webnovel

Pikirkan Dulu, Sebelum Kau Menjawab (5)

Editor: Wave Literature

Suara decit mobil He Jichen yang berhenti mendadak, sangat memekakkan telinga. Suara itu menyadarkan beberapa anggota staf yang berada dekat dengan Ji Yi dan membuat semua orang menoleh. Ketika melihat He Jichen datang dengan ditemani oleh asisten sutradara, direktur casting, penulis naskah, dan seorang pria gagah yang tidak mereka kenal, semua orang dengan sopan menyapanya dengan sebutan "Direktur He." Satu demi satu, para staf minggir untuk memberi mereka jalan.

...

Rasa sakit yang menusuk dari pinggangnya membuat Ji Yi mengerutkan kedua alisnya lebih dalam lagi. Ketika gadis itu merasa akan pingsan karena rasa sakitnya, dia mendengar suara mobil berdecit keras. Kerasnya suara menyebabkan kedua alisnya berkedut. Kemudian dia mendengar suara panggilan berturut-turut yang menyebut "Direktur He."

Direktur He?

Di antara semua kru produksi dan para direktur, hanya He Jichen yang bermarga "He"…Jadi…

Ji Yi ragu selama dua detik sebelum menoleh dan melihat He Jichen berjalan melewati kerumunan orang. Wajahnya terlihat suram ketika menghampirinya dengan langkah-langkah lebar.

Apakah kabar bahwa aku terluka mengejutkannya?

Tetapi bukankah mereka memanggil dokter jaga kemari? Mengapa He Jichen harus datang secara pribadi?

Terlebih lagi, dia terlihat seperti sedang khawatir dan bukannya dingin seperti biasanya.

Khawatir...

Ji Yi belum pulih dari rasa sangsi karena menggunakan kata itu untuk menggambarkan He Jichen, ketika pemuda itu sudah berdiri di depannya.

Dia menundukkan kepala dan memeriksa tubuh Ji Yi dari atas ke bawah. Ketika matanya tertuju pada noda merah di pinggang Ji Yi, wajah pemuda itu seketika berubah pucat. Bibirnya menganga karena terkejut sampai-sampai Ji Yi lupa akan rasa sakit di pinggangnya.

He Jichen benar-benar mematung di depannya selama lebih dari sepuluh detik sebelum mendadak berjongkok.

Dia mengulurkan tangannya pada pinggang Ji Yi. Begitu He Jichen menyentuh lukanya, sekujur tubuh Ji Yi gemetar menahan rasa sakit. Pemuda itu tersentak seraya menarik tangannya kembali. Kemudian dia menoleh dan melihat ke wajah kecil Ji Yi yang pucat. "Bagaimana bisa kau terluka seperti ini?"

Meskipun pemuda itu terlihat menguasai emosinya, masih terdengar getaran dalam suaranya.

Ji Yi menyadari betapa He Jichen terdengar tidak seperti biasanya sembari menatap wajah pria muda itu dengan heran sekali lagi.

Dia terlihat seakan dia takut … Apakah dia takut karena aku terluka?

Ji Yi merasa agak bingung dengan hal yang baru disadarinya itu. Untuk sesaat, dia lupa menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan He Jichen kepadanya.

Melihat Ji Yi yang menatapnya dengan tertegun, hatinya semakin terluka.

Ada terlalu banyak orang yang melihat, maka ia tidak bisa membiarkan luka gadis itu dirawat di depan begitu banyak orang.

He Jichen tidak mengatakan apapun ketika dia dengan segera mengulurkan tangan untuk mengangkat tubuh Ji Yi dengan hati-hati dari atas matras.

He Jichen sepertinya tidak keberatan bajunya yang mahal dikotori oleh darah Ji Yi. Dia menoleh dan mengisyaratkan pada Cheng Weiwan untuk mengikutinya. Kemudian dia berjalan menaiki tangga dan memasuki setting istana untuk syuting di dekat tempat itu, sambil menggendong tubuh Ji Yi.

Ji Yi tidak menyangka bahwa He Jichen akan menggendongnya seperti itu di depan semua orang dari tim produksi; ia begitu tercengang sehingga tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi.

Sesaat kemudian, pria itu sudah membawanya masuk melalui pintu istana.

Melalui cermin yang ada di dalam istana, Ji Yi melihat He Jichen mengangkatnya seakan sedang membawa sesuatu yang sangat rapuh.

Bab berikutnya