Langkah Claire terhenti saat jalannya di halangi oleh orang yang baru saja di kenalnya. Claire menatap tanpa ekspresi, bibirnya rapat seolah tidak ada kata yang harus dia keluarkan.
"Mau kemana lo?"
Claire menghela napas. "Ke kelas."
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo."
"Silahkan."
"Jangan di sini."
Claire kembali menjawab. "Ga bisa."
"Ini penting, ikut gue."
Claire menepis cekalan kasar dari orang tersebut. "Jangan maksa."
Lidia, si pelaku yang menghalang jalan Claire mendengus sebal. Kekhawatirannya sedari kemarin terus menghantui isi pikirannya. Lidia takut jika Claire bermain di belakangnya karena mempunyai dendam atas sikap kasar Lidia terhadap cewek itu.
"Kamu tenang aja. Aku ga seburuk yang kamu kira." hardik Claire meneliti gerak-gerik Lidia yang menunjukkan kecemasan.
Dengan susah payah Lidia menelan ludah. Claire pasti sudah mengerti apa yang akan menjadi maksud tujuannya. Lidia semakin pucat. Bisa saja Claire berbicara seperti itu karena hanya ingin Lidia tidak memberontak. Sewaktu-waktu Claire pasti akan membeberkan masalah aib keluarganya.
"Awas kalau lo macem-macem sama gue!" Lidia melongos pergi dengan guratan sebal.
Claire kembali menghela napas halus. Setelah kebocoran dari sifat asli pacarnya, Claire kira Lidia akan berubah. Tetapi ternyata Claire semakin di pandang buruk saja. Padahal seharusnya Lidia bersyukur bisa mengetahui bagaimana lemesnya mulut manis pacarnya.
Nyatanya Lidia hanya di jadikan uang berjalan.
"Bahkan mereka yang aneh."
"Siapa?"
Claire memutar tubuhnya ke belakang. Selain gangguan dari para makhluk tak kasat sepertinya ada satu orang lagi yang membuat Claire merasa terganggu.
"Gue aneh?"
"Emangnya merasa?" Claire berbalik tanya dengan tatapan tajamnya. Mungkin sikapnya sedikit membuat orang lain tidak suka tetapi itu adalah hal yang bisa membuat Claire nyaman untuknya.
Vero mendeham sambil mengangguk ragu. "Lo bener, sih."
Claire menautkan alis kecil. Kenapa cowok itu membetulkan? Padahal ucapannya tadi tertuju pada Lidia dengan kebetulan Vero tak sengaja mendengarnya. Cowok itu salah paham atau memang merasa dirinya seperti itu? Claire tidak salah dengan lontarannya kan?
"Btw, lo mau kemana?"
"Ke kelas."
"Gue anterin, ya."
Claire menggeleng cepat. "Lebih baik urus dua temen kamu yang kepo itu, tuh." tubuhnya kembali memutar dan bergegas pergi meninggalkan Vero di tempatnya.
Entah sudah berapa kali tolakkan untuk Vero. Padahal niat cowok itu hanya ingin menjadikan Claire temannya. Tetapi kenapa murid baru itu seolah menutup dirinya enggan berurusan dengan orang lain? Vero seakan tidak di ijinkan menjadi salah satu temannya di sana.
"Kenapa lagi, Bro?"
Vero menatap malas temannya. "Lo berdua bisanya ngejek gue."
Bagas dan Doni saling melirik dengan kekehan pelan. "Bukan begitu, Ver. Tapi kayaknya lo perlu bantuan dari kita kalau mau deket sama itu cewek."
Vero mendesis. "Yakin bisa emang?"
Bagas tertawa sombong. "Tenang, Ver. Setelah jam istirahat nanti gue bakal ada sesuatu yang udah di siapin. Itu cewek di jamin bakal nyamperin lo duluan."
>>>>>>>
Vero tidak tahu apa yang akan di lakukan oleh kedua temannya. Mereka berdua tidak akan berbuat aneh pada Claire kan? Bagas dan Doni lebih dulu pergi dari kelasnya, meninggalkan Vero yang tidak menyadarinya. Sesuai dengan ucapan sebelumnya.
Vero mulai mencari keberadaan orang yang saat ini tidak di sampingnya. Pirasatnya mulai tidak enak mengenai dua temannya. Dia tidak pernah yakin dengan ucapan Bagas dan Doni yang bilang bisa menaklukan Claire yang dingin melebihi es.
"Kenapa di area sekolah ga ada, ya?" gumam Vero dengan raut bingung. Biasanya kalau bukan di tempat tongkrongannya, Bagas dan Doni pasti ada di taman namun apakah mereka menemui Claire di tempat yang tidak Vero tahu?
Tetapi biasanya cewek itu pun sering kali berjalan di arah koridor. Kenapa tidak ada juga batang hidungnya? Apa Bagas dan Doni menemukan dan mereka membawa Claire? Pikiran buruk mulai Vero rasakan. Jika seperti itu kemana dua temannya membawa Claire pergi?
Vero berlari menyusuri, mencoba untuk lebih teliti mencari. Cowok itu hanya takut jika Claire terjadi sesuatu karena Bagas dan Doni. Saat kakinya melangkah berbelok ke arah barat, Vero menarik napas dan mengaturnya. Dia menatap orang yang sedang berjalan dari arah depan.
"Claire." ucapnya pelan.
Orang yang sedang Vero cari menyodorkan sesuatu ke hadapannya. "Aku ga suka baca."
Vero jelas kebingunangan sambil menautkan alis. "Sejak kapan buku novel gue ada di tangan lo?"
"Temen kamu bilang kalau buku ini dari kamu."
Sudah Vero duga ternyata memang dua temannya yang jahil. Sebelumnya Vero tidak sadar juga bahwa buku yang sangat dia sukai itu telah di ambil oleh tangan temannya sendiri. Vero mengambil bukunya saat sodoran dari lengan Claire masih terulur.
"Ini ide mereka. Gue ga pernah ngasih buku ini ke mereka dan mikir buat kasihin ke elo." terang Vero seolah menyangkal ucapan Claire.
"Tahu."
Vero mendengus kecil. Bahkan cewek di depannya ini tahu cara pikir Bagas dan Doni sebelum Vero bertindak. Cowok itu hanya tidak ingin Claire salah paham padanya. Mengingat sikap Claire yang tidak bersahabat membuat Vero tidak ingin lebih di nilai buruk.
"Tapi kalau lo mau juga ga pa-pa."
Claire menggeleng. "Buku itu ada kenangan tersendiri. Makannya kamu sangat menjaganya selain … takut hilang."
Vero tercenung. Gara-gara ulah Bagas dan Doni satu rahasianya di ketahui orang. Padahal selama ini Vero sangat melindungi buku itu agar tidak rusak. Claire merasakannya saat menerima buku itu dari dua temannya. Kini orang lain tahu walau hanya satu orang tetapi Vero merasa rahasia yang dia simpan bocor begitu saja.
"Aku akan menutup rasa tahu itu."
Vero menatap. "Ini satunya-satunya buku yang dulu gue mau dan kebetulan bokap gue kasih pas hari ulang tahun. Jadi ini berarti banget buat gue." terangnya.
Claire paham. Vero menjaga buku yang sudah nyaris lima tahun di simpannya sama sekali tidak ada debu atau hal yang pasti dapat merusak. Vero sangat-sangat melindungi bukunya hingga tidak ada satu orang pun yang menyentuhnya selama ini kecuali dirinya saja.
Namun Bagas dan Doni sudah mencuri darinya diam-diam tanpa sepengetahuannya. Mereka tidak berani meminjam karena memang Vero pernah mengancam jika mereka sedikit saja menyentuh maka Vero akan berbuat segan. Tetapi sekarang justru dua cowok itu sudah melakukannya paling tidak habis pikir, mereka berdua berniat di berikan pada Claire atas ucapan Vero sendiri.
Padahal semua itu sama sekali tidak benar.
"Aku ngerti keadaan kamu."
Vero menundukkan kepala. Otaknya memutar kembali kenangan yang dulu bersama dengan Papa nya. Vero merasa begitu rindu, namun Vero tidak tahu harus kemana mencari orang tua yang sudah merawatnya hingga sebesar sekarang.
"Gue sedih karena dia ga pulang-pulang setelah tahu kalau … nyokap selingkuh."