webnovel

Di Tepi Danau

Editor: Wave Literature

Di tepi danau ada berdiri sebuah paviliun. Didalamnya, setengal lusinan orang wanita duduk di bawah tirai kain sutra putih yang tipis. Beberapa sedang menyantap buah sambil melihat orang-orang mengobrol di seberang danau. Beberapa mengerutkan alis mereka sambil memegang kuas dan berusaha memikirkan apa yang dapat ditulis. Dilihat pakaian mewah dan terhormat mereka, dapat dianggap bahwa mereka adalah putri keluarga-keluarga birokrat di ibukota. Di antara mereka ada seorang gadis yang mengenakan korset ketat berwarna kuning muda. Matanya sangat cemerlang, bagaikan batu giok transparan yang dibawa melintasi Laut Barat. Gadis ini adalah Ye Ling'er, yang pernah sekilas dilihat oleh Fan Xian di luar tembok kota; putri semata wayang dari ketua garnisun kota.

Tatapan Ye Ling'er melirik ke seberang danau, lalu ia berbalik memandang Fan Ruoruo. "Ruoruo, apakah anggota keluargamu yang memalukan itu ada di sini hari ini?" dia bertanya.

Ketika Ruoruo mendengar pertanyaannya, dia langsung naik pitam. Dia meletakkan kuasnya di atas meja dan menjawab, "Ye Ling'er, lidahmu biasanya setajam senjata keluargamu ... Tajam sih tak apa, tetapi penjual kecap mana yang kamu datangi hingga membuat kata-katamu hari ini jadi kecut?"

Ketika para wanita lain di paviliun mendengar perkataan Ruoruo, mereka semua terdiam. Mereka tidak menduga kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut putri keluarga Fan yang sopan dan santun.

Entah karena alasan apa, Ye Ling'er tidak menyukai anak haram dari keluarga Fan itu, jadi ucapannya terkesan agak kasar. Mendengar Fan Ruoruo yang lembut berbicara kepadanya dengan begitu kasar, ia mendengus dengan marah, tetapi ia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab.

Rou Jia duduk sambil menggiling batangan tinta di samping Fan Ruoruo. Mendengarkan percakapan kedua wanita itu, dia terkikik. "Kalian berdua biasanya anggun. Mengapa kalian begitu tidak akur hari ini?" Rou Jia adalah yang termuda di antara mereka, tetapi ia juga memiliki status tertinggi. Ia memiliki sifat paling tenang diantara mereka, jadi ucapannya dapat menenangkan suasana.

"Siapa yang tahu kenapa Nona Fan seperti sekarang ini?" gerutu Ye Ling'er.

Fan Ruoruo tersenyum, menahan amarahnya. Dia mengibaskan bulu matanya yang panjang. Meskipun dia adalah putri seorang pejabat, dan memiliki reputasi sebagai seorang gadis yang berbakat, mereka pada dasarnya masih berusia enam belas tahun – seberapa lama mereka bisa menahan perasaan mereka? "Jika kita berbicara tentang saudara kita, lebih baik tidak berkata kasar."

Ye Ling'er tertawa dingin. "Bagaimana bisa aku berkata kasar? Jangan bilang bahwa orang yang datang denganmu hari ini sudah diangkat menjadi anggota keluargamu, dan namanya ditambahkan ke catatan Klan Fan?"

Fan Ruoruo sangat cerdas, dia tahu bahwa Ye Ling'er sedang melampiaskan amarahnya pada Fan Xian karena suatu alasan lain. Dia tersenyum dingin dan tidak menanggapi pernyataan Ye Ling'er; justru, dia bangkit berdiri untuk meninggalkan paviliun. Entah kenapa, Ye Ling'er mengikutinya. Rou Jia memanggil mereka dengan lembut, namun ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Para wanita lain di paviliun itu tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Ye Ling'er, dan mereka juga tidak mengerti mengapa kedua gadis itu tiba-tiba naik pitam, jadi mereka benar-benar kebingungan.

Gadis-gadis lain tidak mengikuti mereka keluar dari paviliun. Kini Fan Ruoruo dapat berbicara lebih terang-terangan. Dia menatap Ye Ling'er dengan tatapan gelap. "Kamu berhubungan baik dengan Nona Lin. Itu urusanmu. Jika dia tidak ingin menikah dengan kakakku, itu urusan dia. Jika kamu terus bersikap tidak sopan terhadap kakakku, jangan salahkan aku jika aku memutuskan untuk mengakhiri persahabatan kita. "

Ye Ling'er mengerutkan kening dan hidungnya; begitupun ia masih terlihat cantik. "Kemarin, kamu datang ke rumahku," gerutunya, "dan aku bilang bahwa Chen'er tidak ingin menikah dengan kakakmu. Aku ingin kamu pulang dan menyampaikannya. Tapi kamu malah membawa kakakmu ke rumah pangeran. Jangan pikir aku tidak tahu apa yang sedang direncanakan keluargamu. Mungkin kamu menggunakan kontes puisi ini sebagai cara untuk membuat kalian lebih terkenal, dan ... "dia berhenti berbicara, dan dengan marah ia meluruskan lengan bajunya.

Fan Ruoruo melihat suasana hati temannya, dan menghela napas di dalam benaknya. Tampaknya anggapan gadis-gadis lain sama seperti yang telah dikatakan oleh Fan Xian. "Kamu mau aku bicara dengan siapa?" dia bertanya. "Ayah atau kakakku? Kamu tahu betul bahwa dalam keluarga besar seperti keluarga kita, pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa kita terima atau tolak begitu saja."

Ye Ling'er memikirkan apa yang dikatakan Fan Ruoruo. "... Atau, kamu bisa membuat kakakmu pergi meninggalkan ibukota," ucapnya, setitik harapan terdengar di suaranya.

Fan Ruoruo cemberut padanya. Kata-kata Ye Linger benar-benar tidak masuk akal. Kakaknya telah berpengaruh besar baginya, dan membuatnya jauh lebih dewasa. Namun Ye Ling'er adalah seorang gadis ningrat yang masih polos. "Sudahlah, kita tidak usah membicarakan soal pernikahan lagi."

Ye Ling'er memandang Fan Ruoruo dan tersenyum. "Apa status kakakmu? Dan status Nona Lin?"

Fan Ruoruo tersenyum. "Kakakku punya ayah tetapi tidak punya ibu; Nona Lin tidak punya ibu atau ayah. Status? Itu status mereka."

Meskipun Nona Lin adalah anak haram dari sang Perdana Menteri, sang Perdana Menteri tidak berani dan tidak bisa mengakuinya sebagai anka. Dan identitas ibunya adalah rahasia yang lebih besar lagi di Kerajaan Qing – jadi lebih baik dia dianggap tidak memiliki ibu atau pun ayah.

Ye Ling'er tampaknya tidak menduga Fan Ruoruo akan berkata seperti itu. Bibirnya bergetar, dia berbicara dengan suara rendah tapi dengan kata-kata tajam. "Apakah kamu pikir pernikahan ini diatur di atas batu? Siapa yang tahu apa yang bakalan terjadi?"

Fan Ruoruo merasa sedikit rasa takut, tetapi wajahnya tetap tersenyum lembut. Dia lalu berjalan perlahan ke depan, mendekatkan diri dengan Ye Ling'er, sambil menahan emosinya sekuat tenaga. "Mungkin kamu tidak mengerti siapa kakakku. Aku harap kamu tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas. Dan untuk pernikahan itu ... Aku juga tidak yakin telah sepenuhnya ditentukan. Mungkin saat kakakku bertemu dengan Nona Lin, yang sangat kamu cintai itu, dia mungkin ingin segera meninggalkan ibukota. "

Meskipun keluarga Ye Ling'er dikenal karena keahlian bela dirinya, dia tidak terlihat mengesankan di hadapan Fan Ruoruo. "Kamu kira kakakmu akan berani menolak Chen'er?"

Fan Ruoruo menghela napas. Dia berbicara dengan sikap yang sama seperti yang terkadang dilakukan Fan Xian. "Aku tidak mengerti. Ini adalah masalah antara keluarga Fan dan Nona Lin. Kenapa kamu begitu peduli soal ini?"

Ye Ling'er berpikir sebentar. "Kamu tahu, kesehatan Nona Lin buruk," katanya dengan pelan. "Jadi buat apa memaksanya menikah dengan orang yang tidak ingin dinikahinya?"

Kata-katanya menyentuh hati Fan Ruoruo. Gadis mana yang tidak mendambakan cinta? Gadis mana yang tidak ingin menikah dengan pria yang dipilihnya sendiri? Fan Ruoruo berusaha menempatkan diri pada posisi gadis sakit itu, dan dia merasa kasihan padanya, yang tidak memiliki kuasa atas cintanya. Tapi ... "Pertama-tama, masalah ini telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Kedua, semua tergantung pada keputusan kakakku. Tidak ada yang bisa kulakukan, Nona Ye."

Dia tersenyum saat mengucapkan beberapa kata terakhir dalam kalimat itu.

Pada saat itu, khawatir akan perseteruan antara dua temannya, Rou Jia melangkah keluar untuk mencari mereka. Melihat semuanya baik-baik saja, dia menghela napas lega. "Ayo, kembalilah ke dalam," ucapnya dengan manis.

Fan Ruoruo tiba-tiba menjadi lebih lega. "Nona Ye," katanya lembut, "Aku dengar temanmu sakit. Ayahku kebetulan kenal seorang dokter yang bagus. Bisakah dia untuk berkunjung ke rumah temanmu?"

Bab berikutnya