webnovel

Bahaya yang Tersembunyi

Editor: Wave Literature

Pria itu menatap pengemis berwajah hijau yang membungkuk di atasnya dengan pandangan kosong, dan dia belum kembali sadar sampai dia mendengar suara pengemis kecil itu.

"Kepalamu pasti menabrak batu saat kamu terjatuh. Gumpalan darah menekan syarafmu, dan aku tebak amnesiamu hanya sementara, dan kamu akan baik-baik saja setelah gumpalan itu bersih." Dia berdiri menyapu tangannya dan berkata: "Baiklah, karena kamu sudah bangun, aku akan lanjutkan perjalananku."

Ketika mendengarnya, pria itu panik dan dia menahan rasa sakit di otot perutnya saat dia bangun. Penuh dengan rasa khawatir dan tiba-tiba merasa gugup, dia berdiri di samping Feng Jiu. Dia terlihat seperti akan berbicara sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana mengutarakannya, dan dia hanya melihat ke arah Feng Jiu dengan mulut yang terbuka dan menutup tanpa berbicara.

Ketika pria itu berdiri, tiba-tiba Feng Jiu tertegun ketika dia melihat seberapa tinggi pria itu. Dia setengah kepala lebih tinggi dari Feng Jiu, kulitnya berwarna coklat perunggu, berbadan kekar, terlihat sedikit lebih kekar dari paman itu. Pakaian yang menutupi tubuhnya saat itu nampak sedikit ketat dan renggang, otot yang menonjol di tangannya terlihat akan merobek bajunya kapanpun.

Dia mengalihkan pandangannya dan melihat pria yang sedang mengikutinya, dia bertanya: "Apa yang kamu lakukan?" dia baru saja menyelamatkan pria itu tanpa berpikir, dan dia tidak tahu kalau hal itu akan membawa banyak masalah.

"Tidak... Apa aku tidak bisa ikut denganmu?" Pria itu melihat Feng Jiu, kedua matanya penuh dengan rasa tak nyaman. "Aku tidak ingat apapun, aku hanya tahu kamu."

Feng Jiu tiba-tiba tidak bisa berkata apapun. Kata-kata itu terdengar cukup familiar untuknya. Dia sendiri pernah mengatakan kata-kata yang hampir sama dengannya, ketika dia memutuskan untuk menempel pada paman saat itu.

"Aku... Aku tidak akan membuat masalah."

Feng Jiu memutar bola matanya dan berbicara dengan jengkel: "Kamu, kamu sendiri, sudah menjadi masalah untukku."

Kalau bukan karena dia, Feng Jiu tidak perlu mengawasi kawanan serigala itu semalaman. Dengan kemampuan dan kecepatannya, walau dia tidak bisa melawan mereka, dia bisa kabur begitu saja.

Ketika dia tidak mendengar jawaban apapun, dia menaikkan matanya untuk memandang pria itu, dan tatapan pria itu membuat Feng Jiu tersentak.

"Ke... Kenapa pria besar sepertimu menangis?"

Pria berbadan besar yang menangis, dengan kedua mata penuh dengan air mata di hadapannya, terlihat seperti menantu perempuan yang telah disakiti, apa yang bisa dia lakukan selain terkejut?

"Kamu tidak membiarkan aku ikut..."

Pria itu melihat ke arah Feng Jiu dengan tatapan sedih, "Aku tidak tahu mau pergi kemana, dan aku tidak punya tempat untuk kembali, dan kamu tidak mengizinkan aku mengikutimu..."

Feng Jiu menepuk dahinya, dan melihat ke arah langit, tidak bisa berkata apa-apa. Sekarang dia telah memberikannya masalah yang tidak bisa diatasi dengan mudah...

Apakah ini pembalasan? Dia telah menempel pada seseorang dan sekarang seseorang melakukan hal yang sama padanya.

Dia berjalan menuju sungai, dan mengeluarkan botol bambu untuk mengisinya dengan air, sambil menyisihkan lapisan luar bajunya yang dikotori oleh darah serigala lalu membuangnya.

Dia bersiap pergi menjauh dari tempat itu ketika dia melihat pria itu masih berdiri di sana, terlihat ingin ikut tapi tidak berani dan hanya menatap ke arahnya. Feng Jiu menghela nafas panjang dan berkata: "Kenapa masih berdiri di situ? Ayo!"

"Hah? Oh!" pria itu terkejut sesaat, sebelum dia tersenyum riang dan mengangguk tanda setuju, lalu segera mengambil langkah untuk mendekatinya. Namun, dia menaruh tangannya di atas otot perutnya sambil menahan kesakitan.

Keduanya berjalan menaiki lereng dan masuk ke dalam hutan. Pada saat itu, kedua mata Feng Jiu yang sedang santai menjadi berbinar saat dia diam-diam mengarahkan pandangannya di sekitar, sambil terus berjalan.

"Tentang itu... Bagaimana... Bagaimana aku harus memanggilmu?" Pria itu bertanya, sambil mengikuti Feng Jiu di sisinya.

"Terserah." Dia menjawab dengan acuh tak acuh, perhatiannya tidak tertuju pada percakapan itu.

Pria itu berpikir sesaat setelah mendengarnya, dan dia berkata sambil tertawa: "Kamu lebih muda dariku, jadi akan ku panggil Bocah Kecil, oke?"

"Mmm."

Feng Jiu bingung menjawabnya, tidak terlalu mendengarkan apa yang dia katakan, tapi dia malah memiringkan kepalanya untuk melihat gumpalan rumput liar di belakangnya.

Mendengar persetujuan Feng Jiu, wajahnya berbinar bahagia. Dia akan berbicara lagi, ketika dia melihat pengemis kecil itu menatap ke suatu tempat sebelah kiri di belakangnya. Dia mengikuti arah pandangannya, dan apa yang dia lihat membuat wajahnya berubah.

Bab berikutnya