webnovel

The Prince of Curse

Auteur: Cut_Ara
Fantaisie
Actuel · 108K Affichage
  • 30 Shc
    Contenu
  • 4.9
    25 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Kutukan itu di juluki "Pangeran Penempuh Masa" dalam dunia yang penuh misteri, sejarah yang tak pernah tertulis. Misi untuk mencari kebenaran tentang siapa dirinya tidak pernah jelas. Seperti mesin waktu, dunia berubah dalam sekejap di waktu yang sama. Manusia 5 musim menjadi petunjuk untuk mengungkapkan kebenaran di masa lalu dan masa depan. Sihir adalah sumber dari segalanya. Dibalik misterinya hidup, kisah asmara juga mempengaruhi dunia yang di tempuh. Akankah cinta itu nyata? *Cut Ara*

Étiquettes
6 étiquettes
Chapter 1Moin-Moin

Moin-Moin lari dari siapa yang mengenalnya. Emosinya seakan ingin menerkam semua mangsa yang meliriknya. Hati yang tertutup telah menguasai dirinya, baginya hidup adalah ketidakadilan. Berlari dan terus berlari dari kenyataan, mengingat seseorang yang dipercayainya telah berkianat. Aku tahu perasaan itu, karena aku...

"Aaaaa..." Moin-Moin melepaskan nada kehancuran, sekuat tenaga.

Melarikan diri dari kota kelahiran, memasuki hutan liar yang tak takut akan bahayanya binatang buas, tanpa peduli nanti hidup atau mati, baginya semua telah berakhir.

Puksss!

"Aaaaa..."

Moin-Moin jatuh ke jurang yang dalam, lembab dan gelap tanpa cahaya. Dia mungkin tidak dapat melihat apapun, tapi aku melihatnya dengan jelas. Semua yang aku lihat adalah apa yang di lihat Moin-Moin yang tak dapat di lihat.

Seketika cahaya menyala, pantulan sinar yang tajam menusuk bola mata Moin-Moin. Merindingnya tubuhku yang tak terwujud, menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Di sana, seorang nenek tua berjalan menghampiri Moin-Moin. Nenek itu berjalan perlahan dengan tongkat di tangan kirinya, tangan kanannya terlipat di belakang pinggang dengan badan yang membungkuk, mata yang fokus menatap tajam, hidung yang mancung dan bibir keriputnya yang tersenyum lebar. Semakin dekat langkah kakinya, tubuhku semakin terasa hidup. Moin-Moin menghela nafas panjang dan terjatuh pingsan.

"Hh... hh... aku dimana?"

"Bangun juga kamu, Nak!" ucap Nenek tadi.

Nenek itu duduk di sebelah Moin-Moin. Moin-Moin panik dan ketakutan.

"Tidurlah sejenak, Nak!" Dia tersenyum lagi, dia mulai mendekati Moin-Moin.

"Tidak... tidak, jangan mendekat! Pergi..." jerit Moin-Moin ketakutan.

Nenek itu terus mendekat dan semakin mendekat, bahkan keringat Moin-Moin tak berhenti bercucuran.

"Ini, makanlah!" Ternyata nenek itu hanya ingin memberinya sebuah bola sekecil kelereng, tapi dia menyuruh Moin-Moin memakannya, mana mungkin bola bisa di makan.

"Tidak, aku tak mau memakannya!" tegas Moin-Moin.

"Jika kau memakannya, maka kehidupan yang kau mimpikan akan terwujud. Mimpi yang begitu indah dari kenyataan hidupmu yang pahit."

"Bagaimana kau tahu?" heran Moin-Moin.

"Dan aku juga tahu, bahwa hatimu terkutuk."

Dan sekarang kalian mengenalku, inilah aku 'sebuah kutukan'. Lebih tepatnya Moin-Moin terkutuk sebagai manusia tanpa cinta, dan akulah kutukan itu.

Sebelum Moin-Moin melarikan diri dan memasuki hutan liar. Seseorang yang dipercayainya adalah bibinya. Sejak aku hidup di hati Moin-Moin, kehidupan Moin-Moin hanya bergantung pada bibinya. Tidak seperti manusia lainnya yang kulihat di sekitar Moin-Moin, orangtua adalah kehidupan mereka. Bagiku Moin-Moin adalah manusia tersabar, tidak peduli apa pendapat mereka yang mengatainya anak yatim-piatu.

Hatinya pernah berbisik padaku. "Orangtua adalah segalanya. Aku tidak tahu seperti apa wajah ibu dan ayahku. Semua yang ku ingat tentang mereka tidak ada. Bibi bilang setelah kelahiranku dialah yang mengasuhku. Aku bersyukur karna bibi tidak meninggalkanku, dia telah berjanji padaku. Terkadang aku merasa tertekan, bibi selalu mabuk di malam hari, dia terus ketakutan, katanya dia terlibat kasus koropsi. Aku tidak pernah berhenti menangis dan berdoa, semoga bibiku selalu aman dan tetap bersamaku." Itulah bisikan Moin-Moin yang menyentuh hatiku, meski awalnya aku tidak tahu, apa itu orangtua? Bahkan, sekarang pun aku tidak begitu yakin.

Masih di hari sebelumnya, sepulang dari sekolah, tepat di hadapan Moin-Moin adalah tragedi bibinya yang bunuh diri. Saat itulah Moin-Moin melarikan diri ke hutan sambil menangis, terasa telah di khianati oleh janji bibinya. Bibinya bunuh diri tanpa memikirkan nasib Moin-Moin yang malang. Lantas, apa yang akan dilalui gadis 10 tahun ini?

"Tidak mungkin. Aku, heks... heks..." tangis Moin-Moin.

"Dengarkan aku anak manis, kau tahu apa yang menyebabkan hidupmu terasa tidak adil? Yaitu kutukan di hatimu. Jika kau memakan bola ini, maka seperti yang aku katakan sebelumnya, kehidupan yang kau mimpikan akan terwujud, kehidupan yang tenang dan damai, tanpa siapapun yang memandangmu rendah dan bagusnya lagi di kehidupanmu yang baru penuh dengan cinta. Karena itu, kutukanmu harus menghilang!" Tidak, aku pasti salah mendengarnya. Aku, menghilang?

Moin-Moin menjulurkan tangannya perlahan pada bola itu dan berbisik padaku, "Haruskah aku memakannya? Bagaimana jika dia menjebakku, mungkin saja ini bola beracun yang mematikan." Aku senang Moin-Moin memikirkan hal itu, dan dia melanjutkan, "Tapi ... aku sudah lelah dengan hidup. Aku tidak perlu tahu apa yang akan terjadi nantinya, yang terpenting ini tidak ada ruginya bagiku." Moin-Moin mengambil bola itu dengan cepat.

Jangan gegabah Moin-Moin, pikirkan aku, aku tidak pernah jahat padamu. Walaupun aku hanyalah kutukan, tapi aku punya perasaan. Sekarang aku mengerti maksud dari orangtua, yaitu tempat dimana mereka berteduh, tempat mereka merasa nyaman, tempat mereka berbagi berbagai rasa. Dan bagiku, kaulah Moin-Moin, orangtuaku. Bukankah begitu? Entalah perasaan ini nyata atau tidak, tapi aku mohon, jangan memakannya!

Kelihatannya nenek itu bukan manusia biasa. Moin-Moin mulai percaya padanya. Moin-Moin memegang bola ajaib itu dan mulai memakannya dari ujung ke ujung. Terlihat seperti memakan jeli, padahal bolanya terlihat keras seperti logam. Setelah Moin-Moin memakannya rasanya leher belakangku begitu sakit, tidak... tidak... sakit sekali rasanya!

Seketika segelanku mulai terbuka, tubuhku mulai tembus pandang, sudah saatnya aku pergi ke dunia baru, mungkin dunia yang keji atau dunia tanpa siapapun. Aku bertahan dari rasa sakit dan air mata.

***

... dimana aku? Tunggu, apa ini ... tubuh manusia?

Seketika selembar daun jatuh dari atas langit. Huruf-huruf muncul dari daun itu, seperti memberi sebuat petunjuk. Daun itu tertulis...

"Sekarang aku adalah manusia. Namaku Violet, wanita 16 tahun dengan rambut ikal ungu, kelemahanku adalah kecemburuan."

Apa ini? Aku tidak mengerti. Sekarang aku seorang manusia, manusia, manusia? Dua tangan, dua kaki, wajah yang mulus, rambut yang indah, aku juga bisa berbicara dari bibir ini. Benar, sekarang aku adalah manusia. Coba aku tes berbicara pada seseorang, mungkin aku ini tidak nyata. Atau mungkin aku berada di dunia yang pernah aku mimpikan, tapi ... aku tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang wanita, aku ingin menjadi pria yang tangguh dan tampan. Oh, sepertinya di sana ada manusia.

"Hallo! Apa kau bisa mendengarkanku?" tanyaku pada seorang kakek, dengan gerobak kayunya.

Sepertinya dia tidak bisa mendengar, jadi benar ya, ini dunia mimpi.

"Menyebalkan ..." (berteriak).

"Hah, siapa di sana?" kakek itu mulai terkejut. Bagaimana dia bisa mendengarku, tadi tidak.

"Kakek, dengar aku?" tanyaku.

"Siapa? Coba berbicara lebih keras, aku tidak bisa mendengar!" jawabnya mencari keberadaanku.

Ternyata dia bisa mendengarku, hanya sedikit tuli. Akhirnya aku jadi manusia sungguhan, ini bukan mimpi. Aku sangat senang dan melompat-melompat, hanya ingin mengetes kaki.

Selembar daun terjatuh lagi padaku dan tertulis. "Lakukan misimu, jika kau tidak ingin menghilang!" Apa maksudnya? Selembar daun jatuh lagi dan tertulis. "Pergilah ke rumah penyihir itu dan cari kebenaran." Aku masih tidak mengerti, cari kebenaran? Kebenaran tentang apa?

"Hei daun! Beri petunjuk lagi, kebenaran tentang apa yang harus ku cari?" aku bertanya pada daun yang diam. Tidak ada jawaban ataupun jatuhnya daun baru. Oh, di sana ada daun jatuh, tapi tidak tertulis apapun.

"Hei ... kau tidak dengar aku?" tanyaku lagi. Tiba-tiba angin bertiup kencang, sepertinya aku membuat para daun marah.

"Baiklah, baiklah. Aku pergi mencari kebenaran," kataku dengan suara merendah.

Aku pergi ke mana angin menghembus. Beberapa daun terbawa oleh angin. Aku mengikutinya hingga seberangan sungai. Aku melihat dari kejauhan, di sana adalah tempat aku menghilang, rumah nenek itu. Tunggu, jadi nenek itu adalah penyihir. Tidak bisa dipercaya, aku harus menolong Moin-Moin dari pengaruh penyihir itu.

Sehelai daun jatuh padaku, tertulis "Ingat, misimu hanya mencari kebenaran, bukan melibatkan dirimu, yang pada akhirnya dapat menghilangkanmu." Melibatkan apanya, dari tadi tulisannya tidak masuk akal. Baiklah, saatnya melakukan tugas.

***

Vous aimerez aussi

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
89 Chs

Lucy's F(r)iend

“Bagaimana jadinya kalau, hampir setengah dari populasi di dunia adalah manusia Iblis?” Sebuah fenomena alam tiba-tiba terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia. Beberapa gunung api aktif memuntahkan asap hitam yang sangat pekat, lalu asap itu membumbung tinggi dan menyelimuti hampir seluruh permukaan bumi. Menimbulkan kepanikan masal dan sebagian besar orang-orang mulai berperilaku aneh. Seolah dirasuki oleh roh jahat. Bola mata mereka jadi berwarna merah menyala, taring mereka juga tampak keluar dan tajam. Selain itu, wujud mereka juga berubah jadi sesosok monster yang mengerikan. Mereka memangsa setiap orang yang ada di hadapannya tanpa terkecuali. Sehingga menimbulkan kekacauan dan kehancuran di mana-mana. Dan mereka pun dijuluki sebagai manusia Iblis. Kekacauan tersebut, memaksa setiap negara untuk mengerahkan kekuatan militer untuk menghentikan mereka. Hanya saja, mereka sangat keji dan haus darah. Mereka terus melakukan penyerangan tanpa henti meski dalam keadaan terluka. Karena, selain memiliki ketahanan tubuh yang luar biasa. Mereka juga mampu memulihkan luka yang mereka terima dengan sangat cepat. Yang membuat mereka jadi tidak terhentikan. Karena hal tersebut, kekacauan pun berlangsung selama puluhan tahun, dan mengakibatkan hampir setengah populasi manusia di seluruh dunia didominasi oleh mereka. Sampai akhirnya para petinggi negara di dunia menerbitkan sebuah kebijakan. Yaitu, mengakui mereka sebagai ras manusia yang baru, yaitu Hybrid Human, dan memberi mereka hak seperti manusia pada umumnya. Kebijakan tersebut pun diterima dengan baik oleh sebagian besar dari mereka. Termasuk Lucy, yang sudah lelah dengan kehidupan gelapnya. Hanya saja, timbul diskriminasi di masyarakat terhadap mereka semua, yang membuat mereka kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan mau pun memiliki pasangan yang bukan sesama Hybrid Human. Bagaimana Lucy dalam menghadapi semua itu? Rintangan apa saja yang menanti Lucy di depan sana? Dan apakah ia menemukan sesuatu yang membuat hidupnya berubah jadi lebih baik?

EjeS · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
214 Chs

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau
Cut_Ara
Cut_AraAuteur

Cut_Ara
Cut_AraAuteur
zinzinxiran
zinzinxiranLv1
Yudha_Pradifta
Yudha_PradiftaLv1
Ridha_cbx
Ridha_cbxLv1
Taykoo_sabe
Taykoo_sabeLv1
fakhrul_ikhsan
fakhrul_ikhsanLv1
Cut_Intan_2257
Cut_Intan_2257Lv1
arin_genzu
arin_genzuLv1
hilmi_azuhra
hilmi_azuhraLv1
Yudha_Pradifta
Yudha_PradiftaLv1

SOUTIEN