webnovel

Golden Jade Branch

Editor: Wave Literature

Lin Xia memperhatikan Lin Hong dan adiknya berjalan pergi sebelum berjalan menghampiri Lin Dong. Senyum disematkan di wajahnya, "Lin Dong biao-di, kau baik-baik saja?"

"Ya, terima kasih, Lin Xia-jie." Lin Dong mengangguk. Lin Xia dan ayahnya selalu baik padanya sejak kecil. Hubungan mereka pun sangat bagus, dan hanya karena Lin Xia sibuk berlatih beberapa tahun terakhir, interaksi mereka berkurang daripada sebelumnya.

"Aku baru saja melihat duelmu dengan Lin Shan. Kutebak kau sudah sampai Tempered Body level 4?" tanya Lin Xia, terkejut. Dia tahu Lin Dong berlatih belum sampai satu tahun, namun dia sudah mencapai level 4. Sungguh kecepatan yang luar biasa.

"Itu karena keberuntungan." Tidak mudah menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah mencapai level 4, karena efeknya benar-benar terlihat pada fisik. Lagipula, Lin Dong juga tidak berpikir untuk menyembunyikannya. Dia pun mengangguk, membenarkan pertanyaan Lin Xia.

"Sepertinya kau menuruni bakat ayahmu." Lin Xia tersenyum, ekspresinya berubah serius. "Tapi kau yang sekarang masih jauh dari Lin Hong. Berdasar pengetahuanku, dia sudah mencapai level 6 Tempered Body tiga bulan yang lalu dan melahirkan Yuan Power Seed di dalam tubuhnya. Lebih baik kau menghindari duel dengannya atau kau benar-benar habis."

"Ya, aku tahu." Lin Dong tidak sok berani. Berdasarkan kemampuannya yang sekarang, dia tahu kalau masih kalah kelas dari Lin Hong. Namun, dia tetap percaya kalau dia pasti bisa melampaui Lin Hong!

"Hehe, baiklah, teruslah berlatih, aku akan kembali sekarang. Ingatlah untuk terus berlatih demi kompetisi keluarga. Kau tau seberapa besar ayahmu peduli dengan acara itu." Lin Xiao tersenyum dan menepuk kepala Lin Dong. Lalu, setelah dia menyapa Qing Tan dan Lin Changqiang, dia menyibak rambutnya dan melangkah pergi.

"Hehe, Lin Xia-jie sangat keren, bahkan Lin Hong sampai mundur kalau di depannya. kau tahu, kakek sangat menyukainya, dan bahkan dia mengajarkan ilmu bela diri secara langsung padanya." Lin Changqiang berkata gugup, ketika melihat sosok ramping Lin Xia berjalan pergi.

"Kau cuma malas." Lin Dong memutar matanya pada Lin Changqiang. Tanpa basa basi, dia mengisyaratkan pada Qing Tan untuk pergi. Lin Changqiang mengikuti mereka di belakang, namun ketika dia melihat langit yang mulai gelap, dia semakin enggan meninggalkan keduanya.

"Lin Dong-ge, maafkan aku. Aku janji tidak akan diam-diam mencari ramuan lagi..." Qing Tan menangis sambil menarik lengan baju Lin Dong dalam perjalanan pulang.

"Tidak apa-apa. Kalau aku sudah menjadi kuat, tidak akan ada yang mengganggumu lagi." Meski Lin Dong sudah berniat memarahinya, wajah adiknya yang memelas bagai air dingin yang menyiram api kemarahan di dadanya. Dia menggeleng lemah sebelum menepuk dadanya sembari tertawa.

"Aku juga ingin berlatih!" kata Qing Tan tiba-tiba, sambil hidungnya yang imut naik.

"Bukannya kau takut latihan bisa membuatmu jelek?" tanya Lin Dong bercanda.

"Tidak mungkin. Lihat seberapa cantiknya Lin Xia-jie. Kalau aku bisa jadi sepertinya, pasti Lin Hong tidak akan berani menindas Lin Dong-ge lagi," balas Qing Tan dengan manja sambil menjulurkan lidahnya.

Lin Dong tersenyum dan menggeleng. Jarinya bergerak menyentil dahi Qing Tan, kemudian berkata, "Saat kita sampai rumah, jangan katakan pada siapa-siapa tentang kejadian hari ini. Kau mengerti?"

"Baiklaaah..." Qing Tan menjawab malas, bersamaan dengan ekspresi cemberut yang muncul di wajahnya.

Walaupun Lin Dong sudah mengingatkan Qing Tan supaya tidak mengatakan apapun, pada akhirnya, dia tidak bisa tutup mulut tentang kejadian hari ini.

"Kau berduel dengan Lin Shan dan kakaknya tadi siang." Lin Xiao berucap pelan saat makan malam. Tangannya menaruh sumpit di atas meja.

Mendengar kalimat itu, Lin Dong dan Qing Tan merasa badannya menegak. Liu Yan yang ada di sana juga menggeleng lemah dan memberikan tatapan kecewa pada keduanya.

"Ayah, ini tidak ada hubungannya dengan Lin Dong-ge. Ini semua salahku..." ujar Qing Tan.

Lin Xiao menatap keduanya, ekspresi wajahnya masih keras. Dia terus menatap Lin Dong dan berkata, "Kudengar kau mengalahkan Lin Shan?"

Lin Dong menggaruk kepalanya, tersenyum canggung dan mengangguk.

"Ulurkan tanganmu." Lin Xiao membelalak saat Lin Dong mengulurkan tangannya. Dia menggenggam lengan Lin Dong dengan telapaknya yang besar. Senyum hadir di wajahnya yang biasanya datar sambil mengusap lengan anaknya, "Tempered Body level 4?"

"Ya." Lin Dong mengangguk lagi.

"Haha, bagus sekali!" Mendengar pembenaran Lin Dong, Lin Xiao akhirnya tertawa lepas.

Melihat Lin Xiao tertawa seperti itu, Lin Dong bisa bernapas lega. Sepertinya dia tidak akan dimarahi.

Liu Yan turut tersenyum kala melihat Lin Xiao. Melihat Lin Dong, dia paham jika Lin Xiao sudah memberikan segala yang dia punya pada Lin Dong. Dia selalu menyalahkan dirinya telah menghancurkan seorang jenius di keluarga Lin dan melenyapkan harapan mereka. Karena dia seorang yang keras kepala, dia selalu berharap 'mengembalikan' jenius ke dalam keluarga Lin, dan jenius yang dia harapkan untuk 'kembali' adalah Lin Dong.

"Ingatkan aku kalau salah, tapi bukannya kau baru saja mencapai level 3 Tempered Body 10 hari yang lalu? Bagaimana kau bisa maju secepat ini?" Biarpun Lin Xiao tengah merasa senang, dia masih curiga. Melanjutkan ke level 4 dari level 3 dalam 10 hari adalah waktu yang sangat cepat. Bagaimana bisa Lin Dong bisa mencapai semua itu tanpa bantuan ramuan?

"Aku juga tidak yakin ... sejak aku makan ginseng merah, latihanku jadi lebih lancar dari biasanya." Jantung Lin Dong berdegup kencang mendengar pertanyaan Lin Xiao. Sedikit ragu-ragu, dia akhirnya memutuskan untuk berbohong sedikit. Dia selalu merasa kalau lebih baik tidak memberitahu rahasia batu jimat, atau akan ada bencana besar yang menghampiri.

"Oh?" Lin Xiao mengernyit mendengar jawaban Lin Dong. Ginseng merah hanyalah ramuan kelas 1, bagaimana bisa efeknya sebagus itu?

"Mungkin badan Dong-er memiliki kasus spesial dan bisa menyerap efek ramuan lebih efektif? Aku pernah dengar beberapa orang diberkahi bakat ini dan tubuh mereka bisa menyerap efek ramuan lebih efektif dari orang kebanyakan." Liu Yan mengungkapkan pendapatnya dan tersenyum.

"Oh, bisa juga seperti itu." Lin Xiao mengangguk setuju, dia pun pernah mendengar kasus yang sama. Kalau Lin Dong sungguhan memiliki tubuh yang spesial, bukan tidak mungkin kalau dia melatih Lin Dong dengan kecepatan penuh.

"Sepertinya dulu aku terlalu acuh, kalau Dong-er sungguhan memiliki bakat itu, tidak akan susah untuknya mencapai hasil bagus di kompetisi keluarga." Lin Xiao tersenyum puas sambil tangannya masuk ke dalam baju. Dia mengambil sesuatu yang ditutupi dengan kain dan diletakkan di atas meja. Ketika kain itu dibuka, aroma segera menguar, dan ranting berwarna emas terlihat di sana.

Ranting tersebut berwarna emas, dari dalamnya mengalir cairan berwarna hijau, mirip dengan batu kalsedon.

"Ini kan ... ramuan kelas 2, Golden Jade Branch1?" Liu Yan terkejut saat melihat ranting emas tersebut.

"Jadi ramuan kelas 2 seperti ini?" Lin Dong melihat ranting emas itu dengan penasaran, sudut bibirnya turun. Walau terlihat tidak biasa, tapi Ling Qi2 yang terdapat di sana tidak sebanding dengan cairan misterius yang keluar dari batu jimat.

"Heh heh, aku beruntung menemukan ramuan ini di gunung kemarin. Liu Yan, rebus ramuan ini untuk Dong-er besok." Lin Xiao tersenyum. Namun, wajahnya memucat saat dia batuk keras dua kali.

"Ayah, aku tidak butuh ini. Pakailah untuk mengobati lukamu," sergah Lin Dong.

"Tak usah khawatir. Aku hanya memakai lebih banyak energi untuk melawan monster demi mendapatkan ramuan ini kemarin. Bukan masalah besar. Aku hidup dengan cedera ini bertahun-tahun, jadi ramuan ini tidak terlalu memberikan efek bagiku," ujar Lin Xiao, mengibaskan tangannya. "Lagipula, dalam beberapa bulan akan diadakan kompetisi keluarga. Saat ini kau harus fokus dengan latihanmu. Jangan khawatir dengan ramuan, biar ayah yang menangani."

Mata Lin Dong memerah saat dia melihat ekspresi senang di wajah ayahnya yang biasanya begitu keras. Dia mengangguk ringan, lantas bergumam pada dirinya sendiri, "jangan khawatir, Ayah, aku tidak akan mengecewakanmu."

"Sudah malam, istirahatlah. Kau masih harus latihan besok." Lin Xiao mengibaskan tangannya, menyuruh Lin Dong pergi dan istirahat.

"Baik."

Setelah Lin Dong menjawab, dia dan Qing Tan menjauh dari meja makan, berjalan menuju kamar masing-masing. Meski mereka keluar dari sana, mereka masih bisa mendengar tawa renyah Lin Xiao. Tawa itu adalah tawa yang sudah lama tidak mereka dengar....

Lin Dong mengeratkan genggamannya, lalu menoleh pada Qing Tan, mengisyaratkan adiknya untuk kembali ke kamarnya dan istirahat. Namun, dia tiba-tiba dia melihat wajah adiknya memucat seiring benang putih dan hawa dingin keluar dari tubuhnya, menyebabkan lantai di sekitarnya membeku.

"Oh tidak ... suhu dinginnya keluar lagi!"

Melihat perubahan mendadak pada Qing Tan, ekspresi Lin Dong pun berubah.

Bab berikutnya