Karena hembusan angin dari Selatan, bunga fleabane[1]1 hinggap di tanganku.
Kuncup bunga bersemi di tanganku, memekar untuk seorang pria gagah seperti engkau.
Mereka adalah pasangan yang langka, tidak ada yang dapat menghentikan waktu.
Jika engkau memberiku buah pepaya, aku akan memberikanmu batu giok yang indah.
————————————————————
Mendengar kutipan kreatif dan lucu itu, ekspresi si gadis berubah dari khawatir menjadi tersenyum.
Fan Xian menatapnya sambil tersenyum pula, dan berkata dengan lembut, "Masih mau sembunyi di dalam situ?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan malu-malu.
Sementara itu, terdengar suara dari luar, "Nona, di mana Anda?" Gadis berbaju putih itu seketika terlihat pucat, ia tahu bahwa sudah waktunya ia harus pergi.
Fan Xian mengerti bahwa seseorang di luar pasti sedang mencari si gadis. Melihat raut wajah gadis itu, perasaan kehilangan muncul dalam hati Fan Xian, takut bahwa dirinya tidak akan bisa bertemu dengannya lagi. Fan Xian bertanya dengan cemas, "Apakah kamu akan datang lagi besok?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya, dan raut wajahnya terlihat muram.
"Apakah kamu anggota keluarga bangsawan yang ada di aula utama?" Fan Xian bertanya ragu-ragu.
Gadis itu berpikir sejenak lalu tersenyum tanpa mengatakan apa pun. Ia berlari keluar sepanjang lorong altar. Sebelum melangkah keluar dari gerbang kuil, ia menengok kembali ke arah Fan Xian lalu melihat paha ayam yang ada di tangannya, dan menjulurkan lidah dengan centil. Pamannya akan memarahinya kalau melihatnya melakukan hal itu.
Tak lama kemudian ia kembali sejenak dan memberi paha ayam miliknya kepada Fan Xian. Setelah itu, ia dengan cepat berlari keluar dari gerbang kuil sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.
Gadis itu tidak pernah kembali.
...
...
Fan Xian setengah berlutut di atas bantal. Dia merasa yakin sosok yang dilihatnya tadi bukanlah seorang peri yang dikirim oleh dewa-dewa. Dia menatap paha ayam di tangannya lalu terkikik. Fan Xian memutuskan bahwa dia harus menemukan gadis itu di ibukota, tidak peduli apapun rintangan yang harus dia hadapi. "Bila gadis itu belum bertunangan ..." dia berpikir sendiri. "Tidak– bahkan jika dia sudah bertunangan dengan orang tolol lain, aku akan merebutnya kembali!"
Saat berjalan keluar dari gerbang kuil dengan paha ayam yang berminyak di tangannya, dia melihat barisan kereta mendekat dari arah timur. Dia tahu bahwa gadis berbaju putih tadi pasti ada di salah satu kereta tersebut.
Matahari yang terbenam menyinari pepohonan hijau di kedua sisi jalan, membuat dedaunan terlihat merah, seolah-olah terbakar.
Fan Xian tanpa pikir panjang menggigit paha ayam di tangannya. Tiba-tiba, dia teringat bahwa bibir manis si gadis juga telah menggigit paha ayam itu, dan hatinya berdebar kencang.
"Paha ayam, paha ayam, kamu digigit oleh gadis itu, kamu adalah paha ayam yang paling bahagia di dunia."
Dia pergi ke pusat ibukota sambil tersenyum. Dalam benaknya, dia berterima kasih kepada bocah dengan manisan hawthorn yang dia temui sebelum ke kuil. Dia berjalan dengan santai, meskipun dia tidak tahu jalan kembali ke kediaman Fan. Seharusnya, dia berterima kasih pada lelaki buta yang berada tidak jauh di belakangnya. Lelaki itu memegang tongkat bambu dan menghilang dalam senja menuju malam.
————————————————————
Gong Qu tidak merasa ceria seperti Fan Xian. Dia telah memutuskan untuk pergi keluar dengan tuannya untuk bersantai dan melepaskan penat. Tanpa diduga, ada banyak masalah yang muncul dalam perjalanannya. Pertama, seorang remaja yang tidak dikenal berhasil melewati blokade rahasia pengawalnya sendiri dan menuju ke kuil Qing. Kedua, gadis itu terlihat oleh semua orang sedang menyelinap ke kuil samping. "Apa gunanya para biarawati tua itu?" pikirnya.
Namun, dia tidak punya cara untuk melampiaskan kekesalannya, karena Tuannya terlihat muram dan kesal. Tampaknya isi dari surat yang disegel itu membuat Tuannya kesal.
"Gong Dian," teriak bangsawan yang ada di kereta. Selama 20 tahun, dia tidak suka duduk di kursi bopong. "Jika Chen Pingping masih tidak mau kembali, kirim bawahanmu untuk menjemputnya."
"Baik, Tuanku." Gong Dian menurut, walau dalam hati mengeluh, dia berpikir siapa yang mampu melakukan tugas itu dengan baik.
Menyadari bahwa kereta itu sudah hening, Gong Dian diam-diam menghela nafas lega dan merasa sedikit lebih tenang. Dia seketika itu marah saat dirinya berbalik dan mendapati para penjaga yang nampak sedih di belakangnya. Seseorang telah membuat pingsan para penjaga yang tadinya tersembunyi di luar kuil Qing. Dan Gong Dian bahkan tidak tahu siapa yang melakukannya!
Karena itu, remaja itu dapat memasuki Kuil Qing yang dijaga ketat dengan sangat mudah.
Gong Dian mengerutkan keningnya, dia bertanya-tanya siapa yang memiliki kemampuan untuk mengalahkan delapan penjaga secara bersamaan secara diam-diam. Hal Ini seperti sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Empat Guru Besar Agung! Bagaimana jika ... orang itu adalah seorang pembunuh ...? Hatinya diliputi perasaan takut dan dia tidak berani melanjutkan pemikiran itu. Lagipula, dia tahu bahwa penyelidikan rahasia akan dilakukan setelah dia kembali.
Di bagian paling belakang iring-iringan itu, terdapat sebuah kereta dengan jendela-jendela yang dihiasi motif bunga. Gadis yang bertemu dengan Fan Xian di Kuil Qing sekarang sedang setengah bersandar di kursi dalam kereta yang mencolok itu. Sambil tersenyum tipis, dia sepertinya tengah mengingat sesuatu.
Pelayan wanita di sebelahnya merasa tenang setelah melihat gadis itu sedang bahagia. Pelayan wanita itu lalu bertanya, "Nonaku, mengapa anda begitu bahagia hari ini?"
Gadis itu tersenyum dan berkata, "Setiap kali aku pergi keluar bersama dengan pamanku, aku merasa sangat bahagia. Setidaknya, lebih baik keluar sejenak daripada tinggal di kamar yang suram itu."
Pelayan wanita itu berkata, "Tetapi dokter kekaisaran mengatakan anda tidak boleh terkena angin karena penyakit yang anda derita."
Mendengar kata "penyakit", perasaan gadis itu menjadi sedih dan kesal. Tetapi ketika dia memikirkan pemuda tampan yang ditemuinya di kuil, dia merasa lebih baik. Dia berpikir dalam hati, "Aku ditakdirkan sakit dan tidak bisa hidup lebih lama lagi. Haruskah aku bahagia atau sedih karena telah bertemu dengan lelaki itu?"
Kemudian dia teringat akan desas-desu bahwa dirinya telah terlibat dalam perjodohan dengan bangsawan dari kediaman Fan. Meskipun ibunya menentang, dan ayahnya yang aneh itu sepertinya juga tidak setuju, tapi ... Siapa yang bisa menolak keinginan paman? Hal ini membuatnya merasa tertekan. Dia menarik sebuah sapu tangan putih untuk menutupi mulutnya.
Setelah batuk beberapa kali, sapu tangan itu ternodai dengan sedikit darah.
Pelayan wanita itu panik setelah melihat darah, dan setengah berteriak dengan suara yang sedih, "Anda memuntahkan darah lagi. Ini pasti bukan hal baik."
Sambil tersenyum tipis, gadis itu mengingat apa yang dikatakan pemuda itu, dan terkekeh. "Memangnya kenapa? Aku sudah terbiasa."
Pelayan wanita itu menghela nafas keheranan. Ia tidak tahu apa yang dimaksud gadis itu. Ia pikir penyakit yang diderita si gadis telah membuatnya mengigau.
—————————————————————————
Fan Xian kembali ke kediaman Fan di malam hari dengan persaan gelisah. Dia memutuskan bahwa dia harus menggunakan sabuk resminya di saat lain dia pergi keluar.
Tiba saatnya makan malam, dan empat orang anggota keluarganya sudah menunggu di meja. Dia merasa bersalah, tetapi anehnya Count Sinan tidak menunjukkan raut wajah apapun, dan Lady Liu tersenyum lembut tanpa terlihat menghina.
Dia menjelaskan apa yang terjadi dalam beberapa kata. Fan Ruoruo tertawa terbahak-bahak, mengira bahwa kakak laki-lakinya bodoh. Bahkan jika dia tidak dapat menemukan keretanya sendiri, dia lebih baik mendatangi tempat persewaan kereta daripada jalan pulang. Fan Xian tidak pernah memikirkan hal itu, sehingga dia harus menanggung ejekan Fan Sizhe juga.
Setelah makan, sekeluarga bermain permainan kartu Madiao dengan gembira. Empat dari mereka bermain, sementara Fan Sizhe memegang sempoa dan membantu semua orang menghitung seperti seorang akuntan.
Sedikit rasa kesedihan terlihat sekilas di mata Lady Liu. Dengan menanggung kekecewaan akan kegagalan putranya untuk menjadi bangsawan yang sukses, ia mulai berbincang dengan Fan Xian sambil tersenyum.