webnovel

Yang Satu Tanpa Yang Lainnya

Editor: Wave Literature

Chiyan tersenyum pahit. Ia mengerti betul kalau orang - orang yang paling dibenci oleh Kakaknya adalah orang yang seperti ini. Kakaknya tidak akan memberi mereka rasa hormat sedikitpun, bahkan, jika nama Paman Gurunya disebut sekalipun. Karena itu, Chiyan hanya bisa mengganti topik pembicaraan mereka, dan berkata, "Aku kira, mereka akan bertanya tentang apa yang terjadi di Puncak Bihu saat Pertemuan Puncak tadi."

Yuan Qijing mencibir, "Kakak kita, sang Ketua Sekte tidak mengijinkannya, jadi siapa yang berani bertanya?"

"Meskipun tidak diizinkan, tapi mereka tetap harus mendapatkan jawabannya." ujar Chiyan yang terlihat gelisah.

"Kita katakan saja kalau Kakak Lei terluka parah ketika ia disergap oleh pasukan gabungan dari Old Ones dan Underworld di Kota Zhaoge dan ia sekarang sedang dalam proses pemulihan." ujar Yuan Qijing.

Chiyan hanya bisa mengangguk dan kembali terdiam.

Tentu saja ia tahu kalau ini bukan jawaban yang sebenarnya.

Pimpinan Puncak Bihu yang bernama Lei Poyun sebenarnya sudah gila.

Ia sudah gila sejak saat ia dikirim ke Puncak Tianguang.

Yuan Qijing lalu berjalan ke bagian terdalam dari rumah guanya dan berhenti di sebuah sumur.

Tidak ada yang tahu berapa ribu meter jarak antara bagian tertinggi dari Puncak Shangde dengan dataran yang ada di kaki gunungnya. Jika memang ada air tanah di antara lereng - lereng gunung ini, mata air itu pasti terlalu dalam untuk bisa diambil dari sini.

Sangat aneh jika ada sumur di tempat ini.

Hanya kegelapan yang terlihat dari mulut sumur itu dan tidak ada yang tahu seberapa dalam sumur itu.

Hanya beberapa orang yang menempati posisi penting di Sekte Green Mountains yang tahu tentang keberadaan sumur ini, yang merupakan jalan menuju ke Penjara Pedang yang ada di bawah tanah.

Penjara Pedang adalah tempat untuk mengurung pengkhianat sekte dan setan - setan yang berbahaya.

Tiba - tiba, terdengar suara teriakan yang memekakkan telinga, yang berasal dari dasar sumur yang gelap itu.

Suara itu terdengar sangat tidak wajar dan juga berbahaya. Suara itu sepertinya berasal dari tempat yang sangat jauh, karena suaranya begitu pelan.

"Jika bukan satu, bagaimana kalau dua?!!!"

Suara itu penuh dengan kebencian dan terdengar seperti tangisan setan yang membuat semua yang mendengarnya merinding.

Bahkan, Chiyan yang seorang Immortal Swordsman, yang sudah mencapai tahap Free Travel sejak puluhan tahun yang lalu sekalipun, wajahnya tetap saja menjadi sangat pucat, saat ia mendengar suara itu.

Apakah karena orang gila yang baru saja dimasukkan ke bagian terdalam dari Penjara Pedang itu, atau karena orang penting dari Puncak Bihu di Sekte Green Mountains?

"Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa mengurung Guru Lei ditempat ini untuk selama - lamanya. Ia juga terus meneriakkan kata - kata yang sama, tapi, kita sama sekali tidak mengerti apa arti dari perkataannya itu. Apa yang harus kita lakukan agar kita bisa memeriksanya?

"Kenapa tidak kita biarkan saja ia terkurung di sana selamanya? Karena apapun alasan kegilaannya, atau jika ia memang sudah gila sebelum ia diserang sekalipun. Ini tetap merupakan sebuah penghinaan bagi Ketua Sekte dan ia harus dikurung karenanya. Paling tidak, untuk sementara waktu."

Yuan Qijing lalu memandang ke arah dasar sumur dan ia menjadi sangat gelisah, saat ia mendengar suara raungan itu.

"Jika bukan satu, lalu dua!"

"Jika bukan satu, lalu dua!"

Chiyan sendiri tidak begitu mengerti apa arti kalimat itu.

Namun sebenarnya, ada beberapa orang di Sekte Green Mountains yang mengerti apa arti teriakan itu.

Tapi, ia bisa mengerti.

Ia bahkan tahu kalau Lei Poyun mungkin jadi gila karena kata - kata ini.

Tapi, kenapa Ketua Sekte tidak membunuhnya, justru membiarkannya menjadi gila. Bukankah orang mati tidak bisa bercerita, baik itu kebenaran maupun kebohongan.

Kenapa Ketua Sekte malah mengirimnya ke Puncak Shangde ini? Apakah karena dewa menyayangi semua makhluk hidup? Ataukah...

Bagaimana bisa kamu mengujiku dengan mengirim orang gila ini kesini?

Jing Jiu menyentuh gelangnya yang masih terasa hangat dan berjalan ke sebuah gedung kecil yang sunyi.

Gedung kecil ini terletak di belakang Pine Pavilion Selatan. Ia berjalan sejauh dua mil menyusuri jalan setapak itu, sebelum ia melihat kalau gedung itu tampak seperti sebuah pembatas yang memisahkan dua dunia.

Ia sekarang mengerti kenapa gelangnya terasa sangat panas. Itu karena potret dari pemilik terdahulunya ada di gedung ini.

Gedung ini menyimpan potret dari ketua sekte dan orang -orang penting di Sekte Green Mountains dari semua generasi.

Puncak Liangwang adalah perwakilan dari Sekte Green Mountains saat mereka berperang dengan orang - orang luar, puncak gunung ini sudah sering kali melihat pertumpahan darah dan hal inilah yang membuat pimpinan puncaknya di setiap generasi memiliki kualifikasi untuk menjadi orang penting di sekte.

Immortal practitioners biasanya memiliki umur panjang, namun sebagian besar pimpinan puncak dari Puncak Liangwang gugur dalam perang. Dan hanya ada tujuh potret disini.

Dengan gelangnya yang menjadi penunjuk arah, Jing Jiu melihat ketujuh potret itu. Tapi, ia tidak begitu memperhatikan potret dari ketua sekte di tiap generasi, walaupun potret - potret itu terletak ditempat yang mudah dilihat.

Setelah berjalan sampai ke ujung lorong, ia berhenti di depan potret yang masih terlihat baru yang sepertinya baru saja digantung di tempat itu.

Itu adalah potret Immortal Jingyang.

Jing Jiu mengamati wajah yang ada di potret itu dengan tenang, wajah itu terkadang terlihat nyata tapi juga terlihat seperti ilusi. Beberapa lama kemudian, ia berkata, "Aku hampir lupa seperti apa rupamu."

Ia lalu berjalan keluar dari gedung itu, dan ia pergi meninggalkan dunia fana dibelakangnya dan melangkah masuk ke Sekte Green Mountains.

Jing Jiu mengangkat kepalanya dan mendapati kalau puncak - puncak gunung lain yang ada di Green Mountains, semuanya tersembunyi, kecuali sembilan puncak gunung tertingginya yang menjulang ke langit.

Namun, tidak ada pergerakan sedikitpun di awan dan awan - awan itu hanya diam di tempatnya, seakan memayungi puncak - puncak gunung itu. Bagian yang paling tipis dari awan - awan itu terlihat seperti secarik kertas; sungguh suatu keindahan yang tidak bisa terungkapkan.

Guru Lu sudah menunggunya di depan bangungan itu, ia lalu tersenyum saat ia melihat Jing Jiu yang sedang memikirkan sesuatu. Saat itu, pikirnya, akhirnya pemuda ini menemukan sesuatu yang bisa membuatnya tergerak.

Ia kemudian teringat saat ia pertama kali melihat sembilan puncak gunung itu setelah ia diterima di inner sect, ia juga terkejut dan kagum sama seperti Jing Jiu sekarang dan ia menjadi terharu karenanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia terus mencoba untuk mencapai tahap Free Travel namun gagal. Karena semua yang hidup memiliki batasan dan keadaannya yang tidak jelas, ia terpaksa meninggalkan sembilan puncak untuk menjadi guru pelatih bagi murid - murid baru.

Jika saja ia tidak berkesempatan untuk mendapatkan berita itu dan kemudian pergi ke desa yang ada disekitar Yunji Township dan terus mencari, sampai ia menemukan Liu Shisui dan Jing Jiu di desa itu. Mungkin ia harus menghabiskan sisa hidupnya di Pine Pavilion Selatan. Namun sekarang semuanya berbeda. Ia bahkan dihadiahi beberapa pil ajaib atas kontribusinya dan diizinkan untuk kembali ke Puncak Shangde dan meneruskan latihan kultivasinya disana. Siapa tahu, suatu hari nanti ia bisa mencapai tahap Free Travel.

"Kakak Jing, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Lu sambil tersenyum.

Selama mereka berada di inner sect, mereka harus memanggil satu sama lain dengan sebutan Kakak, karena mereka adalah murid - murid generasi ketiga. Untuk hubungan antara guru dan murid, semua akan diputuskan setelah Turnamen Pewaris Pedang nanti.

Tentunya, kamu harus diakui dan diterima oleh salah seorang Guru besar yang ada di salah satu puncak gunung itu.

Guru Lu berasal dari Puncak Shangde, tentunya, ia berharap agar Jing Jiu juga memilih untuk pergi ke Puncak Shangde untuk meneruskan latihan kultivasinya.

"Bukankah Immortal Jingyang tidak meninggal dan hanya naik ke langit, tapi, kenapa potretnya digantung di bangunan itu?" tanya Jing Jiu.

Guru Lu terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau Jing Jiu akan menanyakan pertanyaan itu dan ia lagi - lagi berpikir kalau Jing Jiu memang berbeda dengan orang - orang yang lain. Karena murid - murid lain yang pernah masuk ke dalam gedung itu hanya memberi hormat kepada ketua sekte dari generasi - generasi terdahulu. Siapa yang akan berpikir untuk menanyakan pertanyaan ini?

Ia tidak bisa menjawabnya dan hanya bisa tersenyum, lalu, berkata dengan ekspresi serius, "Aku akan kembali ke puncak gunung untuk melakukan latihan tertutup. Aku tidak tahu kapan kita bisa bertemu lagi. Hati - hati, Kakak."

"Aku rasa, kamu tidak akan mendapat kesulitan dalam hal itu."

Guru Lu lagi - lagi hanya bisa tersenyum. Pikirnya, Kakak Jing memang orang yang menarik.

Sebuah sungai mengalir melewati ke sembilan puncak gunung itu dan ada bermacam - macam gedung yang tersebar di sekitarnya. Ada pondok - pondok kecil, ada juga gedung - gedung tinggi. Namun, ada lebih banyak rumah gua yang terletak mulai dari kaki gunung sampai ke tengah puncak - puncak gunung itu.

Sebelum Turnamen Pewaris Pedang yang diadakan setiap tiga tahun, semua murid - murid muda yang diterima di inner sect akan melatih teknik pedang mereka di sini.

Alasan kenapa sungai itu dinamakan Sungai Pembasuh Pedang, mungkin karena murid - murid itu sering membersihkan pedangnya di sana, atau mungkin juga karena alasan yang lain.

Dan karenanya, periode dimana murid-murid itu berlatih kultivasi di sini disebut dengan Washing of the Swords.

Sesampainya di sini, murid - murid itu harus melewati tahap Knowledge Integration dan Perfect Preservation untuk bisa mencapai level ketiga, the Big Realm. Setelah itu, mereka bisa ikut serta dalam Turnamen Pewaris Pedang.

Jika mereka dipilih oleh salah satu guru yang ada di puncak gunung saat turnamen itu berlangsung, murid itu akan menjadi personal disciple nya dan akan mendapatkan Teknik Pedang dari Sekte Green Mountains yang sesungguhnya.

Tentunya, murid - murid itu juga bisa memilih untuk mendaftar menjadi murid di Puncak Liangwang, meskipun mereka harus terlebih dahulu mendapat apresiasi dari Kakak - kakak sombong yang ada di puncak gunung itu.

Karena Puncak Liangwang mempunyai posisi yang istimewa di Sekte Green Mountains.

Puncak gunung ini tidak memiliki inheritance ataupun guru - gurunya sendiri, akan tetapi murid - murid di puncak gunung ini bisa memperoleh pengajaran yang paling sabar dan juga terbatas, serta pelatihan dari semua guru yang ada di sembilan puncak gunung.

Karena Puncak Liangwang adalah Pedang Sekte Green Mountains.

Selain kultivasi, hal terpenting bagi murid-murid di puncak gunung ini adalah untuk mewakili Sekte Green Mountains dalam perang mereka dengan dunia luar, melawan setan - setan kejam dan petarung - petarung tangguh dari Underworld. 

Tentunya, sangat berbahaya untuk menjadi murid dari Puncak Liangwang, namun di sisi lain, murid - murid itu bisa berkembang dengan sangat pesat karena pertarungan - pertarungan yang mereka jalani.

Tetapi, yang lebih penting, itu adalah sebuah kehormatan besar bagi mereka.

Jika seorang murid, bagaimanapun kerasnya ia berlatih di Sungai Pembasuh Pedang, namun, tetap tidak bisa melewati kedua tahap itu dan tidak bisa ikut serta dalam Turnamen Pewaris Pedang, sehingga ia tidak terpilih untuk menjadi seorang personal disciple, ia harus bagaimana?

Kejadian seperti ini memang jarang sekali terjadi, namun bukan berarti itu tidak pernah terjadi.

Saat Jing Jiu pergi ke sungai ini untuk menemui guru dari Puncak Xilai, hal pertama yang ia dengar justru pertanyaan ini.

Setelah dipikirkan dengan seksama, ia lalu berkata, "Aku tidak pernah memikirkan hal itu."

Ia memang tidak pernah memikirkan tentang hal itu, namun, jawabannya ini justru terkesan arogan jika didengar oleh orang - orang yang lain.

Akan tetapi, gurunya tidak marah mendengar jawabannya, ia hanya tertawa dan kemudian menepuk pundak Jing Jiu, lalu berkata, "Tidak aneh, kamu adalah Jing Jiu. Jawabanmu memang sempurna."

Bab berikutnya