Lu Gao'en pergi kurang dari dua jam yang lalu, artinya dia pasti telah menerima informasi Norsa saat itu.
Karena Norsa datang langsung untuk membunuhnya, dia pasti menugaskan Lu Gao'en untuk melaporkan informasi itu kembali ke organisasi mereka. Lu Gao'en pasti tidak mengira kalau Han Xiao tahu soal dia, jadi dia tidak merasa perlu mengirimkan informasi secepatnya. Dalam keadaan seperti itu, gerbang kota yang akan ia gunakan kemungkinan besar adalah yang terdekat dengannya—Pintu Gerbang Barat Laut.
Namun, masih ada kemungkinan kalau dia akan memilih untuk menggunakan salah satu dari pintu keluar yang lebih jauh.
Tidak ada cara untuk mengetahuinya.
"Ay, Han Xiao, kami di sini. Untuk apa kamu memanggil kami ke sini?"
Li Yalin, Zhang Wei, dan Lambert tiba. Mereka berhasil datang tepat waktu berkat kendaraan Li Yalin, mobil sport konvertibel berwarna kuning.
"Misi darurat. Salah satu mata-mata Germinal di sini memperoleh beberapa informasi penting. Ada kemungkinan dia belum meninggalkan kota, tapi bisa jadi dia berada di salah satu dari tiga pintu gerbang kota."
Li Yalin menghapus senyum main-main dari wajahnya setelah mendengar keseriusan situasi ini.
"Apa kamu punya fotonya?" tanya Li Yalin.
Han Xiao mengambil secarik kertas koran di dekatnya dan mulai menggambar gambaran kasar Lu Gao'en dari ingatannya yang pudar. Dia kemudian menarik pria tunawisma yang tadi dan menyalak, "Lihat ini, apa ini terlihat seperti Lu Gao'en?"
"Matanya harusnya lebih rendah … hidungnya sedikit bengkok … rambutnya lebih pendek …."
Dengan bantuan lelaki itu, Han Xiao mampu menghasilkan sketsa Lu Gao'en dengan kemiripan 70 atau 80 persen. Dia kemudian menyerahkannya ke si trio dan menginstruksikan, "Mari berpencar dan minta petugas keamanan untuk mengawasi orang ini. Li Yalin dan aku akan membawa mobilnya ke pintu gerbang kota terjauh, sementara masing-masing dari kalian akan pergi ke dua pintu lainnya."
Wajah Zhang Wei berkedut saat Han Xiao memberi mereka perintah. "Apa aku masih pemimpin tim ini?"
Meskipun demikian, dia membiarkannya saja karena ini keadaan darurat.
Ketika mereka berangkat, Han Xiao segera melompat ke kursi pengemudi mobil Li Yalin.
"Hei, ini mobilku!" gerutu Li Yalin segera. "Aku yang menyetir."
"Kamu mengemudi terlalu lambat."
"Kamu tidak percaya pada keterampilan mengemudi seorang agen top?!" Li Yalin sangat marah sehingga alis-alisnya hampir berkerut terbalik. Sayangnya, dia tahu bahwa tidak ada waktu untuk berdebat, jadi dia dengan enggan duduk di kursi penumpang.
"Kencangkan sabuk pengamanmu," ingat Han Xiao.
Li Yalin memutar matanya ke arah Han Xiao, menjawab, "Kamu pasti bercanda. Aku seorang petarung; aku akan baik-baik saja, tidak peduli seberapa cepat kamu mengemudi."
"Terserah kamu deh," jawab Han Xiao dengan anggukan sederhana sembari menginjak pedal gas.
….
Setengah jam kemudian, sebuah mobil sport kuning muncul di Pintu Gerbang Selatan. Berputar hampir selingkaran penuh, mobil meninggalkan empat bekas ban hitam mendesis di jalan ketika berhenti mendadak.
"Hueeek—"
"Hei, hei, kukira kau petarung?"
"Kamu … jangan bicara padaku dan—hueeek—"
Li Yalin muntah tanpa henti sambil bersandar di pintu mobil.
"Setengah jam, dan 27 kecelakaan mobil … atau jangan-jangan 28? Kepalaku berkunang-kunang sampai aku bahkan tidak bisa berhitung.
"Siapa yang mengajarimu mengemudi?"
Han Xiao mengangkat alisnya.
"Apa mengemudi harus diajarkan?"
"B-bukannya begitu?"
"Pengemudi pertama tidak diajari siapa pun, kan?"
Li Yalin ternganga dihadapan dengan logika sempurna Han Xiao. Dia baru akan membalas Han Xiao ketika, tiba-tiba, keinginan untuk muntahnya kumat lagi, menyebabkannya memalingkan kepalanya kembali ke samping.
"Cius? Aku hanya menyetir sedikit lebih cepat, itu saja."
"Sedikit lebih cepat? Aku ragu kata 'rem' bahkan ada dalam perbendaharaan kata kamu!"
"Oke, oke, berhenti membuang waktu."
Begitu Li Yalin mencoba bangkit kembali, dia kehilangan keseimbangan dan hampir tersandung tumpukan muntahnya sendiri. Untungnya, Han Xiao mampu memberikan bantuan tepat waktu. Sambil menggelengkan kepala, Han Xiao mulai menyeret Li Yalin bersamanya menuju pos penjaga.
Ketika mereka mendekati pos, pasukan yang ditempatkan berteriak, "Berhenti! Tunjukkan ID kalian!"
Ketika Han Xiao merogoh sakunya untuk mengeluarkan kartu identitasnya, ekspresinya membeku saat dia menyadari bahwa dia lupa membawa ID-nya. Tanpa bertanya, dia langsung merogoh kantong Li Yalin untuk menemukan ID milik wanita itu.
Kantong atas … tidak ada.
Kantong bawah … tidak ada.
"Di mana kartumu?" tanya Han Xiao.
Karena Li Yalin masih tampak terlalu pusing untuk berpikir jernih, Han Xiao terus meraba-raba tubuh dinamit wanita itu dan mencari ID Li Yalin.
"Ta—tahuku dimakan1?!"
"Ah! Ketemu," kata Han Xiao dengan gembira. Dia kemudian menunjukkan kartu itu ke arah si penjaga, yang telah meneguk air liurnya karena 'pertunjukan' tadi.
"Oh, kalian agen. Ayo masuk."
Ketika Han Xiao mengambil beberapa langkah ke depan, dia menemukan kalau Li Yalin masih terpaku di tempat, memberinya tatapan mematikan.
"Ada apa? Buruan."
Li Yalin mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.
"Kembalikan ID-ku," kata Li Yalin kaku.
"Kenapa cerewet sekali?" jawab Han Xiao dengan tidak sabar. Dia kemudian dengan santai berjalan kembali ke arahnya dan memasukkan kartu itu kembali ke saku belakang Li Yalin.
Mata Li Yalin melebar.
"Ta—tahuku dimakan lagi?!!!"
Han Xiao kemudian berjalan menuju pos penjagaan dan memberikan sketsa Lu Gao'en kepada perwira militer yang bertanggung jawab atas keamanan.
"Harap tunggu sebentar selagi sistem melakukan pemindaian rekaman."
Li Yalin memasuki pos penjaga sambil masih menggigit bibirnya. Cara Han Xiao meraba-raba tubuhnya sepertinya tidak mengandung niat buruk sama sekali. Karena itu, dia sulit untuk marah ke Han Xiao. Dia hanya sangat tidak bahagia, untuk suatu alasan, dan terus memelototi Han Xiao.
….
Lu Gao'en bekerja untuk sebuah organisasi intelijen yang dikenal sebagai Storm Eye, salah satu dari banyak sub-kelompok yang diam-diam berada di bawah sayap Organisasi Germinal.
Di sebagian besar kota, Storm Eye memiliki satu 'kepala kontak' yang bertugas menyampaikan informasi kembali ke Organisasi Germinal, serta beberapa agen rahasia yang mengumpulkan informasi dan hanya melaporkan kembali ke kepala kontak.
Salah satu agennya Lu Gao'en telah melaporkan kalau dia melihat seseorang yang cocok dengan deskripsi Zero di Distrik 7. Ketika pada awalnya lokasi Han Xiao tak pasti, Lu Gao'en menemukannya, setelah penyelidikan berulang-ulang, ada daerah di Distrik 7 yang tampaknya ditutup rapat dan diawasi dengan ketat oleh Divisi 13. Kemungkinan besar itu tempat Zero bersembunyi.
Setelah mengetahui bahwa transmisi ke luar kota sedang diblokir, ia menyadari kalau Divisi 13 pasti sudah mengetahui soal dia entah bagaimana. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk offline dan membongkar komputernya agar tidak terlacak sebelum menuju pintu kota untuk keluar.
Saat ini, Lu Gao'en berbaur dengan kerumunan orang yang mendekati salah satu pintu gerbang kota.
"Norsa pasti sudah menyelesaikan pembunuhannya sekarang."
Tiba-tiba, gerbang besar berpagar logam di depannya ditutup.
Apa yang terjadi?"
"Kenapa kita diberhentikan?"
"Kami mendapat perintah untuk sementara waktu menutup pintu keluar," umum seorang prajurit, memulai keributan di antara kerumunan.
"Kenapa mereka menutup gerbangnya?" Lu Gao'en terkejut. "Apa Norsa gagal?"
Tetap saja, karena dia sangat berhati-hati selama dua hingga tiga tahun terakhir, dia tidak khawatir ketahuan.
"Dia orangnya!"
Teriakan tiba-tiba dari belakang menyebabkan Lu Gao'en berbalik. Ada sekelompok pasukan berjalan mengancam ke arahnya. Mereka jelas mengejarnya.
'Mustahil!'
Lu Gao'en segera melihat sekelilingnya untuk menemukan jalan keluar, tetapi sudah terlambat. Tidak hanya dia dikelilingi oleh orang banyak, ada terlalu banyak pasukan di sekitarnya. Saat keputusasaan memenuhi dirinya, ia membiarkan seorang prajurit menekannya ke tanah tanpa perlawanan.
Begitu Han Xiao muncul di tempat kejadian, dia menghela napas lega.
"Kita berhasil tepat waktu."
"Kamu benar-benar melakukannya!" Li Yalin kagum.
"Bagaimana kalian tahu itu aku?" tanya Lu Gao'en saat dia mengangkat kepalanya dan menatap Han Xiao.
Han Xiao menatapnya dengan datar. Di Galaxy, Lu Gao'en adalah kontak utama untuk semua pemain sekutu Germinal di Kapital Barat.
Ketika Lu Gao'en pasrah pada nasibnya, dia memutuskan untuk mengaktifkan kantung racun yang tersimpan di giginya. Dia lebih baik mati daripada membocorkan informasi apa pun mengenai organisasi yang telah dia dedikasikan seumur hidupnya.
Tiba-tiba, Han Xiao mengeluarkan pistolnya, melepaskan tembakan ke kepala Lu Gao'en, mengirimkan jejak darah dan isi otaknya muncrat keluar.
_____________________
Anda telah membunuh Lu Gao'en (Lv.12), memperoleh 3.500 EXP.
——————————————————————
Han Xiao mengangkat senjatanya dan meniup asap dari larasnya.
'Kalau kamu ingin mati, setidaknya beri aku EXP.'
"Kenapa kamu membunuhnya?"
Li Yalin terpana oleh tindakan mendadak Han Xiao. Divisi 13 jelas dapat mengambil banyak informasi penting darinya.
"Ada racun yang tersimpan di giginya, kukunya, dan dia bahkan menyembunyikan beberapa jarum di pakaiannya. Kita tidak akan bisa menghentikannya bunuh diri."
Han Xiao menggelengkan kepalanya.
Bagaimanapun, kematian Lu Gao'en benar-benar tidak berarti baginya; dia sudah memiliki semua informasi yang dia butuhkan. Meski demikian, segalanya menjadi sedikit tidak pasti.
"Sepertinya lebih baik kupercepat," pikirnya.