webnovel

The Way Of Love Season 1

What happens if we, who have designed dreams perfectly, are changed by fate? I will not just let him go, he is my new destiny, I will fight for my love for him. Even though there are many obstacles that I have to face to stay with you.

Minatozaki_Avrile · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
8 Chs

Senyuman

"Segarnya" Anastasya merentangkan kedua tangannya sembari tetap berlari-lari kecil.

Kak Jess mengeluarkan kamera yang sejak tadi ia bawa untuk sekedar mengabadikan momen bersama "Foto-foto yuk, buat kenang-kenangan" ajak kak Jess. Kami segera berpose dengan berbagai macam gaya.

Karena sudah berlari cukup lama, kak Jess mengajak kami kewarung pinggir jalan yang menjajakan bubur ayam.

"Bu, bubur ayamnya 4 ya sama es teh...."

"Kak, adek engga makan, perut adek lagi nggak enak jadi teh anget aja" cegahku sebelum kak Jess melanjutkan pesanannya.

"Tetep makan kali dek, malah tambah sakit nanti kalau nggak diisi makanan" balas kak Jess sedikit memaksa.

Aku masih bersikukuh untuk menolak kak Jess "Yaudah kak Jess, gue juga nggak makan, sama kaya dia teh anget aja" ucap Aidil ikut-ikutan.

"Yaudah bu, bubur ayamnya dua aja ya, terus es teh 2 sama teh angetnya dua" pesan kak Jess kembali.

Entah kenapa badanku tiba-tiba saja merasa tidak enak, kepalaku juga sedikit pusing. Selesai makan kak Jess mengajak kami untuk lomba berlari, tentu saja kak Jess sudah berlari duluan sedangkan Anastasya berusaha mengejar kak Jess. Tadinya aku ingin ikut lari namun entah kenapa pusing dikepalaku datang lagi.

"Lo nggak papa? Wajah lo kok tiba-tiba pucet gitu?" tanya Aidil khawatir melhatku terduduk dijalan.

Aku bersyukur Aidil belum lari meninggalkanku, jadi setidaknya masih ada Aidil yang bisa menolongku jika terjadi apa-apa "Gue nggak papa ko, mungkin tadi kecapean aja. Gue pengen istirahat dulu"

"Entar kalau kak Jess nyariin gimana? Pasti dia khawatir sama lo, lo masih kuat jalan kan?" bisa kulihat jelas kekhawatiran diwajah Aidil.

Aku menggeleng pelan "Nggak tau, gue pusing"

Tiba-tiba Aidil berlutut didepanku, jantungku mulai berdetak tidak karuan "Yaudah cepetan naik" perintahnya.

"Ehhh?" aku semakin bingung ingin membalas apa, tidak ada yang bisa kulakukan selain melamun dengan wajah polos.

"Naik" ulangnya dengan suara malu-malu. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima tawaran baik dari Aidil.

Di perjalanan menuju vila aku hanya bisa diam, suasana seketika menjadi canggung wajahku memanas mengingat perlakuan Aidil kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka Aidil akan menggendongku seperti ini apa-apaan nih? Dia gendong gue dan gue setuju-setuju aja? Gila... udah nggak waras banget nih gue umpatku dalam hati.

"Berat ya gue?" tanyaku memecahkan keheningan, berlahan tapi pasti wajahku berlahan berubah memerah.

"Lumayan sih" balas Aidil sembari tetap menarik nafas dalam-dalam.

"Maaf ya gue udah ngrepotin lo dua kali"

"Udah biasa lo ngrepotin gue, nggak usah diungkit-ungkit juga kali"

"Ha? Beneran ya gue sering ngrepotin lo?"

"Haha... bercanda kali, serius amat"

"Lo receh banget sih apa-apa ketawa"

"Yang penting gue bisa ketawa tuh, daripada lo"

"Gue kenapa? Gue juga bisa ketawa kali"

"Kalau gitu, kenapa lo jarang banget ketawa. Jangankan ketawa senyum aja gue jarang liat"

"Iya juga ya? Mungkin karena nggak ada yang bisa bikin gue ketawa ceria, selain kaka Jess"

"Gue jadi pengen coba bikin lo ketawa"

"Lo yakin? Gue nggak sereceh lo"

"Kita liat aja nanti"

Tiba-tiba saja Aidil menurunkanku ditengah-tengah jalan "Lo turunin gue disini?" tanyaku agak terkejut.

"Bentar lagi sampai divila, gue nggak mau kak Jess berpikiran aneh-aneh. Kayaknya lo juga udah sembuh kan?"

Aku mengangguk-angguk tanda mengerti "Makasih ya"

"Sama-sama, kalau nanti gue bisa bikin lo ketawa. Kabulin satu permintaan gue, deal?" tanya Aidil sembari mengarahkan tangannya kepadaku.

Aku masih terdiam, sikap Aidil membuat jantungku tidak sehat "Deal?" tanyanya memastikan. Karena aku tidak kunjung menjabat tangannya, dengan paksa Aidil meraih tanganku dan meletakkan diatas tangannya.

Aku dan Aidil memutuskan untuk kembali berjalan menuju vila, sesampainya disana kulihat kak Jess dan Anastasya yang sudah menunggu kami dengan raut wajah khawatir "Hai, maaf ya lama" sapaku kepada mereka.

"Kalian lama banget sih, ngapain aja tadi selama diperjalanan?" tanya Anastasya dengan senyuman jahilnya.

"Nih, si bawel minta istirahat dulu tadi, jadi gue tungguin dia deh" jelas Aidil sembari menepuk pundakku pelan.

"Iya-iya salah gue, tadi gue capek banget jadi terpaksa istirahat dulu deh" balasku.

"Adek nggak papa beneran kan?" tanya kak Jess dengan raut wajah khawatir.

"Nggak papa kok kak, tadi adek sempat nggak kuat jalan tapi Aidil bantuin adek ko. Makasih ya Dil"

"Makasih ya Dil, lo udah jagain adek gue tadi" ucap kak Jess.

"Sama-sama kak"

Karena lemas aku memutuskan untuk sarapan menggunakan mie instan, memang tidak sehat jika diliat. Namun dikulkas hanya tersedia makanan-makanan kaleng dan beberapa mie saja. Selesai makan dan menunggu sisa makanan turun aku memutuskan untuk berganti baju karena setelah ini aku akan berenang bersama Aidil.

Kulihat Aidil yang tengah berenang dengan semangatnya memutari kolam, saat ia melihatku, kulambaikan tanganku dengan senyuman manis untuk menyapanya "Mau sekarang?" tanya Aidil sembari mendatangiku dipinggir kolam.

"Boleh, nggak sabar nih pengen berenang lagi" balasku semangat.

Aidil menyuruhku untuk duduk ditepi kolam dahulu karena ia akan menjelaskan beberapa gerakan dasar berenang "Oke, gerakan yang pengen gue ajarin itu gaya katak, gaya katak juga bisa dikatakan teknik dasar dalam berenang"

"Posisi awal gaya katak itu kedua tangan lurus diatas kepala, dengan kedua telapak tangan yang saling bertemu dan saling menempel. Terus habis itu tarik tangan kesamping kanan dan kesamping kiri selebar bahu...."

"Selebihnya tarik kebawah lalu tangan kembali diluruskan"

Selain menjelaskan secara teori Aidil juga segera memperagakan gerakan tersebut berkali-kali, aku sungguh terhibur dengan caranya mengajarkanku tersebut.

"Paham kan?" tanya Aidil memastikan.

"Lumayan paham sih, langsung praktek aja nih?" Aidil membalasnya dengan anggukan kepala, berlahan tapi pasti aku mulai menenggelamkan seluruh badanku kedalam kolam.

Saat ini Aidil masih memegangi sebelah tanganku karena aku masih belum bisa berenang, sedangkan tanganku yang satunya kugunakan untuk berpegangan pada tiang yang ada dipinggir kolam.

"Gue lepas, kuncinya jangan panik oke?" aku menggeleng keberatan, bagaimana bisa ia akan melepaskanku dikolam sedalam ini.

"Gue takut" lirihku.

"Kalau lo takut terus, lo nggak akan bisa maju tutup mata lo rapat-rapat. Jangan panik kuncinya oke? Lo pasti bisa, gw janji bakalan jagain lo dengan baik"

Aidil tak henti-hentinya berceramah jika aku melakukan kesalahan selama berenang, ada sedikit rasa senang karena dalam waktu singkat aku langsung bisa berenang, aku rasa Aidil adalah guru yang baik. Senyuman diwajahku melebar saat mendapati Aidil selalu saja mendampingiku kemana pun aku akan berenang.

"Nah, gimana bisa kan? Jangan takut makannya" ujar Aidil sembari mengusap rambutku yang basah kuyup.

Seketika wajahku memerah menahan malu "Apaan sih? Biasa aja kali" gengsiku sembari menyingkirkan tangan Aidil.

"Gue minum dulu ya haus nih"

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Minatozaki_Avrilecreators' thoughts