Dalam dunia fantasi di mana para pendekar dapat membelah gunung dan sungai kecil hanya dengan melambaikan tangan mereka dan memecahkan sungai dengan tendangan, terdapat sebuah restoran kecil yang berkarakter seperti ini. Restoran itu tidaklah besar, namun disanalah tempat di mana orang-orang hebat akan datang. Di sana, kamu dapat mencicipi nasi goreng telur yang terbuat dari telur burung pheonix dan nasi darah naga. Di sana, kamu dapat minum arak kuat yang difermentasi dari buah jeruk dan air dari mata air kehidupan. Di sana, kamu dapat mencicipi daging barbercue dari hewan buas roh tertinggi tingkat sembilan bertabur lada hitam. Apa? Kamu ingin menculik sang koki? Hal itu tidak akan terjadi, karena ada seekor dewa hewan buas roh tingkat sepuluh, Tuan Anjing, yang berbaring di pintu masuk. Oh, sang koki juga memiliki asisten robot yang pernah membunuh manusia dewa tingkat sembilan dengan satu tangan dan kelompok wanita gila yang perutnya telah ditaklukkan.
Benua Naga Tersembunyi, kota kekaisaran Kekaisaran Angin Sejuk.
Di dalam kota yang sibuk, jalan–jalan dipenuhi oleh orang dan bebunyian yang dibuat oleh mereka dapat terdengar di mana–mana. Di kedua sisi jalan terdapat bangunan–bangunan tinggi dan terdapat banyak restoran dan penginapan di antaranya. Bau wangi masakan dari makanan yang dimasak oleh para koki berembus di udara dan masih tertinggal untuk waktu lama.
Di antara restoran–restoran, terdapat restoran nomor satu di kota kekaisaran bernama Restoran Pheonix Abadi, yang bahkan lebih ramai lagi, dan bisnisnya sangat bagus.
Di dalam kota kekaisaran, bangunan–bangunan dibangun secara rapi dan teratur dan terdapat jalan di mana–mana. Jika kamu berjalan di jalan utama dan melewati Restoran Pheonix Abadi, kamu akan menemukan jalan yang lebih kecil lagi setelah berjalan beberapa puluh meter. Berjalan lurus di jalan kecil dan belok ke kiri kamu akan menemukan restoran kecil dan sederhana.
Ada seekor anjing hitam besar berbaring di muka restoran dengan lidah terjulur keluar. Di dalam restoran tidak terlihat satu pelanggan pun.
Tiba–tiba, seorang pria muda keluar dari restoran. Badannya langsing dan kulitnya putih. Rambutnya hitam panjang, bersama dengan poninya, disisir ke belakang dan dikuncir ekor kuda dengan tali tipis panjang dari bahan wol. Penampilannya berkesan bersih dan rapi.
"Blacky, waktunya makan." pria muda itu, Bu Fang, memegang mangkuk porselen sambil keluar dari restoran. Dia meletakkan mangkuk itu di hadapan anjing hitam besar tersebut. Anjing itu yang tadinya terlihat lelah, langsung melompat bersemangat dan mulai melahap makanan dalam mangkuk.
Setelah mengelus bulu anjing yang halus, lembut dan bersih, Bu Fang tersenyum dan masuk lagi ke dalam restoran.
Bu Fang seorang pria berumur dua puluh tahun, adalah seorang manusia biasa namun ambisius yang berasal dari Bumi. Suatu hari dia tiba–tiba terbangun di dunia lain, dengan [Sistem Seni Memasak] muncul secara misterius dalam otaknya. Restoran kecil ini diciptakan oleh Bu Fang di hari kedua dia tiba dengan bantuan sistem.
Walaupun satu bulan telah berlalu dari sejak dia menciptakan restoran ini, tak ada seorang pun yang masuk, dan Bu Fang telah terbiasa dengan keadaan ini. Setiap hari dia hanya perlu menjalani instruksi dari [Sistem Seni Memasak], yaitu berlatih ilmu memasak dan memastikan anjing hitam besar mendapat makanan yang cukup.
Dia tidak tahu dari mana anjing besar hitam ini datang, dia hanya ingat bahwa anjing tersebut muncul seminggu setelah restoran selesai dibangun. Sistem mengingatkan Bu Fang untuk memberi makan anjing itu secara berkala dengan hasil latihannya. Maka sejak itu, setiap kali restoran buka, anjing itu sudah berada di luar menunggu Bu Fang memberinya makan.
Pada dasarnya, anjing besar hitam itu adalah pelanggan pertama Bu Fang walaupun tidak pernah membayar.
Ketika Bu Fang sudah berada di dalam restoran, dia melihat tempat yang sepi dan mendesah. Walaupun restoran ini sederhana, restoran ini rapi dan bersih. Dengan luas sepuluh meter persegi dan beberapa set meja dan kursi, restoran ini memang termasuk kecil.
Sewaktu dia melihat tiga jenis masakan di menu, Bu Fang tak dapat menahan diri untuk menghela napas.
Menu di restoran ini berbentuk satu potong kayu yang tergantung di dinding. Hanya terdapat tiga jenis masakan pada menu tersebut.
Sulit membayangkan sebuah restoran dengan hanya ada tiga menu yang tersedia, dan harga yang tercantum… hanya dapat dijelaskan sebagai harga yang terlalu mahal.
satu porsi Oseng–oseng Sayur dan Mie Kering Campur masing–masing harganya seratus keping emas, sedangkan harga semangkuk Nasi Goreng Telur bahkan luar biasa mahal… harganya satu kristal.
Kristal adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh para kultivator. Sebuah kristal dapat dibeli seharga sekitar seribu keping emas, namun benda ini sangat langka.
Untuk restoran sekecil ini, harga yang tercantum terlalu berlebihan mahalnya.
Bu Fang tidak percaya bahwa ada orang yang cukup bodoh untuk memesan makanan semahal itu. Walaupun dia setuju bahwa masakan yang tersedia termasuk masakan yang lezat sekali ketika dia mencobanya, namun ketika dia melihat harganya… Bu Fang pikir tak mungkin ada orang yang mau memesan.
"Sebagai Dewa Masak yang berhasrat untuk berdiri di puncak dunia fantasi, mengapa kamu tidak juga mendapatkan pelanggan pertama? Jika berhasil mendapat pelanggan pertama di bulan pertama setelah restoran buka, kamu akan mendapat hadiah sistem."
Misi tersebut diberikan oleh sistem kepadanya beberapa hari setelah dia menciptakan restoran, dan hanya tinggal tiga hari lagi sebelum tenggat waktu. Bu Fang melihat ke arah jalanan yang sepi tanpa ekspresi.
"Sepertinya mimpiku untuk menjadi Dewa Masak akan hancur sebelum aku dapat mengambil langkah pertama." Bu Fang memeriksa waktu dan menghela napas. Dia berdiri, menutup pintu masuk restoran dengan papan pintu1 dan menutup restoran.
Masakan-masakan tidak dapat dibawa keluar tanpa izin, dan ada peraturan ketat mengenai waktu restoran beroperasi. Walaupun restoran itu kecil, ada banyak aturan dan peraturan. Namun, karena peraturan–peraturan tersebut dibuat oleh sistem, Bu Fang harus menaatinya.
Restoran ditutup untuk hari itu. Setelah mengunci pintu masuk restoran, Bu Fang kembali ke dapur untuk berlatih memasak. Sebetulnya yang disebut berlatih tidak menggunakan banyak aspek teknik, itu hanyalah memasak terus–menerus. Karena sistem secara otomatis akan mengisi kembali bumbu dan bahan masakan, Bu Fang hanya perlu memasak.
Di sudut dapur, ada sebuah robot yang bersifat seperti manusia. Robot ini diciptakan oleh sistem untuk mengolah kembali semua makanan yang Bu Fang masak selama berlatih. Selain makanan yang dimakan oleh Bu Fang dan anjing hitam besar, semua makanan yang dibuat selama latihan harus dimasukan ke dalam perut robot.
Setelah Bu Fang menyalakan api, dia memulai latihan memasak harian.
Walaupun Bu Fang berada di dunia fantasi, dapur yang diciptakan sangat mirip dengan dapur modern dari Bumi.
Semua peralatan dapur tersedia: panci masak tanpa asap, pisau–pisau stainless steel, talenan, mesin penghisap asap, microvawe oven, kulkas… Sebetulnya, peralatan tersebut lebih canggih daripada peralatan dari Bumi. Bu Fang tidak menemui kesulitan berarti ketika menggunakan peralatan tersebut, dia malah lebih memilih memasak menggunakan peralatan dari dunia fantasi.
Ketika malam tiba, dua buah bulan di langit terlihat harmonis dan sinar bulan laksana cadar di langit malam.
Di depan restoran, si anjing hitam besar bermalas–malasan dengan santainya setelah dia menghabiskan makan malam, ditemani bebunyian serangga sewaktu si anjing menjaga restoran.
Pagi harinya, Bu Fang bangun dengan masih terkantuk–kantuk. Setelah mandi dan berbenah, restoran dibuka untuk umum.
Restoran itu masih sepi, dan tidak ada seorang pun yang terlihat. Si anjing hitam besar masih terbaring di lantai seperti biasanya.
Bu Fang tiba–tiba merasa iri dengan suksesnya bisnis Restoran Pheonix Abadi yang terletak di luar jalan kecil. Bisnis mereka sangatlah bagus, terlalu banyak pelanggan hingga pintu masuk restoran seakan akan hancur terlanda begitu banyak manusia.
Bu Fang mulai membayangkan seandainya bisnisnya sesukses Restoran Pheonix Abadi.
"Tuanku, sebagai ahli makanan yang berhasrat untuk berdiri di puncak tertinggi rantai makanan di dunia fantasi, kau harusnya tidak merasa iri terhadap restoran lain. Kerja keraslah demi masa depanmu!"
Suara sistem mekanik yang serius bergema di kepala Bu Fang sebagai pengingat. Dia sudah terbiasa dengannya. Selama sebulan terakhir, jika dia merasa iri dengan Restoran Pheonix Abadi, sistem akan otomatis membakar semangatnya.
Menilai jawabannya, sepertinya sistem ini bersifat seperti manusia.
Bu Fang duduk di kursi di luar restoran selagi menikmati hangatnya mentari. Dia duduk sangat nyaman hingga merosot ke bawah dengan posisi meringkuk.
Tidak ada seorang pun yang muncul di jalan kecil itu.
"Satu hari lagi tanpa seorang pelanggan," Bu Fang mengemukakan pikirannya dengan keras dalam hati sewaktu dia mendongakkan kepala dan menguap.
Si anjing hitam besar berbaring di lantai, dia menoleh ke arah Bu Fang sebelum kembali melakukan apa yang tadi dia lakukan.
Tepat ketika Bu Fang akan tertidur, terdengar langkah–langkah kaki yang membangunkannya. Dengan mengantuk dia membuka matanya dan melihat seorang pria muda tampan lewat. Dia mengenakan baju ketat untuk berlatih ilmu bela diri.
"Huh? Ada ya orang yang bodoh yang membangun restoran di jalan kecil di mana tidak akan ada orang lewat?"
Pria muda itu sebetulnya tampan, wajahnya berbentuk oval, matanya lebar dan ekspresif dan bibirnya merah. Jika bukan karena dadanya yang datar dan jakunnya yang menonjol, Bu Fang akan berpikir dia adalah seorang gadis yang sedang menyamar.
Di dunia fantasi, para gadis sering kali menyamar sebagai pria.
Pria muda tampan tersebut sepertinya tertarik dengan restoran yang buka di jalan kecil dimana tidak ada seorang pun yang lewat. Dia benar–benar berjalan menuju restoran.
Namun, Bu Fang tidak beranjak dari tempatnya, dia masih duduk. Walaupun pria tersebut telah memasuki restoran, dia belumlah menjadi pelanggan selama dia belum memesan makanan. Bu Fang tahu bahwa untuk menjadi pelanggan, mereka harus membayar harga yang tidak masuk akal untuk makanan–makanan dari restoran itu.
Seperti telah terduga, ketika pria muda tampan tersebut melihat harga–harga yang terpampang di menu, matanya yang sudah lebar menjadi lebih lebar lagi, terdengarlah jeritan memekakkan telinga yang menggema ke seluruh jalan kecil yang sepi.
"Astaga Tuhan! satu porsi Oseng–oseng Sayur seharga seratus koin emas? Dan masakan Nasi Goreng Telur seharga satu kristal? Apakah kamu sudah tidak waras karena keserakahanmu?"