webnovel

Chapter 4; Cross dresser bag 1

Pelakunya ternyata adalah si pemilik perusahaan robot yang Aksa berikan nomernya padaku sebelumnya. Untuk apa? Aku juga sama sekali tidak tahu. Haruou tidak mengatakan apa alasannya dan hanya bilang kalau salah satu hobinya memang menjahili semua penghuni apartemen. Semua orang pernah jadi korban dari keusilannya tapi Aksa adalah yang paling sering kena kejahilannya. Karena itu dia selalu di buat sesibuk mungkin agar tidak membuat masalah di apartemen.

Dari cerita Haruou aku merasa kalau dia bukan cuma orang jenius namun juga seseorang yang cukup unik, aku ingin memberi kesan yang baik, rapi, dan professional padanya. Karena itu sebelum datang ke apartemen aku pergi ke salon terlebih dahulu untuk memotong sedikit rambutku dan merapikan kuku ku yang tidak sempat ku potong sekalian memanjakan diriku sendiri untuk mengobati rasa lelah yang di rasakan olehku dengan paket spa di salon langgananku. Aku mungkin terdengar seperti orang lanjut usia tapi siapa juga yang tidak suka di pijat oleh tangan-tangan professional? Aku lebih suka dipijat oleh manusia ketimbang robot. Lagipula setelah seminggu tidak keluar rumah untuk mengerjakan semua pekerjaanku yang menumpuk dan tugas-tugasku sebagai mahasiswi yang harus ku kerjakan secara online karena kesibukanku mengurus beberapa kasus dan perusahaan kak Adara yang sekarang menjadi milikku aku pantas mendapatkannya.

Setelah membayar semua barang yang kubeli dan berniat untuk pulang aku melihat seorang perempuan yang tampak baru saja membeli minuman dari mesin minuman kaleng diganggu oleh beberapa pria. Aku tidak bisa memungkiri kalau 'perempuan' itu cantik, bahkan menurutku dia lebih cantik dari diriku sendiri yang bisa di bilang lumayan populer di antara laki-laki di kampus. Kepopuleran yang sama sekali tidak kuinginkan dengan kondisi khususku. Dia memiliki wajah yang imut, mata yang tampak besar, bulu mata yang panjang dan lentik, juga memiliki tinggi badan yang sedikit lebih pendek dariku beberapa senti. Rambutnya yang hitam legam juga tampak sangat terawat dan pakaian yang di gunakannya juga tampak feshionable tapi tentu saja aku tidak senaif mereka yang mencoba menggoda 'perempuan' itu.

'Dia bukan perempuan…'

Aku tahu perempuan itu bukan benar-benar perempuan, dilihat dari postur tubuhnya saja aku langsung tahu kalau dia adalah laki-laki. Sebagai seorang calon dokter aku tahu perbedaan struktur tulang laki-laki dan perempuan dan sudah mengingatnya di luar kepala, mungkin memang tidak terlalu kelihatan karena dia menggunakan pakaian yang cukup tertutup atasan lengan panjang warna putih dengan cardigan warna cream yang jelas menutupi postur tubuhnya yang tegap dan sedikit berotot, dia juga memakai rok sepanjang lutut, stocking hitam dan sepatu boots berwarna coklat dengan panjang setengah betis dari bahan beludru yang membuat otot di kedua kakinya tidak terlalu terlihat membuat ia tampak seperti gadis biasa pada umumnya.

Selain itu rambut panjang yang dia miliki juga sepertinya bukan benar-benar rambutnya, aku bisa tahu karena warna alis dan bulu matanya tampak tidak terlalu sama dengan warna rambutnya, mungkin memang tidak terlalu kelihatan bagi orang lain namun tidak bagiku. Aku punya kebiasaan untuk memperhatikan seseorang secara detail untuk jaga-jaga kalau sesuatu terjadi. Aku pernah hampir di culik dan diikuti oleh stalker karena wajahku jadi kebiasaanku ini bisa sangat membantu untuk melakukan penyelidikan.

Aku selalu merasa semua orang berhak memakai pakaian yang mereka mau dan aku tidak masalah dengan hal itu, manusia berhak memilih jalan yang mereka ingin lewati dan anak itu cukup berani memperlihatkan kesukaannya untuk berpakaian seperti perempuan di tempat umum. Tapi aku tidak merasa kalau hal itu adalah hal yang aneh mengingat memang ada banyak yang menyukai cross dress, kak Adara sendiri bahkan kadang melakukannya juga untuk senang-senang. Hal ini kebanyakan hanya menjadi hobi untuk sebagian besar orang, sisanya karena merasa identitas mereka yang sesungguhnya berlawanan dengan jenis kelamin mereka bahkan ada yang menjadi transgender. Masuk ke kelompok mana anak itu aku sama sekali tidak tahu dan hal ini juga bukan urusanku namun melihat dia tampak terganggu aku merasa kasihan padanya. Aku mungkin harus membantunya.

Akupun berjalan menghampiri laki-laki cantik itu dan mencari cara untuk mengeluarkannya dari situasi ini, Aku tidak bisa menghajar para pria ini karena meski aku bisa apa lagi ada banyak orang yang akan melihat. Aku punya reputasi untuk di jaga sekarang dan lagi aku membawa banyak barang belanjaan dan aku tidak mau barang belanjaanku rusak, aku tidak suka buang-buang makanan dan tidak mau repot-repot harus kembali masuk ke super market untuk berbelanja kembali kalau hal itu terjadi.

"Neng cantik boleh minta nomernya gak?"

Aku mendengar laki-laki itu tertawa hambar karena benar-benar di sangka perempuan sebelum kemudian aku mendengarnya memberi alasan.

"Maaf gak boleh, kakak bilang aku gak boleh ngasih nomer aku ke sembarangan orang om. Lagian aku udah di tungguin sama kakak."

Bagus sekali, dia memberikan alasan yang bisa kupakai untuk membantunya keluar dari situasi itu. Akupun berusaha senatural mungkin berjalan kearahnya dan dengan cepat mengarang sebuah nama untuk kugunakan memanggil laki-laki itu.

"Risa! Ternyata kamu di sini. Cepetan bantuin kakak."

Mendengar suaraku aku melihat dia menengok kearahku, aku menahan keinginanku untuk menghajar para pria hidung belang yang beralih menjadikanku target mereka dan berbisik di telinga anak laki-laki itu.

"Kamu gak mau di godain terus kan? Cepet ikut kakak, kakak juga gak suka di liatin sama mereka."

Menyadari aku mencoba membantunya laki-laki cantik itupun tersenyum dan mengambil salah satu tas belanjaan yang di bawa olehku.

"Maaf tadi aku beli minum dulu dari mesin, biar aku aja yang bawa belanjaannya ya kak."

Ujarnya dengan akting sempurna dan suara yang di buat semanis mungkin. Melihat laki-laki yang kubantu ini menerima bantuannya akupun menggandeng tangannya, kamipun mulai berjalan bersama-sama seperti sepasang adik dan kakak. Bukan hanya itu dia juga membantuku untuk mengangkatkan belanjaanku. Tidak mungkin aku tidak memberi imbalan pada anak ini.

"Neng siapa na-"

Aku mengabaikan para laki-laki hidung belang itu dan tersenyum kepada laki-laki cantik di sebelahku ini.

"Makasih, udah ini mau beli eskrim di toko BB? Kakak yang traktir deh."

Mendengar perkataanku wajahnya tampak berbinar-binar. Siapa yang tidak tahu toko ice cream BB? Es di sana enak-enak. Toko itu tidak hanya menjual ice cream namun juga gelato dan ice cream roll. Selain itu tokonya juga terkenal karena inovasi rasanya yang berbagai macam dan selalu ada rasa baru yang hanya akan muncul seminggu dalam satu bulan. Rasanya juga berbeda-beda tidak pernah sama. Karena itu toko ini menjadi surga para penikmat es.

"Beneran? Kalau gitu tunggu apa lagi! Ayo kita kesana!!"

Ujarnya bersemangat, tidak menyadari sama sekali kalau suara aslinya keluar membuat kedua laki-laki yang menggodanya tadi seakan membatu di tempat. Aku tertawa puas melihat reaksi mereka dan pergi ke toko BB bersama anak laki-laki itu.

Setelah berhasil pergi dari para pria hidung belang itu aku berjalan sambil berbicara dengan anak yang kutolong dari para pria hidung belang tadi ke toko es cream BB. Dia sepertinya masih belum sadar kalau aku tahu dia adalah anak laki-laki karena dia masih menggunakan suara imutnya saat berbicara kepadaku. Dia sepertinya tidak sadar dia mengeluarkan suara aslinya saat bersemangat saat tahu aku akan mentraktirnya tadi. Kami mulai bicara banyak hal dan satu hal yang kusadari dari anak ini, dia anak yang punya banyak energi dan lebih kuat dari pada kelihatannya terlihat dari caranya mengangkat tas belanjaanku dengan satu tangan tanpa tampak kelelahan sedikitpun ketika aku sudah agak kelelahan, dia bahkan menawarkan diri untuk mengangkatkan stas satunya lagi namun aku tidak mau merepotkannya dan menolak tawarannya. Selain itu aku bisa melihat ada sesuatu yang lain dari anak ini, bukan orientasi seksualnya namun aku merasa meski dia tersenyum dia tampaknya menutupi sesuatu. Ada kesedihan di kedua matanya, seakan dia sudah mengalami hal yang menyedihkan dan mengubur kesedihannya dalam-dalam. Aku tidak tahu apakah hal itu yang membuatku senang melakukan cross dress tapi aku tidak bisa mengomentarinya.

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

LynKuromuno707creators' thoughts
Bab berikutnya