webnovel

Pengakuan yang Luar Biasa

Editor: Wave Literature

"...Guru Xiang?"

Xiang Wan tidak tahu siapa yang memanggilnya.

Karena Xiang Wan sedang makan sendirian di aula utama restoran itu , dia yakin kalau panggilan itu ditujukan padanya.

Xiang Wan mengangkat kepalanya. Dari balik uap hotpot yang ada di hadapannya, Xiang Wan melihat sekelompok orang yang sedang memperhatikannya dari tangga.

Ada banyak orang di sana.

Ada yang dikenali oleh Xiang Wan dan ada juga yang tidak.

Bai Muchuan berjalan di posisi depan kelompok itu. Satu tangannya dimasukkan ke dalam kantongnya. Bai Muchuan terlihat santai seperti biasanya. Dia tidak perlu bersikap sok ganteng. Setiap gerakannya seakan-akan sudah dirancang sedemikian rupa sehingga terlihat natural. Itu membuat Bai Muchuan memancarkan aura pemimpin.

Namun, cara Bai Muchuan menatap Xiang Wan terlihat cukup mengkhawatirkan.

Xiang Wan yakin kalau pria itu sedang menatap ke arahnya.

Dia berpikir positif, tidak merasa bersalah dan Xiang Wang yakin akan hal itu.

Kekhawatiran di mata Bai Muchuan sepertinya memang tidak dibuat-buat.

Apa-apaan! Xiang Wan sangat membenci tatapan itu. Karena itu membuat dia salah paham, bingung, dan tidak bisa berfikir.

Dasar iblis! Pembawa masalah!

Apa kamu mencoba membuatku tersesat lagi?

Pergi! Pergi! Aku tidak melihatnya!

Xiang Wan merapalkan beberapa mantra untuk 'menghilangkan iblis' di kepalanya. Lalu, dia menundukkan kepala. Xiang Wan memakan sepotong daging sapi Omasum yang baru direbus di hotpot, kemudian mengunyahnya dengan perlahan untuk menikmati rasanya. Xiang Wan melakukannya seakan-akan dia sedang tidak melihat siapapun.

Kedua mata Bai Muchuan mulai kehilangan auranya.

Di sisi lain, Cheng Zheng memperlihatkan senyuman yang penuh arti.

Xiang Wan terlihat sangat bersemangat.

Semula ia melamun, tersipu malu, dan akhirnya menjadi acuh tak acuh. Perasaannya berubah dalam waktu tidak lebih dari lima detik.

Sebenarnya, perilaku seperti itu cukup menggemaskan.

Area di sekitar mata, pipi, hidung dan telinga Xiang Wan, semuanya memerah. Dia terlihat seperti habis menangis. Kulit Xiang Wan yang seputih porselen tampak merah menggoda dan itu terlihat sangat menarik. Walaupun dia tahu kalau semua orang menatap ke arahnya seolah Xiang Wan adalah moster. Dia hanya merasa malu sesaat. Beberapa saat kemudian, dia langsung kembali menikmati makanannya tanpa mempedulikan hal itu.

"Kamu makan sendirian?"

Xiang Wan tidak menduga kalau Bai Muchuan akan datang mendekatinya.

Xiang Wan juga tidak menduga kalau Bai Muchuan akan meninggalkan wanita cantik yang ada si sampingnya. Lalu Bai Muchuan berjalan mendekati Xiang Wan untuk menunjukkan kekhawatirannya.

Jantung Xiang Wan seperti mau copot. Dia melirik Bai Muchuan, lalu melihat hotpot pedas yang sedang mendidih. Xiang Wan meniup hidungnya dengan selembar tisu, lalu terkekeh.

"Ya! Aku harus berterima kasih padamu!"

"..." Bai Muchuan sedikit mengerutkan bibir, terlihat tidak mengerti.

Xiang Wan menaikkan alisnya, "20,000 yuan!"

Bai Muchuan: "..."

Bai Muchuan berdiri di depan Xiang Wan dengan sebuah hotpot yang ada di antara mereka.

Walaupun uap panas hotpot itu tidak terlalu tebal, Xiang Wan tak bisa melihat Bai Muchuan dengan jelas.

Kenapa dia belum pergi? Pikir Xiang Wan.

Apa dia benar-benar suka melihatku seperti ini? Dia ingin mengejekku?

Xiang Wan terkekeh dengan sikap yang tidak ramah , lalu ia kembali bersikap acuh tak acuh.

"Detektif Bai, apakah kamu masih lapar? Kamu ingin duduk dan makan denganku? Akan ku traktir!"

Meskipun Bai Muchuan tidak melakukan kontak mata dengan Xiang Wan, dia bisa merasakan penolakan wanita itu. Dia sedikit mengerutkan alisnya, "Kamu tidak boleh makan makanan yang pedas saat tanganmu sakit."

Xiang Wan melirik tangannya yang dibalut perban.

"Terima kasih atas perhatianmu, Detektif Bai. Tapi aku rasa memakan hotpot adalah terapi terbaik untuk menyembuhkan lukaku."

"Muchuan–"

Wanita cantik yang berdiri di pintu masuk aula utama memanggil Bai Muchuan.

Xiang Wan tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena wanita itu berdiri cukup jauh.

Bagaimanapun, Xiang Wan bisa melihat wanita cantik yang berpakaian modis itu. Sepertinya, wanita itu memiliki sifat yang luar biasa. Ia terbilang cocok bersanding dengan Detektif Bai!

Xiang Wan mengambil tisu untuk mengusap mulutnya yang merah karena kepedasan. Dia memberi kode pada Bai Muchuan dengan lirikan matanya. "Detektif Bai, seseorang memanggilmu!"

Bai Muchuan tidak merespon panggilan wanita cantik itu.

Dia tidak berbalik badan atau melakukan apapun untuk merespon wanita itu.

Bai Muchuan hanya berdiri sambil melihat Xiang Wan yang menikmati hotpotnya. Dia melihat air mata terbentuk di kedua mata Xiang Wan. Serta hembusan nafas yang keras dari hidungnya karena kepedasan. "Kupikir kamu orang yang disiplin."

Tanpa menunggu reaksi Xiang Wan, dia lanjut berbicara.

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang duluan!"

"..."

Apa maksudnya?

Xiang Wan benar-benar tidak mengerti.

Dia tetap terdiam selama dua detik sebelum terbatuk. Dia meminum air untuk meredakan rasa terbakar dalam tenggorokannya. Lalu, Xiang Wan mengangkat kepalanya. Dia melihat pria itu masih berdiri sambil melihatnya.

"Detektif Bai, apakah kita ini saling akrab?"

"..."

"Kita ini tidak akrab tapi kamu mencoba mencampuri urusanku? Gila!" Xiang Wan membentaknya, dan tiba-tiba merasa puas.

"Jika kamu tidak mau makan," ucap Xiang Wan sambil mengetuk sumpitnya pada panci hotpot, "Bersediakah kamu segera pergi dan tidak mengganggu suasana hatiku? Terima kasih!"

Bai Muchuan tiba-tiba melambaikan jari jemarinya di depan Xiang Wan.

"Ada berapa jari yang kamu lihat?"

Xiang Wan merasa bingung sesaat.

Apa Bai Muchuan mengira... kalau Xiang Wan tadi minum-minum?

Dan Bai Muchuan mengira kalau pipinya memerah karena alkohol?

Pfft! Xiang Wan tertawa. "Apa aku terlihat seperti orang yang melampiaskan kesedihan dengan minum-minum? Oh tidak. Seharusnya aku bilang, apa aku terlihat seperti orang yang punya banyak masalah? Detektif Bai, terima kasih atas perhatianmu. Temanmu sudah memanggilmu. Kamu harus cepat ke sana! Sampai jumpa."

Bai Muchuan langsung menatap Xiang Wan dengan tatapan yang tajam.

Tiba-tiba, ujung bibir Bai Muchuan terlihat naik. Tapi masih belum jelas apakah itu pertanda hinaan sinis atau ejekan.

"Baiklah, itu tubuhmu sendiri. Aku seharusnya tidak usah repot-repot menjadi baik dan mengingatkanmu."

Mulai lagi. Dia selalu bilang bahwa dirinya pria yang baik.

Jika kamu tidak mau mendekatiku, jangan khawatirkan aku!

Xiang Wan bisa melihat emosi yang meluap dalam tatapan Bai Muchuan. Pikirannya merasa sedikit bingung.

Karena itu, Xiang Wan tiba-tiba berdiri.

"Apa maksudmu?" Xiang Wan menyipitkan matanya dan melihat Bai Muchuan dengan penuh amarah.

"Kamu ingin mentraktirku? Baiklah! Aku akan memberimu kesempatan!"

Xiang Wan melambaikan tangan pada pelayan yang ada di sana.

"Tolong notanya!"

Cheng Zheng segera mendekati Xiang Wan sebelum pelayan itu datang.

Seolah Cheng Zheng ingin membantu mereka berdua keluar dari perselisihan. Cheng Zheng pun menepuk pundak Bai Muchuan.

"Istirahatlah, Kapten Bai," dia mendesak Bai Muchuan, "Besok adalah hari yang panjang untukmu. Biar aku yang mengatasi ini."

Bai Muchuan berdiri tegang di sana. Ketika jantung Xiang Wan mulai berdetak kencang, dia mendengar Bai Muchuan menyetujui usulan Cheng Zheng. Setelah itu, Bai Muchuan pergi dengan sekelompok orang yang tadi bersamanya.

...

Aula utama kembali sepi.

Xiang Wan terduduk dengan lemas. Dia bersendawa lalu mengusap dahinya. Sekarang, dia merasa cukup sadar.

"Aku kehilangan nafsu makanku."

Xiang Wan mengambil tasnya dan mengangguk pada Cheng Zheng. Dia bersiap membayar tagihan makanannya.

Tapi, Cheng Zheng menahan tangan Xiang Wan. "Duduk saja di sini dan tunggulah. Biar aku bantu! Tanganmu sedang sakit. Lebih baik kamu tidak banyak bergerak."

Nadanya terdengar lembut seperti seorang dokter yang merawat pasiennya.

Xiang Wan melihat Cheng Zheng dan mendengarkan kata-katanya karena tatapan matanya yang terlihat meyakinkan.

...

Xiang Wan tidak tahu bagaimana dia keluar dari Ocean Sky Hotpot. Seolah dia sedikit kehilangan ingatannya.

Otak Xiang Wan memutar kembali kejadian tidak masuk akal antara dirinya dan Bai Muchuan tadi.

Sejak awal Bai Muchuan muncul di tangga, lalu berdiri di hadapan Xiang Wan, kemudian dia berbalik pergi... Xiang Wan jelas merasakan kekhawatiran dalam setiap kalimat dan tatapan Bai Muchuan.

Kenapa?

Sesaat, dia terasa dekat tapi juga terasa jauh.

Apakah emosi Xiang Wan benar-benar sangat sensitif?

Sudah jangan pikirkan lagi! Xiang Wan menggaruk kepalanya dan melihat Cheng Zheng yang menyetir mobilnya untuk mendekat. Xiang Wan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Dia ingin memberikan jarak pada orang-orang yang selama ini bersikap baik padanya.

"Kapten Cheng, terima kasih. Rumahku tidak jauh dari sini. Lebih baik aku jalan sendiri saja!"

Walaupun Xiang Wan bisa melihat wajah Cheng Zheng secara jelas. Dia tidak bisa memahami emosi Cheng Zheng.

"Aku akan mengoleskan beberapa obat dan memeriksa lukanya."

Xiang Wan mengerutkan alis. "Tidak perlu..."

"Masuklah ke dalam mobil!"

"Tapi..."

"Aku bukan Bai Muchuan." Tiba-tiba Cheng Zheng berbalik. Tatapannya yang tajam hampir mirip dengan Bai Muchuan. "Aku bukan orang neurotik[1] seperti Bai Muchuan dan aku bukan tipe orang yang bersikap baik pada orang lain tanpa alasan yang jelas."

"..."

Cheng Zheng juga bisa melihatnya?

Neurotik! Itu memang kritik yang paling tetap untuk Bai Muchuan!

Xiang Wan merasa, hanya dengan kalimat itu saja, dia bisa berteman dengan Cheng Zheng.

Tetapi, Cheng Zheng baru saja bilang kalau dia tidak akan bersikap baik pada orang lain tanpa alasan yang jelas...

"...Apa alasanmu?"

"Masuk saja dulu."

...

Seringkali, Cheng Zheng tidak mendominasi seperti Bai Muchuan.

Namun saat ini, suaranya terdengar dalam dan jelas. Walaupun dia sedang memerintah, dia mengucapkannya dengan bijak seolah dia sedang berdiskusi dengan Xiang Wan. Hal itu membuat Xiang Wan merasa nyaman. Dia merasa sulit menolak ajakan itu.

Tapi, jika Xiang Wan benar-benar ingin menafsirkan perasaan dari kata-kata serta nada bicaranya...

Tidak ada.

Benar-benar tidak ada.

Sikap acuh tak acuhnya sudah sampai ke tulang, tak tersisa sedikitpun.

Sesaat, Xiang Wan merasa ragu. Tapi akhirnya ia membuka pintu mobil.

Pada jam-jam ini, jalanan di kota Jin sangat macet.

Xiang Wan menggunakan ujung matanya untuk memperhatikan Cheng Zheng.

Cheng Zheng tidak mengucapkan sepatah katapun. Kedua tangannya berada di setir mobil. Matanya tertuju pada jalanan seakan-akan dia tidak ingin berbicara dengan Xiang Wan.

Bai Muchuan dan Cheng Zheng memang sama-sama aneh.

Karena pengalaman tidak menyenangkannya dengan Bai Muchuan, Xiang Wan tidak ingin mengambil kesimpulan terhadap apa dipikirkan oleh kedua pria itu.

Xiang Wan sedang menunggu Cheng Zheng memberitahu 'alasan'nya. Dia mengusap tangannya yang terluka dengan lembut. Ia lalu menoleh karena tertarik dengan sekumpulan orang-orang di jalanan.

"Mari ikuti saja keinginan orang tua kita!"

"?" Xiang Wan tidak mengerti – dia lalu menoleh ke arah Cheng Zheng.

Cheng Zheng tidak melihat Xiang Wan; matanya masih tertuju pada jalanan.

"Maksudku, aku bersedia memilihmu sebagai kekasihku."

Erm...

Xiang Wan merasa kalau dia mendapatkan bantuan jin untuk merasakan hari yang luar biasa ini.

Apalagi, dengan memakai kata-kata seperti 'bersedia' dan 'memilih'– Bukankah itu terlalu formal?

"Kenapa? Maksudku... Kapten Cheng, kenapa kamu bersedia memilihku?"

Xiang Wan menekankan kata-kata "bersedia memilih" dengan nada yang sedikit mengejek.

Cheng Zheng mengerti maksud Xiang Wan dan perlahan-lahan melirik Xiang Wan.

"Karena kamu tidak menyukaiku."

...

Bab berikutnya