual nya yang seperti samudra berubah menjadi nutrisi untuk Buah Pedang nya.

Sehingga ia kembali menjadi seorang alien.

Namun berbeda dengan hari - harinya di Pine Pavilion Selatan, Guru Lin Wuzhi dari Puncak Tianguang hanya bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang ditanyakan oleh murid - muridnya dan ia tidak pernah menyadari apakah Jing Jiu mengikuti kelasnya atau tidak.

Mulanya, murid - murid yang lain merasa penasaran, namun, setelah beberapa lama diamati, mereka menyadari kalau ia sama seperti apa yang digosipkan dan tidak lagi mempedulikannya, mereka bahkan tidak mau mendiskusikannya lagi.

Lagipula, berlatih kultivasi pedang sungguh sangat berat dan berbahaya, juga perlu ketekunan dan keyakinan. Tidak ada seorangpun yang memiliki waktu lebih untuk memikirkannya.

Beberapa hari kemudian, ada beberapa murid dari Crane Pavilion Utara yang berhasil melewati ujian masuk dan dikirim ketempat ini, bersama dengan beberapa murid dari Pine Pavilion Selatan. Termasuk Xue Yong'e, Saudari Yushan, dan murid yang bernama Yuan yang berasal dari Lelang County. Tampaknya, kepergian Guru Lu tidak begitu berpengaruh terhadap latihan mereka.

Xue Yong'e kembali mencemooh kemalasan Jing Jiu saat mereka berada di Aula Sword Washing. Sayangnya, ia tidak mendapatkan tanggapan yang ia harapkan.

Saudari Yushan dan pemuda dari Lelang County itu memberikan pembelaan untuk Jing Jiu, dan mereka juga pergi mengunjunginya.

Jing Jiu masih tetap sulit untuk dimengerti, tapi, performanya sudah jauh lebih baik dibanding saat ia berada di Pine Pavilion Selatan dan ia juga sudah lebih terbuka secara emosional.

Ia sudah mengingat nama Saudari Yushan dan mempersilahkan mereka untuk makan dua buah - buahan dari gunung itu. Di malam kedua, banyak monyet yang datang dengan cara mendaki gunung yang ada di belakang gua kecilnya, namun, monyet - monyet itu hanya bisa kecewa karena semua buah - buahan yang ada di sana sudah hilang.

Waktu berlalu dengan perlahan dan begitu tenang.

Liu Shisui sudah dua kali datang ke tempatnya secara diam - diam untuk menyiapkan tempat tidurnya dan membersihkan halamannya dan Liu hanya berbicara sebentar dengannya.

Liu semakin jarang bicara, entah karena tekanan yang dihadapinya terus bertambah atau karena latihannya yang terlalu berat.

Beberapa hari kemudian, Jing Jiu mendengar kabar dari Saudari Yushan kalau tanggal dimulainya Turnamen Pewaris Pedang sudah ditentukan. Turnamen itu akan diadakan di awal musim semi.

Hanya tersisa waktu enam bulan sebelum Turnamen Pewaris Pedang berlangsung.

Orang yang paling dinantikan di Turnamen Pewaris Pedang ini tentunya adalah Zhao Layue, yang diawasi oleh jutaan pasang mata. Bahkan, sekte - sekte lain pun mendiskusikan tentang puncak gunung yang mana yang mungkin sudah terlebih dahulu memilihnya sebagai pendekar pewaris teknik pedang mereka, dan yang terpenting, puncak gunung mana yang menjadi pilihannya.

Setelah Zhao Layue, ada Liu Shisui yang juga menarik banyak perhatian.

Semua orang ingin mengetahui sejauh mana perkembangan kultivasi yang dicapai oleh murid yang memiliki kualitas Dao yang alami ini.

Liu sekarang sudah berhasil membentuk Pil Pedang. Jika ia bisa mencapai tahap Perfect Preservation dan mendapatkan apa yang ia perlukan untuk bisa ikut serta dalam Turnamen Pewaris Pedang, maka, ia pasti akan menjadi murid yang diperebutkan oleh semua puncak - puncak gunung itu.

Jika ini terjadi, ia akan menjadi Pendekar Pewaris Teknik Pedang termuda yang kedua sepanjang sejarah.

...

...

Keesokan paginya Jing Jiu pergi meninggalkan gua kecilnya.

Ia ingin menemui Liu Shisui.

Bab berikutnya