webnovel

Penjual Garam Laut

Editor: Wave Literature

Saat itu masih pagi, dan burung-burung berkicau merdu. Para pelayan baru saja selesai membersihkan rumah dan mulai menyiapkan sarapan. Kembalinya putri Count Sinan ke kota, Nona Fan Ruoruo, hanya menyisakan satu setengah orang untuk dilayani, jadi tidak banyak yang harus mereka kerjakan.

Setelah menyelesaikan semua tugasnya, Dong'er, seorang pelayan senior, pergi membangunkan Fan Xian, tapi justru malah dikejutkan dengan kondisinya yang buruk. Ia segera memanggil dokter, yang memberi tahu pelayan itu bahwa tidak ada masalah yang serius setelah memeriksa denyut nadi bocah itu, dengan alasan mungkin dia hanya salah makan saja. Kemudian si dokter meninggalkan resep dan pergi setelah mendapat bayaran.

Setelah Fei Jie datang ke rumah Count Sinan, Guru Xixi, yang menggemari sastra klasik, pergi tanpa ada yang tahu, seolah-olah ia adalah angin pagi. Fie Jie menatap bocah dengan dua lingkaran hitam di bawah matanya itu, dan terkekeh.

"Kata orang-orang, hati anak muda itu seperti matahari, tidak peduli akan penderitaan manusia. Tetapi apa yang terjadi padamu? Bagaimana bisa kamu kekurangan tidur sampai perlu bantuan dokter?"

Fan Xian telah berpikir semalaman, tapi masih belum dapat memutuskan apakah dia harus melanjutkan pelatihan zhenqi-nya. Niat awalnya adalah untuk memperlakukan teknik spiritual tanpa nama ini sebagai hiburan dalam kehidupan tanpa batas ini. Namun, jika hal itu membahayakan kelangsungan hidupnya, lebih baik dia berhati-hati.

Karena kurang tidur, Fan Xian menjadi linglung. Setelah mendengar Fei Jie berbicara soal ketidakpedulian pada penderitaan manusia, dia berbicara secara tidak sadar, "Saat aku masih muda dan tidak peduli pada penderitaan dan kesedihan, aku suka mendaki tinggi. Dengan mendaki tinggi, aku dapat pura-pura menderita dan sedih untuk membantuku berhasil, namun sekarang setelah aku benar-benar merasakan derita dan sedih ini, ingin berbicara namun menahan diri, ingin berbicara namun menahan diri. Oh betapa dinginnya musim gugur ini. "

...

...

Ruang belajar dengan cepat menjadi sunyi. Fan Xian, yang tidak bersuara selama setengah hari berusaha untuk membuka kelopak matanya yang berat sambil menguap, "Jangan marah, Guru. Semalam aku bergadang."

Fie Jie memperhatikan bocah itu sambil membelai janggutnya, dan tanpa disadari, ia menusuk dagunya dengan pena bulu angsa. Kembali sadar karena rasa sakit itu, ia bertanya dengan perlahan, "Sebelumnya ... puisi itu ... siapa yang menulisnya?"

"Pak tua Xin yang malang."

Tanpa pikir panjang, Fan Xian secara tidak sengaja mengungkapkan nama keluarga Xin Qizi, lalu dia menyadari kesalahannya.

Fan Xian tergagap dan mata Fie Jie menyala.

"Pak tua Xin adalah pedagang dua arah yang mengumpulkan garam laut bulan lalu."

"Hmm. Tidak buruk untuk seorang pedagang. Aku ingin tahu siapa nama lengkapnya."

"Xin ... Qizi." Fan Xian terbata-bata.

Fie Jie sudah kembali menjadi dirinya dan mulai mengajar. Ada banyak hal yang perlu untuk diajarkan daripada hanya poin-poin biologis, dan karena itu tugasnya sangat berat.

...

...

Fan Xian kembali ke kamarnya setelah makan siang dan kembali lagi dihadapkan dengan pertanyaan rumit, apakah dia harus melanjutkan latihan zhenqi yang berbahaya itu. Sambil memegang buku kuning di tangannya, dia mulai merasa tertekan.

Terlebih dari hal lain, harusnya dia merasa tertekan soal puisi yang tidak sengaja dibacanya di ruang belajar.

Lembaran Jelek adalah puisi yang ditulis oleh Xin Qizi dalam perjalanannya menuju Boshan. Setelah ia dikritik, puisinya mengungkapkan kepahitan yang lembut. Fan Xian tentu saja cukup mengenali puisi itu, dia telah membacanya sambil tidak menyadari masalah apa yang dapat muncul. Dia bertanya-tanya apakah gurunya mempercayai alasannya yang lemah, tetapi dilihat dari reaksi Fei Jie, Fan Xian bertaruh bahwa Fei Jie mungkin percaya bahwa penulis puisi itu benar-benar seorang pedagang garam laut.

Fan Xian tidak khawatir akan moral sampai terobsesi, jadi baginya, tidak ada yang tidak terpuji dalam menjiplak sebuah puisi. Dari sudut pandangnya, menyimpan pengetahuan tentang puisi-puisi ini untuk dirinya sendiri daripada menggunakannya sama dengan menghina suatu harta nasional.

Dia memiliki waktu bertahun-tahun di hidupnya dalam dunia ini untuk menemukan cara mencari nafkah. Tidak butuh waktu lama bagi pilihan kerja memplagiat karya tulis untuk berada di posisi tiga teratas dalam daftar nafkahnya.

Di dalam benaknya, Fan Xian sering mencuci otaknya sendiri. Daripada disebut pemburu, dia adalah pelestari, seorang idealis yang perkasa, berbagi dan menyebarkan budaya-budaya dari Bumi.

Namun, Fan Xian tidak berencana menjiplak seperti ini, atau disaat seperti ini. Dia hanya pernah berencana untuk setidaknya menggunakan nama penulis sebagai nama samaran atas pekerjaan mereka.

Hari ini, dalam situasi yang sama seperti saat di ruang belajar, jika dia berencana menjiplak sebagai anak berusia lima tahun, maka puisi yang dijiplaknya seharusnya adalah "Lagu untuk angsa oleh Luo Binwang". Perumpamaan yang hidup didalam puisi itu lebih baik dalam hal menunjukan sosok seorang anak ajaib.

Jika dia tertangkap sedang menyenandungkan kata-kata seperti "Ingin berbicara namun menahan diri, oh betapa dinginnya musim gugur ini" pada usia yang sangat muda, dia tidak akan dianggap sebagai anak ajaib, justru sebagai anak aneh yang tampak normal dari luar tetapi jauh di dalamnya menanggung 365 luka yang menyakitkan, menyatakan berlalunya empat musim dengan pahit.

Di sisi lain, saat Fan Xian sedang memikirkan hal-hal sepele ini, dengan mengandalkan pengalamannya bertahun-tahun selama ini, dia dapat menstabilkan jam biologis tubuhnya.

Ketika tiba waktunya untuk tidur siang setiap hari, Fan Xian perlahan terlelap, dan di dalam mimpi-mimpinya, dia sedang bermeditasi tentang bahaya besar yang dianggap Fei Jie sebagai kekuatan luar biasa dari zhenqi.

Pada hari ini Fan Xian memutuskan dia akan menerima nasibnya dan melanjutkan latihannya dengan zhenqi yang sangat kuat ini, lagi pula dia hanya perlu tertidur untuk melakukan latihan itu. Apapun masalah yang muncul akan dipikirkannya nanti kalau saatnya tiba.

...

...

Setelah Fan Xian selesai tidur siang, Fei Jie lanjut menulis suratnya yang belum selesai.

Tulisan yang sudah kering menunjukkan bahwa surat itu ditulis pada malam sebelumnya.

"... anak ini lebih manis, lebih berani, lebih bijaksana, lebih bertekad dan dewasa daripada siapapun. Meskipun dia menyembunyikan diri di antara semua anak berusia lima tahun di Kerajaan Qi, dia masih dapat diidentifikasi dengan mudah. Dari pengamatan saya setahun ini, dia lebih dari pantas untuk mewarisi harta kekayaan keluarga. Namun yang paling dikhawatirkan adalah latar belakang identitasnya..."

Penanya terhenti. Ia teringat malam sebelumnya saat Fan Xian bertanya padanya tentang zhenqi. Fei Jie menghela nafas, lalu berhenti saat ia mengingat kata-kata yang Fan Xian katakan pada hari itu. Dia lanjut menulis.

"...'Ingin berbicara namun menahan diri, oh betapa dinginnya musim gugur ini.' Bagaimana aku bisa percaya bahwa kata-kata itu berasal dari bocah berusia lima tahun, mengetahui bahwa seni prosa telah memburuk beberapa tahun terakhir ini "Saya rasa sulit dipercaya bahwa seorang pedagang dapat menulis seperti ini. Terlebih lagi, setelah itu tuan muda panik, dan saya jarang melihat ini terjadi dalam setahun terakhir aku mengenalnya. Pertanyaan terbesar di sini adalah bagaimana Xin Qizi punya kesempatan bertemu dengan Fan Xian, padahal saya selalu bersamanya hampir setiap hari. "

Di akhir surat ia memohon dengan tulus, "Tolong suruh orang-orang di Jalan Dongsan untuk mencari tahu siapa pedagang garam bernama Xin Qizi itu, dan juga alasannya mengontak Fan Xian. Jawaban dari mengapa tuan muda sangat khawatir karena kata-kata ini adalah prioritas. Tolong cepatlah. "

Fei Jie mengakhiri surat itu dengan tanda tangan bengkok dan meletakkan penanya.

Beberapa hari kemudian, Dewan Pengawas ibukota mengirim mata-mata untuk memburu seorang pedagang garam laut. Meskipun mereka menemukan banyak pedagang garam laut ilegal yang tekait dengan pejabat negeri, mereka tidak dapat menemukan pedagang dengan nama keluarga Xin. Desas-desus menyebar dari kota bahwa direktur dewan Pengawas, yang ditakuti oleh banyak orang, sangat marah dengan pencarian yang tidak membuahkan hasil itu. Ia menghukum mata-mata yang bertugas dengan memotong gaji mereka selama tiga bulan. Para mata-mata telah mencari ke semua tempat dibawah sinar matahari, wajah mereka tampak mengerikan dan siap untuk membunuh.

...

...

Semoga Tuhan mengasihani ... pria sial yang bernama Xin Qizi di dunia ini.

Bab berikutnya