"Untuk mendapatkan "Api Pendingin Tulang", aku harus menunggu di tempat tanpa cahaya selama delapan tahun, dan ketika tiba saatnya untuk membaur api, semua yang telah aku siapkan hampir terbakar menjadi abu…" Yao Lao mendesah sambil menggelengkan kepalanya; selama beberapa saat ketakutan terlihat muncul di wajah yang biasanya tenang itu. Sepertinya kejadian itu telah meninggalkan kesan yang kuat pada dirinya.
"Hehe, meskipun itu sangat berbahaya, namun setelah berhasil memperoleh "Api Pendingin Tulang" pada akhirnya, semuanya jadi sepadan." Yao Lao mengatakan hal itu dengan bangga sambil melambaikan api putih di telapak tangannya, seolah memamerkan api tersebut pada banyak orang. Dia kemudian tersenyum sambil terus menjelaskan: "Dengan Api Surgawi, kau tidak hanya dapat meramu kualitas obat yang lebih baik, tapi juga, ketika menghadapi musuh dengan level yang sama, kau bisa dengan mudah mengalahkannya. Dia bukan lawan yang sepadan denganmu."
Mendengar ini, Xiao Yan menatap api putih-kusam yang membara tersebut, dengan penuh iri.
Melihat wajah iri Xiao Yan, Yao Lao tertawa lepas dengan ekspresi licik. Nadanya berubah ketika ia berkata: "Sesuatu seperti Api Surgawi masih terlalu jauh untukmu. Untuk saat ini, keinginan terbesarmu adalah menjadi Dou Zhe sesegera mungkin."
Meski merasa sedih, Xiao Yan menganggukkan kepalanya. Dia hanya bisa menelan kembali keinginannya akan Api Surgawi dan menyeret kembali dirinya menghadapi kenyataan.
Yao Lao tersenyum ringan saat melihat Xiao Yan kembali tersadar. Di tengah tangannya, gumpalan api putih terus membakar dan melambung ke udara, lalu menghilang sesaat setelahnya.
Tangan keriput itu kemudian mengambil tangkai Bunga Teratai Bertinta dan menjatuhkannya dengan pelan ke dalam api.
Ketika Bunga Teratai Bertinta itu menyentuh "Api Pendingin Tulang", seketika ia terbakar menjadi cairan tinta hitam yang berguling-guling di dalam api, menampakkan kilau yang tersembunyi.
Gejolak api putih tersebut menjadi semakin intens, namun Xiao Yan menyadari sesuatu yang aneh. Udara di sekitar api putih itu berubah menjadi semakin dingin.
Yao Lao memusatkan seluruh perhatiannya untuk mengendalikan suhu api di telapak tangannya. Jika suhu apinya berubah lebih tinggi sedikit saja, cairan hitam itu akan menguap sirna.
Setelah selama beberapa waktu suhu api tersebut dipertahankan pada titik tertentu, bintik kotoran berwarna kuning tiba-tiba muncul dalam cairan tinta-hitam itu.
Menatap bintik kuning kotor itu, Yao Lao kemudian mengangguk ringan. Dengan jentikan ringan dari jarinya, bintik kuning itu berkumpul dan dipisahkan dari cairan tinta-hitam menjadi bola kecil dan dikeluarkan dari bagian utama cairan.
Setelah membuang kotoran berwarna kuning tersebut, kotoran kecil lainnya yang berwarna kuning muda mulai muncul satu per satu. Sama dengan kotoran sebelumnya, kotoran tersebut dibersihkan oleh Yao Lao.
Api putih terus menyala, di dalamnya, cairan tinta hitam yang semula besarnya setengah kepalan tangan telah menyusut menjadi seukuran jempol belaka.
Cairan hitam pekat tersebut berguling-guling di sekitar pusat api putih, seperti mutiara hitam, yang tenang dan misterius.
Ketika tangkai pertama Bunga Teratai Bertinta menjadi seukuran ibu jari, Yao Lao kemudian berhenti membakarnya. Dia beralih melanjutkannya dengan menjatuhkan empat batang Bunga Teratai Bertinta lainnya ke dalam api, membakar mereka menjadi empat bola kecil seperti mutiara hitam sebelumnya.
Setelah dibakar oleh "Api Pendingin Tulang" selama beberapa waktu, lima bola cairan kecil itu perlahan-lahan menyatu. Pada saat peleburan, cairan itu pun membesar, namun, sepersekian detik kemudian, menyusut menjadi hanya seukuran ibu jari.
Setelah selama beberapa waktu bergulir di dalam api putih, api putih kecil itu terlihat menari, seolah-olah berada di dalam tinta-cairan hitam.
Melihat ini, dalam satu gerakan, Yao Lao bergerak cepat meraih Buah Ular Beracun di atas meja dan melemparkannya ke dalam api.
Setelah Buah Ular Beracun tercampur dalam api, cairan itu berubah menjadi hijau gelap yang memancarkan udara dingin. Mengeluarkan kotoran dari cairan hijau gelap, Yao Lao secara perlahan menutup cairan hijau gelap tersebut dengan cairan tinta-hitam yang sedang dibakar.
"Zi! Zi! ..."
Suara-suara aneh menggema ketika dua cairan dari atribut yang berbeda itu bertemu dan segumpal asap putih mengamuk naik dari dalam api.
Ketika gumpalan asap yang keluar dari pembakaran tersebut perlahan menghilang, nampak sebuah obat mulai terbentuk dari dalam api.
Menatap tenang pada pil yang hampir terbentuk tersebut, Yao Lao sedikit memiringkan kepalanya. Dia kembali melemparkan Rumput Pengumpul Semangat dan Batu Magic Atribut Air Peringkat 2 ke dalam api.
Melebur menjadi cairan, membuang kotoran, kemudian menggabungkan bahan menjadi satu... mengerjakan ketiga jenis prosedur yang rumit ini memerlukan ketelitian. Namun Yao Lao berhasil melakukan semuanya seolah hal yang mudah, bahkan tanpa berhenti sekalipun.
Setelah melihat gerakan Yao Lao yang jeli dan teliti, bahkan Xiao Yan, yang bukan seorang Alchemist yang juga belum memahami dasar-dasar seni Alchemist, hanya bisa memuji Yao Lao dalam hati.
Saat menetralisir kekuatan Batu Magic yang mengamuk dengan Rumput Pengumpul Semangat, energi cahaya biru murni tersebut dialirkan pada obyek menyerupai pil yang tengah terbentuk.
Ketika tetes terakhir energi biru tersebut masuk ke dalam pil, pil itu pun berubah menjadi halus dan licin. Sebuah sinar biru kusam terlihat melayang di atas permukaan pil, sehingga terlihat indah dan megah.
Meskipun semua langkah tersebut telah selesai, Yao Lao tidak berhenti di situ. Sebaliknya ia menghangatkan pil tersebut selama hampir sepuluh menit sebelum akhirnya memadamkan api putih di telapak tangannya.
Ketika nyala api mulai reda, tangan kiri Yao Lao segera mengambil botol giok dari atas meja dan cepat-cepat menyimpan obat, bernuansa hijau gelap dan biru terang itu, ke dalam botol.
"Fiuh…" helaan napas panjang keluar dari bibirnya ketika Yao Lao melemparkan botol giok pada Xiao Yan. Dia kemudian melanjutkan dengan berkata puas: "Lihatlah."
Dengan hati-hati menerima botol giok tersebut, Xiao Yan dengan semangat mendekatkan botol tersebut ke bawah hidung untuk mencium baunya. Aroma wewangian yang familiar memasuki lubang hidungnya dan membuatnya merasa mendapat energi baru.
Sambil menatap pil hijau kebiruan di dalam botol, Persepsi Jiwa Xiao Yan yang hebat membuatnya samar-samar mengetahui bahwa Serbuk Pengumpul Qi buatan Yao Lao ini lebih baik dari yang sebelumnya dibawa oleh Nalan Yanran, baik dalam hal kualitas maupun efektivitasnya!
Memikirkan tampang Nalan Yanran dan ucapannya ketika memegang pil tersebut, Xiao Yan tersenyum mengejek.
Sambil menggelengkan kepalanya, Xiao Yan mencengkeram erat botol giok hangat itu, dan menghela napas berat. Sudah empat tahun, sekarang dia akhirnya bisa kembali mencapai level tersebut…