webnovel

Terjebak Di Hutan Bag 2

Xiao membaringkan Hao Nan di atas bebatuan yang memanjang. "Hao Nan, maaf aku tinggal sebentar. Aku akan mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuhmu".

Xiao keluar mencari kayu bakar dan beberapa daun kering untuk alas Hao Nan tidur. Keadaan hutan yang gelap dan hanya di terangi sinar bulan membuat Xiao kesulitan dalam menyusuri hutan.  Beberapa kayu bakar dan daun kering sudah Xiao dapatkan. Dia segera kembali ke gua untuk memastikan keadaan Hao Nan baik-baik saja.

Didalam Gua, Xiao membuat api unggun dengan menggunakan dua batu. Setelah api berhasil menyala, Xiao di kejutkan dengan kehadiran anak konda atau ular sanca kembar dengan ukuran besar berada di samping Hao Nan dan hampir melilitnya.

"Hao Nan, kamu benar-benar merepotkan! Baru sebentar aku tinggal kamu sudah berteman dengan ular sanca".

Beruntung Xiao segera bertindak dengan menangkap ular itu dan membawanya jauh ke dalam hutan. Disaat Xiao kembali, dia justru melihat Hao Nan kembali menggigil. Xiao memeriksa suhu tubuh Hao Nan. Suhu tubuhnya naik kembali. Xiao mulai panik melihat wajah Hao Nan kembali memucat.

"Jangan pergi Ayah..! Jangan tinggalkan kami..!". Gumam Hao Nan

"Dia mengigau?.  Mengapa panasnya tidak turun juga. Sekarang, apa yang harus aku lakukan?. Tidak mungkin aku melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Kalau dia tahu, dia pasti akan membenciku seumur hidupnya".

Xiao terus berfikir bagaimana untuk menurunkan suhu tubuh Hao Nan. Dia akhirnya kembali ke hutan mencari daun tawa untuk mengompres Hao Nan. Dia juga mencari tanaman yang bisa dijadikan obat dan beberapa hewan buruan untuk di makan.

Setelah 1jam lamanya Xiao menyusuri hutan dia hanya menemukan Daun tawa dan beberapa ikan kecil yang berada disungai. Hao Nan kembali dengan daun tawa yang sudah basah dan di remas untuk mengompres Hao Nan.   Xiao mulai membakar ikan untuk mereka makan.

Tidak lama kemudian, Hao Nan mulai membuka matanya dan siuman dari pinsannya. "Apa aku sudah tiada?". Katanya lirih dengsn pandangan melihat kesekeliling .

"Apa yang kamu bicarakan, kamu masih hidup!!.  Aku tidak akan membiarkanmu mati, bahkan malaikat pencabut nyawapun tidak akan aku izinkan untuk mengambil dirimu dari sisiku". Kata Xiao dengan senyum jahilnya.

Hao Nan meraba keningnya, dan terdapat Daun untuk mengompres dirinya. Dia beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri Xiao yang sedang memakan sesuatu. Hao Nan mengambil ikam yang ada di tangan Xiao.

"Terima kasih sudah merawatku!" Kata Hao Nan singkat. Dia memakan ikan yang dia ambil dari tangan Xiao

"Itu ikanku!! Kembalikan!". Xiao mencoba mengambil ikannya,

"Wlle.." Hao Nan justru meledeknya dengan menjulurkan lidahnya.

"Apa kamu mau menguji kesabaranku?"  Xiao mendekati Hao Nan "Ingatlah! Disini hanya ada kita berdua". Kata nya dengan senyum menggoda.

Wajah Hao Nan memerah, tubuhnya memanas, Jantung Hao Nan bergemuruh, hatinya bergetar melihat Xiao mendekat. 'Ada apa denganku? Jantung ini.. Hati ini.. Nafas ini.. Mengapa terasa begitu sesak'. Batin Hao Nan.

Wajah Xiao yang tepat didepan Hao Nan membuatnya mendengar deru nafas Hao Nan. Keduanya terdiam terpaku dengan tatapan satu sama lain. Wajah, tubuh dan aura Hao Nan yang menggairahkan membuat Xiao hampir kehilangan kendali atas tubuhnya, dia mencium Hao Nan paksa.

"Jangan Tuan Xiao..!" Kata Hao Nan lirih. Xiao hampir membuka Dress yang Hao Nan pakai. Tatapannya seperti hewan yang kelaparan yang siap menerkam mangsanya. Disaat keduanya semakin dekat tanpa ada jarak, Hao Nan menutup matanya membuat Xiao tersadar.

Xiao melepas Hao Nan, dia beranjak dari tempatnya.  "Hangatkan tubuhmu, Kamu menggigil semalaman. Sekarang mungkin sudah hampir pagi, setelah matahari terbit kita akan mencari jalan keluar". Xiao berjalan keluar untuk menenangkan fikirannya yang hampir gila.

Hao Nan membuka matanya dan melihat Xiao sudah tidak ada di tempat.

'Xiao, terima kasih kamu masih menjaga kehormatanku sebagai wanita'. Batin Hao Nan.

Di luar Xiao duduk didepan gua dengan wajah tertunduk.   'Apa-apaan kamu Xiao, mengapa aku tidak bisa mengendalikan hati dan fikiranku. Hampir saja aku merusak masa depan wanita baik sepertinya. Aku benar-benar telah kehilangan akal sehatku!!'.  Xiao tertidur hingga matahari terbit menyinari wajahnya.

…...

Pagi telah tiba, Hao Nan yang terbangun lebih dahulu, dia keluar danmelihat Xiao tertidur didepan gua. Hao Nan menyelimuti Xiao dengan Jas yang sudah dia keringkan. Hao Nan kembali memperhatikan wajah Xiao yang tertidur. .

"Sebenarnya kamu pria seperti apa Tuan Xiao? Jika saja itu bukan aku melainkan Zhe Quan.. Apa kamu akan seperti ini?". Kata Hao Nan lirih.

'Hao Nan..! Sebenarnya apa yang kamu katakan didepan Xiao Hui. Bagaimana kalau dia dengar?'. Batin Hao Nan.

"Berhentilah memperhatikanku seperti itu! Atau kamu ingin melanjutkan hal yang tertunda malam tadi?".

Perkataan Xiao yang tiba-tiba membuat Hao Nan berjingkat dan terjatuh kebelakang.

"Berhenti mengagetkan orang! Apa kamu tahu,  Kamu yang seperti ini, yang membuat wanita menjauh darimu. Dasar Pria aneh, muka datar tanpa ekspresi, dan mesum tak bermoral".

Xiao beranjak dari tempatnya. "Apa yang kamu katakan barusan? Pria aneh, muka datar, dan mesum tak bermoral?". Xiao mendekat kearah Hao Nan. "Maaf Nona Hao Nan. Sepertinya kamu sengaja memancing emosiku. Apa ciuman tadi malam belum memuaskanmu?". Tanya Xiao dengan tatapan menggoda.

Hao Nan yang diingatkan kejadian tadi malam membuat wajahnya memerah, dadanya kembali berdebar. "A.. Apaan sih? Aku tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Jelas-jelas tadi malam aku demam. Mana aku ingat aku telah melakukan apa". Kata Hao Nan dengan memalingkan wajah dari Xiao.

'Dasar wanita merepotkan. Kamu pura-pura tidak tahu padahal terlihat jelas, kalau kamu mengingatnya'. Batin Xiao.

"Sepertinya aku harus mengingatkanmu Nona Hao Nan". Kata Xiao dengan senyum jahilnya.

'Pria aneh, sekarang apa yang akan kamu lakukan padaku?'.

pagi Kakak..

haduh pagi2 Tuan Xiao udah main mata sama Nona Hao Nan. bikin yang jomblo pada ngenez hehee..

hayo di tunggu ULASAN dan VOTE BINTANGNYA YAH KAK..

HAPPY READING..

Embun_nadacreators' thoughts
Bab berikutnya