webnovel

Penjara Hati

Editor: Atlas Studios

Cahaya bulan bersinar melalui jendela koridor, menyinari separuh wajah Anna. Mata Anna memantulkan warna biru yang samar, tampak seperti dua buah bintang dalam kegelapan. Tubuh Anna bersandar di pintu kamar Roland, dan sebagian besar tubuhnya tersembunyi dalam kegelapan, tetapi siluetnya masih tetap terlihat — nutrisi yang baik telah mengubah tubuh Anna yang semula kurus kering, dan sebagai wanita yang baru saja menginjak usia dewasa, tubuh Anna sangat sempurna, memiliki lekuk tubuh yang proporsional dan memiliki pesona muda yang unik.

Roland memasang wajah tenang dan berjalan perlahan ke arah Anna sampai dirinya terlihat oleh Anna. Anna berdiri tegak dan mereka saling bertatapan langsung ke mata.

"Itu hanya sebuah ketidaksengajaan, dan aku tidak tahu Kilat akan …" kata Roland.

"Aku mengerti."

"Kilat masih anak-anak, jadi aku tidak menganggap serius …."

"Aku mengerti hal itu juga."

Reaksi Anna sama sekali berbeda dari yang Roland harapkan.Sepertinya Anna tidak ingin berdebat, dan Roland tidak bisa mendeteksi rona ketidaksukaan di wajah Anna selain terlihat serius. Tidak ada gerakan apa pun di dalam mata biru milik Anna. Roland menyadari bahwa Anna adalah seorang wanita yang lugas, dan Anna tidak suka bersembunyi atau menyembunyikan apa pun. Seperti yang sudah Roland duga, Anna mengambil inisiatif dan berkata, "Aku tidak akan berani melakukan hal seberani itu … di depan begitu banyak orang, seperti apa yang telah dilakukan Kilat, jadi aku harus menunggumu di sini."

Setelah selesai berbicara, pipi Anna memerah dengan jelas, tetapi meskipun demikian, Anna tidak beringsut ke belakang dan matanya tetap terfokus pada Roland. Ekspresi Anna masih tetap terlihat serius.

Detak jantung Roland berangsur-angsur menjadi tenang, ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Roland merasa bahwa mengatakan apa pun saat ini tidak akan berarti apa-apa. Mungkin Anna memang keberatan dengan perilaku Kilat terhadap Roland, tetapi mengeluh bukanlah gaya Anna, dan Anna hanya akan mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Seorang yang jujur dan pekerja keras tidak boleh ditolak begitu saja, pikir Roland. Lalu Roland membungkuk, sampai ke dekat pipi Anna. Roland bahkan bisa merasakan nafas Anna di wajahnya, seperti nafas musim semi yang membuat perasaan Roland bergejolak. Suasana begitu sepi sehingga mereka bisa dengan jelas mendengar suara nafas mereka satu dengan lain di koridor yang tenang itu, dan kemudian, sebuah bibir yang lembut sedikit menyentuh pipi Roland.

"Selamat malam, Yang Mulia," bisik Anna.

*******************

Wendy sedang duduk di tempat tidur dan membaca beberapa buku.

Bagi Wendy, saat-saat seperti ini sangat langka. Selama ia berada di Asosiasi Persatuan Penyihir, Wendy tidak akan pernah berani memikirkan akan memiliki kehidupan seperti sekarang.

Tidak lama setelah Wendy datang ke kota, ia menerapkan sebuah kebiasaan seperti: Sebelum pergi tidur, Wendy akan membersihkan tubuhnya, mengenakan gaun malam sutra, yang tidak diikatkan dengan kencang di pinggang atau dikancingkan, duduk bersila di tempat tidur, dengan bantal lembut di antara punggungnya dan dinding kamar, dan membaca buku-buku yang telah dipinjam Wendy dari Yang Mulia.

Wendy telah menghabiskan banyak waktu untuk membuat Kilat tertidur, jadi ia memutuskan untuk tidak kembali ke halaman belakang istana untuk melanjutkan pesta perayaannya, dan sebagai gantinya, Wendy membersihkan diri dan langsung naik ke tempat tidur.

Wendy sedang membaca sebuah buku sejarah mengenai asal mula Gereja.

Meskipun Wendy dibesarkan di biara, namun ia tidak mengetahui banyak tentang hal ini. Para biarawati selalu memperingatkan mereka untuk mematuhi ajaran Tuhan, tetapi mereka tidak pernah menyebutkan nama Tuhan itu sendiri — selama masa kecil Wendy, hal ini selalu membuat dirinya bingung. Setiap orang memiliki nama, jadi mengapa Tuhan tidak memiliki nama?

Apa yang tercatat dalam buku sejarah sebagian besar sama dengan rumor yang didengar Wendy selama ini. Pada awalnya, ada tiga buah Gereja besar, yang menganggap satu sama lain sebagai penyebar ajaran sesat dan mereka percaya bahwa masing-masing Tuhan mereka sendirilah yang paling benar. Pertempuran iman ini berlangsung selama hampir seratus tahun, dan pada akhirnya, Gereja yang masih bertahan hingga sekarang mengklaim kemenangan mereka. Gereja ini menyatakan bahwa para penyebar ajaran sesat telah dihancurkan, dan Tuhan hanya memiliki satu nama yang merupakan firman Allah itu sendiri.

Halaman-halaman berikutnya menggambarkan kemuliaan dan keabadian Gereja, termasuk pembangunan Kota Suci Lama dan Kota Suci yang Baru dan kemenangan mereka atas para penyihir jahat. Ini membuat Wendy sangat bingung. Sebelumnya Wendy telah meminjam buku-buku yaitu; "Sejarah Kerajaan Graycastle" dan "Sejarah Singkat Daratan" dari Yang Mulia. Buku pertama hampir dengan jelas mencatat pembentukan kerajaan, pengembangan dan pembangunan, dan peristiwa-peristiwa besar. Misalnya, nama setiap raja, status perkawinan mereka, dan informasi mengenai keturunan mereka. Keluarga Kerajaan dengan semua keturunan mereka di deskripsikan dengan begitu rupa sehingga hampir mewakili silsilah anggota keluarga kerajaan yang sangat terperinci.

Buku "Sejarah Singkat Daratan" lebih berfokus pada evolusi Empat Kerajaan, perubahan dalam menjalani kekuasaan, dan perjuangan politik. Namun, isi buku itu lebih berfokus pada cerita mengenai keluarga yang berkuasa.

Namun di dalam buku sejarah gereja, tidak disebutkan nama-nama Paus, atau bisa jadi ini adalah kasus yang sama dengan nama Tuhan. Gereja mengganti nama lama mereka dengan gelar Paus. Jika dibaca sekilas, sepertinya hanya ada satu Paus selama ratusan tahun dalam sejarah. Ini tidak logis, dan bukannya menyebut ini sebagai catatan sejarah, ini lebih pantas disebut sebagai sebuah khayalan yang disengaja.

Saat itu, Nightingale tiba-tiba muncul di dalam kamar Wendy. Wendy meletakkan bukunya dan menatap Nightingale dengan penuh minat. "Ini sudah larut malam. Kamu masih punya waktu untuk datang ke sini?"

Nightingale menggosok lehernya dan duduk di samping tempat tidur. "Aku baru saja mengantarkan Nana pulang. Bagaimana dengan Kilat?"

"Kilat segera tertidur begitu aku meletakkan dirinya di tempat tidur, dan Kilat tidak berhenti bergumam tentang ayahnya." kata Wendy sambil mengangkat bahu. "Kilat selalu bersikap seolah-olah dirinya sudah menjadi gadis besar yang pemberani, tapi sebenarnya, Kilat masih seorang anak kecil."

"Di matamu, semua orang masih anak-anak," jawab Nightingale dan mengambil buku dari tangan Wendy. "Yang Mulia berkata seharusnya kamu tidak boleh membaca di malam hari, terutama ketika duduk di tempat tidur. Kamu akan membuat matamu lelah jika penerangannya tidak cukup terang."

"Ya, Yang Mulia memang mengatakan hal itu."

Wendy dan Nightingale mengobrol sebentar. Mereka berbicara tentang perjalanan mereka dari Kota Perak ke Pegunungan Tak Terjangkau, bagaimana waktu mereka mendengar berita bahwa seorang penyihir akan segera dibunuh di kota dan bagaimana Pangeran memerangi Bulan Iblis. Nightingale memiliki banyak hal untuk dikatakan dan Wendy juga kadang-kadang menimpali satu atau dua kalimat. Selama lima tahun terakhir, Wendy dan Nightingale telah begitu akrab satu dengan yang lain dan saling memahami. Waktu berlalu dengan perlahan sampai akhirnya, lilin-lilin di kamar Wendy hampir padam. Pada waktu itu, Wendy mulai tersenyum dan bertanya kepada Nightingale, "Lalu? Kamu tidak bisa tidur karena apa yang dilakukan Kilat hari ini?"

"Apa yang kamu bicarakan …."

"Tentu kamu mengerti maksudku." Wendy tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Veronica, kita ini penyihir. Kamu tentu mengetahui hal itu dengan baik."

"….." Nightingale tetap terdiam, dan setelah sekian lama ia menyahut, "Yah …."

Ini adalah takdir yang tidak bisa dihindari oleh penyihir mana pun. Wendy menghela napas dan kemudian berkata, "Roland Wimbledon adalah Pangeran Keempat Kerajaan Graycastle, dan kita harus melakukan semua yang diperlukan untuk memastikan bahwa Roland yang akan mengambil alih takhta Kerajaan Graycastle. Roland akan memerintah kerajaan dengan baik dan ia akan bisa menciptakan tempat tinggal yang baik untuk kita semua para penyihir."

"Tetapi pada saat itu, Roland harus melakukan apa yang perlu dilakukan oleh seorang raja, dan ketika saatnya tiba, Roland harus menikahi seorang putri Duke atau putri kerajaan lain untuk melahirkan satu atau beberapa orang ahli waris. Jika anak laki-laki, anak itu nantinya akan mewarisi takhta, dan jika itu anak perempuan, anak itu akan menikah dengan keluarga bangsawan lain."

Sampai di sini, Wendy berhenti sejenak, dan kemudian ia berbicara terus terang mengenai apa yang Nightingale dan semua penyihir lainnya tidak ingin dengar. "Veronica, kita ini penyihir, kita tidak bisa melahirkan anak."

"Bahkan dengan pikiran yang paling optimis sekalipun, setelah Yang Mulia berkuasa selama bertahun-tahun, dan saudari-saudari kita akhirnya bisa berjalan dengan bebas di jalanan, mungkin saja dalam beberapa hal, para penyihir yang memiliki kemampuan luar biasa akan dapat bergabung dengan jajaran masyarakat kelas atas, dan bahkan mungkin akan dinobatkan sebagai bangsawan. Tapi fakta mengenai penyihir tidak bisa melahirkan tidak akan pernah berubah. Dan tanpa kemampuan untuk melahirkan keturunan apa pun, kita tidak akan bisa melanjutkan kebanggaan keluarga. Dengan demikian, para bangsawan tidak akan pernah mempertimbangkan untuk menikahi seorang penyihir. Kita telah diberikan sebuah karunia, tetapi pada saat yang sama, sesuatu yang lain juga telah diambil dari kita. Ini adalah takdir kita sebagai penyihir." Lalu Wendy berbisik, "Semoga Tuhan mengampuni kita."

"Aku mengerti," Nightingale berbisik.

Setelah Nightingale meninggalkan kamarnya, Wendy merasa tidak enak. Tapi Wendy yakin bahwa Nightingale pasti mampu mengatasi hal ini, bagaimanapun juga, Nightingale telah mengatasi begitu banyak kesulitan dalam hidupnya, dan ia pasti tidak akan tersandung untuk masalah ini.

Wendy merasa yakin tentang itu.

Bab berikutnya