webnovel

Penyembuhan

Editor: Wave Literature

Beberapa hari kemudian, rutinitas Lin Dong kembali seperti biasanya. Saat siang, dia melatih badannya sangat keras, dan ketika tubuhnya kehabisan tenaga, dia pergi berendam di kolam batu. Tidak sampai setengah jam kemudian, dia keluar dari kolam batu dalam kondisi segar bugar. Selanjutnya, pelatihan Penetrating Fist diulang dengan kesempurnaan, menciptakan suara gema nyaring terdengar beruntun di sekitar hutan.

Di antara generasi muda di keluarga Lin, mungkin tidak ada lagi yang bisa tahan latihan intensif seperti ini. Itu semua karena efek kolam batu yang lebih baik daripada ramuan kelas 3. Ditambah lagi, saat cairan merahnya mencair, efeknya menjadi lebih lembut. Tidak lagi menyakiti tubuh. Malah, yang seperti itulah yang paling cocok untuk seseorang yang sedang dalam masa latihan seperti Lin Dong.

Malamnya, Lin Dong kembali memasuki dunia spiritual. Di sana, dia terus mengulang-ulang gerakan Penetrating Fistnya tanpa lelah. Dengan berlatih tanpa istirahat dan makan, penguasaan Penetrating Fistnya begitu pesat hingga Lin Dong kini sudah bisa melancarkan 9 gema dengan mudah! Untuk gema kesepuluhnya, Lin Dong semakin memahami cara kerjanya, meski dia belum bisa menguasainya. Dia tahu itu hanyalah soal waktu.

Selain itu, mungkin karena kekuatan yang ditunjukkan oleh Lin Dong pada pertemuan sebelumnya, Lin Shan yang biasanya selalu senang membuat masalah dengannya, tidak pernah muncul lagi di hadapannya. Anak itu mungkin tahu kalau dia akan menggali kuburannya sendiri bila nekat mencari masalah dengan Lin Dong.

Karenanya, sekarang Lin Dong bisa dengan damai mendedikasikan tenaga sepenuhnya pada latihannya.

Dalam sekejap mata, satu minggu terlewat dalam damai dan tenang.

Minggu ini Lin Dong sangat aktif mencari kesempatan meminumkan cairan merah dari batu jimat pada Lin Xiao. Sayangnya, di waktu seperti ini Lin Xiao selalu tidak ada di rumah. Lin Dong memiliki kesempatan kecil melakukannya, makanya mau tak mau dia mengurungkan niatnya.

Keadaan seperti itu berlanjut hingga hari kedelapan, hingga Lin Dong akhirnya tidak bisa menahannya lebih lama. Itu karena Lin Xiao terluka lagi....

Saat sedang berlatih, dia mendengar teriakan panik Qing Tan. Dia yang mendengar segera pulang ke rumah. Lin Dong bergegas masuk ke kamar hanya untuk melihat Lin Xiao yang terkapar di kasur, wajahnya seputih kertas. Bekas darah terlihat di bawah lengan bajunya.

"Ayah bertemu dengan hewan buas kuat saat dia pergi ke hutan mencari ramuan..." Qing Tan bergumam dari belakang Lin Dong, matanya memerah karena sedih.

Mendengarnya, perasaan bersalah muncul di dalam dada Lin Dong, bersamaan dengan air mata yang mengalir dari matanya.

"Laki-laki tidak boleh menangis. Ini cuma luka kecil." Melihat Lin Dong berdiri di ambang pintu, Lin Xiao memaksa diri untuk bangkit. Saat dia berusaha menunjukkan wajah kerasnya yang biasa, rasa sakit dari lukanya kembali, menyebabkan ekspresinya berubah kesakitan.

"Kenapa kau masih berusaha terlihat kuat. Biar kurebuskan ramuan untukmu." Liu Yan menatap tajam pada suaminya, lalu mengambil sebatang tanaman obat berwarna hijau cerah di sampingnya.

"Hei, itu untuk Dong-er!" sergah Lin Xiao.

"Ibu, biar aku yang merebus ramuannya. Ibu dan Qing Tan temani ayah saja." Sebelum ayahnya berkata lebih lanjut, Lin Dong bergegas dan mengambil ramuan dari tangan Liu Yan. Tanpa berkata apa-apa, dia berlari keluar ruangan.

"Bocah itu..."

Melihat Lin Dong yang kabur lebih cepat dari kelinci, Lin Xiao tidak tahu harus tertawa atau menangis. Dia menggelengkan kepala lemah, rasa hangat muncul di dadanya.

Segera setelah Lin Dong pergi, dia kembali membawa mangkuk porselen hijau di tangannya. Mangkuk itu penuh dengan obat berwarna hijau pekat serta aroma obat yang bahkan bisa tercium dari kejauhan.

"Ayah, tolong minum obat ini." Lin Dong tersenyum sambil membawa obatnya.

"Dasar kau anak nakal." Lin Xiao menghela napas dan menggelengkan kepala. Walau hatinya terasa nyeri, dia hanya bisa menerima mangkuknya. Tanpa bicara lagi, dia meminum obatnya.

Melihat ayahnya menghabiskan obat tersebut, wajah Lin Dong berubah menjadi bersemangat. Sebenarnya dia menambahkan beberapa tetes cairan merah dari batu jimat ke dalam mangkuk obat tersebut. Namun, dia tidak tahu seberapa jauh cairannya bisa menyembuhkan luka ayahnya.

"Gluk."

Setelah menghabiskan semangkuk obat, Lin Xiao menaruh mangkuknya dan melihat pada Lin Dong, yang tengah memperhatikan lekat-lekat wajah ayahnya. Ketika Lin Xiao memasang ekspresi tegas seperti biasanya, tiba-tiba pipinya memerah, merasakan api tersulut di dalam tubuhnya.

"Ayah!"

Melihat perubahan ayahnya, Qing Tan yang berdiri di sebelahnya menjadi pucat.

"Uhuk, uhuk!"

Bersamaan dengan Qing Tan dan Liu Yan yang pucat ketakutan, suhu tubuh Lin Xiao semakin naik dan wajahnya semakin merah. Dalam hitungan detik kemudian, dia membuka mulut dan memuntahkan banyak darah hitam

"Xiao-ge, kau tidak apa-apa?" Melihat suaminya muntah darah, Liu Yan bergegas menghampirinya dengan air mata yang menggenang. Lin Xiao adalah tulang punggung keluarga. Jika terjadi sesuatu padanya, bagaimana dengan dirinya dan anak-anak?

Setelah Lin Xiao mengambil napas, warna gelap di wajahnya perlahan menghilang. Tergantikan oleh warna kemerahan yang sehat.

"Lukaku..."

Lin Xiao memandang tak percaya pada telapak tangannya. Tiba-tiba, dia merasakan luka yang telah terkumpul di tubuhnya selama bertahun-tahun, sebagian besar sudah hilang.

Badannya terasa lancar tanpa halangan, membuat Lin Xiao merasa segar. Organ dalamnya bankit kembali dengan tenaga dan semangat. Hal itu sudah lama sekali tak dia rasakan.

"Liu Yan, lukaku, lukaku..." Lin Xiao gemetar karena girang sambil memegang erat lengan istrinya. Senyum lebar menggantikan ekspresi tegas yang biasanya hadir di sana.

Liu Yan berhasil mengembalikan ketenangannya setelah melihat emosi pada mata Lin Xiao. Tatapan tidak percaya pun muncul di matanya, kemudian bertanya, "kau sudah sembuh?"

"Ya, ya, hampir, hampir..."

Lin Xiao menjadi amat emosional hingga dia kehilangan kemampuan merangkai kata-kata. Pada akhirnya, dia tidak bisa menahan diri dan memeluk erat istrinya sambil tertawa keras dari lubuk hatinya. Terkandung di dalam tawanya juga terdapat rasa lega setelah sekian tahun tersiksa. Dalam sekian tahun ini, kemajuannya begitu stagnan karena luka dalam. Meski dia berpura-pura kuat di luar, siapa saja bisa tahu kalau orang yang dulunya adalah orang terhebat di keluarga Lin kini digantikan oleh kayu lapuk.

Namun, jika ada niat, pasti ada jalan! Setelah sekian tahun, lukanya yang tidak menampakkan tanda-tanda sembuh, kini akhirnya menghilang!

Melihat kedua orang tuanya yang sedang berbahagia, Lin Dong mengusap sudut matanya, senyum lebar terbentuk di wajahnya. Efek dari batu jimat jauh melampaui ekspektasinya. Dia tahu jika ayahnya meminum obatnya beberapa kali lagi, menyembuhkan luka dan pulih sepenuhnya bukanlah mimpi yang mustahil.

Lalu, ketika lukanya sudah sembuh dan pulih, kekuatan Lin Xiao akan meningkat dan melompat jauh!

Lin Dong menghela napas lega, kemudian menarik Qing Tan, yang juga tersenyum senang, untuk membawanya keluar ruangan.

"Kriet."

Setelah dia menutup pintu, senyum muncul di wajah Lin Dong. Dia bergumam pada dirinya sendiri, "Ayah, tenang saja. Kau pasti akan menjadi tiang penyanggah keluarga Lin sekali lagi!"

Bab berikutnya