webnovel

Mengikuti Tanaman Merambat untuk Mendapatkan Melon (2)

Editor: Wave Literature

"Siapkan dua juta—tunai—dan aku akan mencari seseorang yang bisa memberikannya sedikit untukmu." Pemuda mabuk itu menyeringai dan matanya berputar-putar. Ia tidak tampak mabuk, tapi ia benar-benar sedang di bawah pengaruh obat-obatan.

Pria gendut yang menjuluki dirinya "Master Zeng," tersenyum sambil membungkukkan badan cepat-cepat. "Kalau begitu saya akan pergi dan menyiapkan uangnya. Kapan kau bisa mendapatkannya?"

"Sabar. Aku akan kabari dalam 2 hari." Pemuda itu bersendawa lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menelepon sepupunya sambil melambaikan tangan sampai jumpa ke Master Zeng dan berkata dengan nada mabuknya, "Saudara perempuanku, hari ini aku akan mentraktirmu. Aku akan merayakan keberhasilan wawancaramu. Datanglah ke Ruang 518 di lantai teratas Istana Fortune. Sampai bertemu di sini!"

Feng Yixi berada di ujung saluran telepon itu. Wawancaranya sangat sukses tadi pagi. He Zhichu, seorang lelaki berusia 28 tahun, berpendidikan luar negeri, Profesor Fakultas Hukum Universitas B, sungguh sangat ulung dan tampan. Membayangkannya membuat hatinya berdebar. Ia ingin melompat-lompat riang dan membagikan kegembiraan dan kebanggaannya.

"Sepupu, apakah kau betul-betul akan mengadakan pesta perayaan untukku?"

"Tentu saja! Kau sepupuku, memangnya hubungan macam apa yang kita punya? Cepatlah! Begitu kau di sini, kau akan tahu ada kejutan besar!"

"Oke, aku akan ke sana sekarang." Feng Yixi tersenyum dan mengganti pakaiannya menjadi gaun hitam putih yang sangat pendek potongannya hingga hanya sampai bagian atas pahanya. Gaun ini membuat kedua kakinya tampak lebih cerah dan ramping.

Feng Yixi tiba di Ruang Privat 518 di lantai teratas Istana Fortune sendirian. Begitu ia membuka pintunya, ruangan gelap itu tiba-tiba menyala dan konfeti serta kelopak-kelopak bunga berjatuhan dari langit-langit. Melengkapi suasana ini, muncul semburan botol-botol sampanye yang dibuka dan suara terompet-terompet pesta yang saling bersautan memenuhi ruangan. Atmosfer ruangan itu semakin komplit dengan riuhan sorak sorai keceriaan.

"Kejutan!"

Sekelompok pria dan wanita berpakaian rapi muncul dari berbagai sudut ruang privat itu untuk menyambut dan menyelamati Feng Yixi yang masih berada di pintu.

Sepupu Feng Yixi berjalan dari balik kerumunan ke arahnya dengan membawa sebuah karangan bunga mawar yang megah. Sepupunya tersenyum sambil menyerahkan karangan bunga itu kepadanya, lalu memeluknya dan mencium pipinya seperti adat kebiasaan orang-orang Barat. "Saudara perempuanku, aku mengadakan pesta ini sebagai perayaan awal atas keberhasilanmu menjadi mahasiswa pasca sarjana He Zhichu di Fakultas Hukum Universitas B!"

Feng Yixi tidak dapat berhenti meringis gembira.

Ketika pestanya sedang berlangsung, seseorang mengeluarkan 'barang bagus' yang mana semua orang mulai menghisapnya. Feng Yixi biasanya bukanlah orang yang terbiasa bermain-main dengan obat-obatan, tapi malam itu ia sedang sangat gembira dan tak tahan untuk memuaskan rasa ingin tahunya ketika ia melihat teman-temannya yang lain tampak sangat bersenang-senang karena menggunakan itu.

Feng Yixi sama sekali tidak sadar apa yang terjadi di sekitarnya setelah ia mengonsumsi barang itu, ia merasa seperti demam selagi melanjutkan minum, ia semakin merasakan kenikmatan yang gila. Hal terakhir yang Feng Yixi ingat, ia melepaskan pakaiannya lantas memeluk seseorang di tengah-tengah pesta.

Di depan monitor-monitor di ruang keamanan Istana Palace, seorang lelaki yang tampak seperti seorang petugas keamanan diam-diam merekam kegilaan pesta pora di ruang 518, lalu mengirimkannya ke sebuah akun misterius.

Segera setelahnya, Zhao Liangze menerima video itu di ujung saluran.

"Pak, kita mempunyai videonya. Sepupu Feng Yixi, Hu Chuanxin, adalah orang yang menjual H3aB7."

Huo Shaoheng membenarkan informasi itu dengan anggukan yang tegas, rahangnya sampai berkertak.

"Awasi dia."

Dalam larutnya malam, Huo Shaoheng kembali ke markasnya dan melihat Chen Lie duduk di lantai ruang tengah. Sebuah tumpukan instrumen medis tergeletak di hadapannya dan ia sedang berkonsentrasi mengekstrak dan menjernihkan sampel darah.

"Mengapa kau belum pergi?" tanya Huo Shaoheng. Ia berhenti di pertengahan langkahnya. "Dimana Nianzhi? Apakah ia sudah makan?"

Chen Lie menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Ia belum bangun." Chen Lie memandang Huo Shaoheng. "Apakah Anda sadar apa yang telah Anda lakukan? Anda semestinya hanya membantunya mendapatkan 'kenikmatan', tapi Anda malah hampir membunuhnya!"

Huo Shaoheng berdiri dalam diam. Ia kemudian menyeberangi lorong kecil menuju kamar tidur dan melihat pintunya masih benar-benar tertutup. Huo Shaoheng merasakan denyut kekhawatiran dan bertanya, "Ia benar-benar belum bangun?"

Ia membuka pintu kamar tidur untuk masuk.

Satu hari penuh akan segera berakhir, dan tirai di dalam kamar tidur itu telah ditarik turun menutupi jendela-jendela; kamarnya menjadi gelap dan sunyi. Begitu menginjakkan kaki ke dalam kamar, bagaimanapun juga, Huo Shaoheng masih dapat merasakan aroma menggoda yang tidak biasa yang melekat memenuhi udara persis seperti malam sebelumnya.

Huo Shaoheng meninggalkan kamar tanpa bersuara dan menutup pintu di belakangnya dengan lembut. Ia kembali ke ruang tengah dan menuju ke sofa. Chen Lie mengalihkan pandangannya ke Huo Shaoheng dan melihat ekspresi muramnya. Kedua mata pria ini tertunduk dan tidak menampakkan apa yang sedang ia pikirkan.

"Bos, jika Nianzhi tak kunjung bangun besok, saya takut ada sesuatu yang tidak beres dengannya." Chen Lie berkata dengan nada rendah sambil mengangkat sebuah botol kecil dan mengayun-ayunkan cairan yang terdapat di dalamnya.

Bahkan tanpa Chen Lie tunjukkan kepadanya, Huo Shaoheng sudah merasakan ada sesuatu yang memang tidak beres sejak awal. Huo Shaoheng menghela nafas panjang dan tanpa berkata apapun kembali ke ruang kerjanya.

Malam itu, baik Chen Lie maupun Huo Shaoheng sama-sama tidak tidur.

Pada pagi hari berikutnya, Chen Lie pergi ke kamar untuk memeriksa Gu Nianzhi lagi dan melihat apakah ia sudah bangun. Namun, Gu Nianzhi ternyata tidak hanya belum terbangun, tetapi ia juga mengalami demam tinggi.

Chen Lie tergesa-gesa memberikan suntikan penurun demam di lengannya. Lalu, ia lanjut mengambil darahnya dengan suntikan lain. Lengan putih Gu Nianzhi mulai menujukkan beberapa lebam-lebam gelap, semua itu disebabkan dari memar-memar bekas pengambilan darah.

Huo Shaoheng keluar dari ruang kerjanya. Melihat Chen Lie keluar dari kamar tidur dengan sebuah botol kecil lain yang berisi darah, ia menghentikannya dengan satu tangan terangkat. "Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Berapa banyak darah yang kau ambil?"

Chen Lie mendorongnya dengan satu tangan untuk melindungi botol di tangan satunya dan berkata dengan teguh, "Ini demi kebaikannya. Ia demam tinggi hari ini. Saya kira H3aB7 ini lain daripada yang lain. Oda Masao, pria di balik penemuan H3aB7, adalah seorang spesialis biomedis yang diakui di Rumah Sakit Universitas Imperial Tokyo di Jepang. Bagaimana mungkin ia menciptakan sesuatu yang hanya serendah obat perangsang."

Kedua alis Huo Shaoheng mengerut; suaranya sangatlah rendah. "Apa maksudmu?"

"Saya bukannya mengada-ada. Hanya saja, saya yakin H3aB7 tidak sesederhana yang kita pikir. Ini bukan hanya sekedar obat perangsang; aku mencurigai obat ini memiliki efek-efek lainnya." Chen Lie dengan hati-hati menghangatkan darah Gu Nianzhi ke dalam instrumen hematologi untuk analisis lanjutan.

"Demam? Kau mengatakan Nianzhi sedang demam?" Huo Shaoheng secara jelas tidak mengira ini sebagai salah satu akibatnya. "Mengapa ia demam?"

"Saya tidak tahu mengapa. Tak bisakah Anda lihat saya sedang menganalisisnya? Saya harus mengembangkan sampel darahnya, jadi mohon berhenti berkeliaran di sini dan pergilah, serta lakukanlah apapun yang semestinya Anda lakukan." Chen Lie melambaikan tangannya dan mengusir Huo Shaoheng.

Huo Shaoheng menatap Chen Lie dan mengambil sebatang rokok untuk menyalakannya. Ia menarik nafas dengan geram dan berkata, "Jika itu masalahnya, aku tak akan menunggu." Ia berbalik badan untuk melihat pintu kamar tidurnya yang sudah tertutup sebelum meninggalkan markas. Seiring ia turun, ia membuat beberapa panggilan dan mengumpulkan orang-orangnya.

Dua puluh menit kemudian, sebuah sedan abu-abu parkir di seberang jalan dari gedung Istana Fortune, sebuah klub mewah di Kota C dimana Feng Yixi masih sedang mengadakan pesta.

Kendaraan itu tidaklah mencolok dan biasa saja, tetapi semua kacanya telah dicat secara istimewa sehingga bisa membuat pemandangan di luar tampak jelas terlihat dari dalam. Selain itu, badan mobil dan jendela-jendelanya anti peluru, dan interior tempat duduknya dilapisi dengan kulit asli. Seperangkat sistem suara canggih, komputer tanam dan layanan internet, dan sebuah konsol GPS yang disempurnakan juga diinstal di dalam mobil ini. Mobil ini memiliki kapasitas untuk beraksi sebagai mobil pusat komando militer kapan saja.

Huo Shaoheng duduk di kursi penumpang, matanya tersembunyi dibalik kacamata hitam seraya fokus mengamati gedung di seberang jalan seperti seekor elang. Si pengawal, Fan Jian, duduk di kursi supir, sedangkan sekretaris pribadinya, Zhao Liangze, duduk di samping kursi supir. Sementara itu, sekretaris pribadi Huo Shaoheng yang lain, Yin Shixiong, duduk di sebelah Huo Shaoheng sendiri.

Keempat pria ini duduk dan menunggu dalam diam.

Hari masih pagi sehingga hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan. Kios-kios yang menjual makanan sarapan baru saja buka dan aroma makanan dan kesegaran serta kebersihan pagi hari menghembus di udara.

Tak lama kemudian, suara raungan sirene pagi terdengar. Mobil-mobil polisi mengepung dan berhenti di depan gedung itu. Tim-tim petugas dengan peralatan anti huru-hara keluar dari kendaraan-kendaraan dengan tergesa-gesa. Mereka semua memakai helm hitam, wajah-wajah mereka tertutup dan hanya kedua mata mereka yang terlihat. Dalam formasi kokoh, para petugas menjulurkan senapan semi-otomatis mereka dan dengan cepat memblokade jalan-jalan keluar dari tangga maupun lift. Pada saat yang sama, lebih banyak lagi petugas menaiki tangga dan lift menuju klub di lantai teratas gedung itu.

Setelah malam yang glamor dan meriah, Istana Fortune akan segera tutup untuk sepanjang hari.

Sebagian besar tamu telah pergi, tapi ada beberapa yang tinggal untuk berpesta semalam suntuk dan masih tergeletak di ruang-ruang privat. Para pria dan wanita yang telah berpesta sepanjang malam di ruang 518 di lantai teratas masih tertidur setelah pesta pora semalam.

"Buka, buka! Ada polisi datang untuk pemeriksaan dadakan!"

Bab berikutnya