webnovel

Menertawakan Sunyi | Pukul 23.23

Ketika mobil dengan pelat nomer B 91 NO ada di tempat tidak berpenghuni itu, artinya sebuah pertandingan segera dimulai. Bangunan yang sudah lama dibiarkan begitu saja, menjadi tempatnya melampiaskan segala emosi. Bahkan jika tidak ada lawannya, dia sengaja membayar orang hanya untuk meladeninya bertinju. Atau sekedar bermain basket sampai energinya benar-benar terkuras.

Malam ini amarah Gino bisa dibilang hampir meledak. Ada satu perempuan yang selalu berhasil membuatnya marah. Maya. Ya, memangnya siapa lagi yang selalu memancing amarahnya selain Maya. Kepalanya seperti mau pecah. Perempuan itu benar-benar semakin merusak kedamaian hidupnya.

Lima menit setelah sampai, dia mengeluarkan bola basket dari dalam tasnya. Dia mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan T-shirt nya, hanya tinggal celana jeans hitamnya.

"Hanya basket untuk malam ini?" Tanya seorang lelaki tak lama setelah Gino memasukkan bola ke ring basket.

Tidak ada jawaban. Dia hanya melemparkan bolanya ke dada lelaki bertubuh atletis itu. Namanya Aldo. Iya, dia adalah orang bayaran yang selalu siap sedia meladeni amarah Gino dalam permainan basket atau bahkan boxing, kapan pun Gino mau.

Ini bukanlah pertandingan resmi yang memperebutkan juara. Yang mana siapa pemenangnya akan mendapatkan hadiah, medali, atau pun piala. Ini hanyalah pertandingan abal-abal untuk kesenangan semata yang sengaja dibuat oleh Dean Gino Abiyaksa. Pewaris tahta Abiyaksa Holding Company. Sebuah tindakan yang jika keluarganya tahu, pasti akan mendapat masalah. Khususnya Wilan. Jika Papanya itu tahu, Gino pasti tidak akan mendapat ampun darinya.

"Orang kaya yang aneh," ucap Aldo di sela-sela permainan basket mereka.

"Kenapa?"

"Lo banyak uang. Bisa beli apa pun yang lo mau. Lo juga bisa keliling dunia, ke tempat mana pun yang ada di dunia ini dengan gampang. Kenapa lo malah milih nyakitin diri lo sendiri setiap kali ada masalah? Atau setiap kali lo marah."

"Itu bukan urusan lo. Lakuin aja apa yang gue mau. Dan jangan sampai ada orang dari keluarga gue yang tau tentang semua ini."

Aldo mengangguk paham. Sejauh ini, selain Aldo, yang tahu tempat tersembunyi itu adalah Serena. Sisanya yang orang-orang tahu Gino adalah anak dari pemilik perusahaan raksasa Abiyaksa. Sudah. Sampai disitu. Mereka tidak tahu apa saja yang dilalui oleh putra mahkota itu dalam kesehariannya, terutama dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Orang-orang juga tidak tahu bagaimana ombak di dalam keluarga Abiyaksa. Karena selama ini yang publik tahu hanyalah cerita kesuksesannya dalam membangun kerajaan bisnis.

Hampir 2 jam Gino dan Aldo bermain basket tanpa henti. Keringat mengucur deras di badan Gino dan Aldo. Napas mereka juga mulai ngos-ngosan. Terlalu fokus dalam merebut bola, bahkan membuat Gino sampai terjatuh. Lehernya tergores sesuatu sampai terluka.

"Sorry, sorry."

"It's ok."

"Leher lo luka."

Gino memegang tepat di lehernya yang luka. Tapi ekspresi wajahnya mengisyaratkan bahwa itu bukanlah masalah yang serius. Hanya luka kecil. Tidak sebanding dengan luka yang ada di dalam hatinya selama ini.

Gino merebut kembali bolanya. Dan mengakhiri pertandingan tanpa poin. Ya, sekali lagi bukan kemenangan yang dia cari. Tapi pelampiasan amarah.

Sebelum pulang, dia memberi Aldo sebuah amplop coklat, yang tentunya itu berisi uang. Sebagai bayaran untuk Aldo karena sudah selalu bersedia diajak kerja sama. Dan menjaga rahasia diantara mereka. Karena sejauh ini keluarga Abiyaksa belum ada yang tahu tempat itu. Mereka berpikirnya bahwa Gino pergi ke tempat Boxing resmi.

Aneh. Saat ada masalah, saat amarahnya muncul, saat kecewa, Gino akan merasa lega dan puas setelah dia berhasil menyakiti dirinya sendiri. Dia seperti tidak tahu dimana dan bagaimana cara meluapkan amarahnya, kekesalannya, kecewanya.

Secara logika, jika orang-orang diluar sana tahu apa yang terjadi dengan Gino dan diminta pendapat, sebagian besar dari mereka pasti akan bilang bahwa kehidupan yang dimiliki Gino adalah impian banyak orang. Dan seperti yang Aldo bilang, Gino bisa memanfaatkan kemewahan yang dia punya untuk kesenangannya. Bahkan bisa dipastikan dimana dia berada pasti akan mendapatkan privillage dari orang-orang. Apalagi jika dia mau mengikuti aturan-aturan keluarganya. Semua akan mudah dia dapatkan. Tapi Gino memilih jalan yang berbeda. Bahkan kalau bisa, jangan sampai orang-orang tahu bahwa dia adalah Putra dari Wilantara Abiyaksa. Sebisa mungkin dia menyembunyikan nama belakangnya.

Ada banyak hal yang tidak bisa diceritakan dengan mudah. Ada banyak luka yang belum sembuh. Terus-terusan terpendam dan menumpuk di dalam hatinya. Luka yang menganga itu seolah tertawa dalam sunyi.