Saat itu, Huo Shaoheng teringat yang pernah dikatakannya kepada Gu Nianzhi sebelumnya: "Rayu saja aku. Kalau kau bisa merayuku, aku akan menjadi milikmu." Kata-kata Gu Nianzhi hampir persis seperti kata-katanya. Gadis kecil itu mau "balas dendam", kalau begitu? Huo Shaoheng ingin tertawa, namun setelah dipikirkan lagi, ia sadar semakin sulit untuk melepaskannya. Rasanya seperti ada satu tangan kecil tambahan di dalam hatinya yang bersimbah darah baja, akhir-akhir ini. Tangan itu terus mencakar hatinya dan membuatnya merasa gatal. Namun ketika ia tidak tahan lagi, tangan itu tiba-tiba lenyap. Gu Nianzhi berada tepat di hadapannya di saat yang indah itu, namun entah kenapa, gadis itu masih kaku bagaikan tetes embun berkilauan yang menggantung di dahan pohon dedalu di dalam vas milik Guanyin Bodhisattva—segar, lembut, lemah, namun dipenuhi semangat yang tak terbayangkan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com