Jalan yang harus ditempuh anak ini sangat sulit dan tidak akan ada hubungan di dalamnya yang bisa dilogika. Semuanya seakan tanpa awal dan akhir.
Entah ia mengerti atau tidak apa maksud perkataan Jing Jiu barusan, tapi Liu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jing Jiu kepadanya.
Dengan kepala tertunduk dan mulut yang tertutup rapat. Liu tampak seperti seorang anak kecil yang keras kepala, yang tidak mau mengakui kesalahannya. Tapi, semakin mereka bertingkah seperti ini, orang tua akan semakin yakin kalau anaknya melakukan kesalahan.
Terlihat jelas kalau Liu mengerti apa yang baru saja dikatakan Jing Jiu.
Dan Jing Jiu tidak menanyainya lagi.
Keesokan harinya, mereka bangun di pagi musim semi yang indah. Seperti biasa Liu menyiapkan air untuk Jing Jiu mencuci muka dan menyisir rambutnya.
Sisir kayunya meluncur melewati rambut hitamnya.
"Tuan Muda, murid yang lain juga punya banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyakan padamu." ujar Liu Shisui memberanikan diri, setelah lama merasa ragu dan berdebat dengan dirinya sendiri.
Jing Jiu berpaling lalu memandangnya.
"Sebenarnya, kemarin kami sedang mendiskusikan instruksi latihan yang tidak kami mengerti dan sore harinya kamu mengajariku. Setelah aku kembali, aku lalu memberitahu mereka. Tapi, masih banyak pertanyaan dari mereka yang tidak bisa aku jawab, jadi..." ujar Liu tertunduk.
Ini bukanlah hal yang mengejutkan bagi Jing Jiu. Karena semalam, ia memang tidak melarang Liu untuk mengajari teman - temannya dan inilah hasil dari kebaikan hati Liu.
Seperti inilah aturan di Sekte Green Mountains. Sangat sulit bagi murid - murid baru untuk bisa mendapat bimbingan dari guru mereka. Mereka hanya bisa mengandalkan ketekunan dan pemahaman mereka sendiri untuk bisa terus maju. Jadi, bisa dimaklumi, jika mereka sangat menantikan kesempatan untuk bisa mendapatkan saran dan jawaban dari pertanyaan - pertanyaan mereka.
"Sepertinya merepotkan..." keluh Jing Jiu.
Tapi Jing Jiu tidak marah dan Liu yang menyadari hal ini dan merasa kalau ini adalah kesempatan baginya. Dengan cepat ia berkata, "Waktu di desa dulu, bukankah kamu selalu mengajari kami ketika kami tidak mengerti tentang isi buku - buku itu?" ujarnya.
"Iya, memang benar. Baiklah, demi pelayananmu yang sepenuh hati dan karena... Aku sedang bosan." Lagipula, jika aku tidak melakukan sesuatu, bisa - bisa aku dikeluarkan.
Jing Jiu seakan sedang berbicara dengan diri sendiri, walaupun ia masih terus memandang Liu.
Liu pun menunduk malu, karena ia tahu kalau Jing Jiu pasti sudah mengetahui alasannya yang sebenarnya.
"Kamu masih kecil, harusnya berkonsentrasi pada latihanmu. Jangan lagi memikirkan hal - hal yang tidak penting." tegur Jing Jiu sambil mengusap lembut kepalanya.
Pikir Liu, usianya tidak jauh lebih tua dariku, tapi, kenapa ia selalu berbicara seperti orang tua, saat bicara denganku.
…
…
Saat Jing Jiu berjalan ke aula latihan, sudah ada beberapa murid yang menunggu di sana.
Murid - murid itu adalah murid - murid yang kemarin berdiskusi dengan Liu, mengenai tahap Spiritual Stability. Hal ini membuktikan kalau mereka termasuk murid berbakat di generasi sekarang.
Ada kekakuan di wajah mereka, saat melihat Jing Jiu.
Karena mereka juga mengejek Jing Jiu, ketika mereka berada di lapangan di sisi bukit yang ada di Pine Pavilion Selatan.
"Kamu itu bodoh dan pelayanmu lah yang jenius, seharusnya kalian bertukar posisi. Bagaimana bisa kamu masih punya 'muka' untuk tetap tinggal disini?"
Namun, semua perkataan mereka itu kini menjadi tamparan keras yang menyakitkan di wajah mereka.
Tidak semua dari mereka yang ada disana sedang menunggu Jing Jiu untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan mereka, contohnya Xue Yong'e.
Kakeknya adalah seorang guru besar di Puncak Shiyue yang merupakan Puncak Ke-enam. Karena inilah, ia bisa mempelajari pengetahuan dasar dalam kultivasi sejak ia kecil dan baginya, teknik kultivasi level awal tidaklah sulit. "Ada orang kaya yang berasal dari keluarga berpengaruh dan sudah membaca beberapa buku, lalu sekarang merasa dirinya sudah mampu mengatur dunia ini?" cemooh Xue saat ia melihat Jing Jiu. "Yang punya kualitas Dao alami itu sebenarnya siapa?"
Jing Jiu tidak menggubrisnya. "Kalian bisa mulai bertanya." katanya pada murid - murid muda itu.
Merasa diabaikan, Xue Yong'e semakin marah. Tapi, saat ia akan mengolok - olok Jing Jiu, ia tiba - tiba melihat pandangan mata Liu.
Mata yang biasanya terlihat jernih, polos, dan juga naif. Kini tampak garang, seperti mata seekor harimau muda yang siap menerkam mangsanya.
Seketika itu juga Xue Yong'e merasa tubuhnya gemetar. Ia tahu kalau Liu sangat diistimewakan di sekte karena kualitas Dao alaminya. Hanya masalah lah, yang akan ia dapatkan, jika ia tetap ngotot untuk membuat keributan. Dan akhirnya ia hanya bisa mencibir, lalu berpaling dan berjalan keluar dari aula latihan.
Jing Jiu tidak memperhatikan ucapan Xue barusan, ia juga tidak menyadari perubahan emosi yang terlihat di mata Liu. Saat ia melihat murid - murid muda yang kebingungan ini, ia hanya bisa mengulang pertanyaannya, "Ada pertanyaan?"
Seketika itu juga, mereka tersadar.
Seandainya saja Liu Shisui tidak memberitahu mereka kalau Jing Jiu lah yang menjawab semua pertanyaan itu kemarin, mereka tidak akan datang kesini untuk meminta bantuan pada Jing Jiu. Namun, mereka yang sepenuh hati berlatih kultivasi dan pasti akan melakukan apa yang sudah mereka katakan. Tidak lama kemudian, mereka dengan sopan mulai mengumpulkan kertas yang sudah mereka siapkan sebelumnya.
Jing Jiu lalu mengambil kertas - kertas itu, membacanya, lalu, ia memandang kerumunan murid itu dan berkata, "Kalian tidak mengerti semua?"
Suaranya terdengar datar dan ia juga tidak menekankan pada kata 'semua', ia tidak bermaksud untuk mengejek mereka.
Yang ia maksud dengan 'semua' adalah 'mereka semua' dan bukan 'semua pertanyaan itu'.
Tapi, nada suaranya yang datar dan matanya yang terlihat kebingungan, menunjukkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dan dijelaskan dengan kata - kata.
Sulit bagi Jing Jiu untuk bisa mengerti kenapa mereka terkendala dengan pertanyaan - pertanyaan yang ada di kertas itu.
Singkat kata, ia tidak bisa membayangkan ada orang sebodoh itu di dunia ini, atau mungkin malah ada banyak dari mereka.
Murid - murid itu tentu saja merasa tidak nyaman.
Jing Jiu lalu mengambil salah satu kertas yang ada disitu dan membacanya.
"Kakak Jing, aku yang menulis catatan itu," seorang gadis mengakuinya dengan ragu - ragu.
Tanpa melihat ke arah gadis itu, Jing Jiu berkata, "Pemikiranmu ini salah besar. Hubungan antara mata air spiritual dan tahap Fruition masih di luar jangkauanmu. Belum waktunya kamu mengkhawatirkan tentang hal ini. Tapi, jika kamu menghabiskan waktu untuk memikirkannya, ini justru akan mengganggu pemahamanmu tentang zhenyuan di level awal latihanmu dan hal ini bisa menyebabkan penyimpangan dalam kultivasimu. Nanti, aku akan menuliskan untukmu, bagaimana cara menangani masalah ini."
Lalu, ia mengambil kertas yang kedua.
Seorang murid laki - laki mengangkat tangan kanannya dengan gugup.
Jing Jiu membaca pertanyaan yang ada di kertas itu tanpa sekalipun melihat ke arah murid yang mengangkat tangannya tadi, lalu, ia berkomentar, "Di buku pelajaran, tertulis cara menggunakan mata air surgawi untuk membersihkan pikiran. Tapi, disitu tidak disebutkan tentang penggunaan energi langit dan bumi. Terlebih lagi, untuk bisa merasakan dan memproses energi langit dan bumi, kamu harus mencapai tahap integrasi jiwa dan ragamu. Ini berarti, salah besar jika kamu berusaha untuk memisahkan persepsi jiwa dari ragamu, saat kamu belum mencapai tahap ini. Dan nanti, aku akan menuliskan bagaimana caranya agar kamu bisa mencapai tahap ini.
Ia kemudian mengambil kertas yang ketiga.
…
…
"Salah besar jika kamu mengartikan pernyataannya seperti ini. Benar - benar tidak masuk akal."
"Kamu benar - benar salah. Jika seperti ini, kualitas Daonya akan mengering dan mati."
"Meridianmu akan lumpuh, karena kamu menarik meridian yang salah."
"Bagian pertamamu benar tapi bagian terakhirnya salah."
"Bagian pertamanya sudah salah, tentunya bagian keduanya juga akan salah."
"Dan kamu sudah salah dari awal sampai akhir."
…
…
Suara Jing Jiu terdengar di seluruh ruangan aula latihan.
Semua dikatakannya dengan terus terang. Beberapa komentarnya bahkan terkesan kejam. Tapi, nada suaranya terdengar datar dan tanpa perubahan ataupun emosi.
Namun, pernyataan yang ia ucapkan dengan nada seperti itu justru membuatnya terdengar semakin jelas dan persuasif, serta sangat meyakinkan.
Kepala murid - murid itu tertunduk semakin rendah dan wajah mereka semakin memerah.
Bagaimana bisa kata - kata yang begitu sederhana bisa digunakan untuk menjelaskan semua itu dengan sangat jelas dan membuat mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan?
Lalu, Jing Jiu berjalan ke belakang meja dan mengambil pulpen yang diberikan oleh Liu Shisui, ia kemudian mulai menuliskan idenya di selembar kertas, seperti yang ia janjikan pada murid - murid tadi.
Semua murid di sana berdiri di sekelilingnya dan mereka terus memandanginya. Tidak ada yang berbicara, bahkan, suara nafas pun dipelankan, sehingga ruangan aula itu menjadi semakin sunyi.
Tanpa terasa, hari sudah pagi dan matahari pagi sudah mengintip dari balik puncak - puncak pegunungan.
Tiba - tiba, ada suara yang terdengar di aula.
"Apa yang sedang kalian lakukan disini?"
Guru Lu berjalan masuk ke aula latihan dan ia merengut, saat melihat Jing Jiu duduk dikelilingi murid - murid yang lain. Ia lalu bertanya padanya, "Ada perlu apa kamu ke sini?"