webnovel

The Lost Love

Banyak orang bilang, hubungan yang berada dalam status long distance (jarak jauh) yang konon selalu menjadi suatu ancaman hubungan akan mudah berakhir, namun nyatanya tidak semua benar demikian. Lalu bagaimana hubungan itu akan berjalan dengan akhir yang indah, setelah bertaburan dengan kata-kata manis, kepercayaan, kejujuran dalam waktu yang begitu sangat panjang? Jika nyatanya dua sejoli yang kini sedang menjalani hubungan itu tengah memiliki perbedaan keyakinan yang begitu kuat sebagai makhluk yang beragama. Mencoba untuk melawan dengan mengatasnamakan cinta yang begitu dalam di hati mereka, yang tumbuh tak terduga sejak pada pandangan pertama. Karena sejatinya cinta yang sesungguhnya, tak pernah mengenal status, suku, adat, atau ras sekalipun. Ini adalah tentang hati yang tidak bisa kita kendalikan kepada siapa akan berlabuh, mencoba untuk tetap bertahan dan menjalani skenario Tuhan yang mereka percayai telah di takdirkan untuk mereka yang akan memulainya. Lantas bagaimana akhir dari kisah mereka? Siapa yang harus mereka pilih? Cinta yang begitu dalam, atau keyakinan yang begitu sakral tehadap sang pencipta (Tuhan).

Michella91 · Histoire
Pas assez d’évaluations
317 Chs

Sahabat Kecil (POV Kenzo)

Siang ini, Kenzo sedang duduk di teras rumahnya seraya meregangkan kedua kakinya di lantai ketika dia baru saja pulang dari sekolah.

"Akh, panas sekali cuaca siang ini," ujarnya sambil membuka satu persatu kancing baju seragam sekolahnya.

"Hem, anak ibu. Ibu pikir kau pulang terlambat pulang hari ini, Nak." Ibu Kenzo keluar ruangan menghampiri Kenzo yang masih duduk di teras.

"Ah, Bu…" sahutnya menanggapi sambil menyalami tangan ibunya dengan santun.

"Aku masih mencari angin, Bu. Siang ini begitu panas," ujarnya melanjutkan.

"Ya sudah, ibu ambilkan kamu jus jeruk dulu." Ibu Kenzo kembali beranjak masuk ke dalam rumah.

"Hem, ibuku memang paling terbaik!" ujar Kenzo dengan senyuman kecil.

Sambil menatap langit yang begitu cerah siang ini, Kenzo tersenyum membayangkan wajah Alona yang selalu menghiasi hari-harinya saat ini. Dia berniat untuk menulis pesan singkat lalu mengirimnya detik ini juga pada Alona. Namun, terdengar suara seorang wanita memanggilnya dari luar halaman rumahnya.

"Ken…" panggil wanita itu dengan senyuman khasnya.

"Eng, M-ma-ya?" ucap Kenzo seakan tak percaya.

Kenzo beranak berdiri ketika wanita itu berlari memasuki halaman rumah Kenzo, bahkan kini spontan memeluk tubuh Kenzo erat. Hal itu membuat Kenzo terpaku di tempat tak berkutik sedikitpun.

"Cih, ekspresi apa ini? Apa begini caramu menyambut kedatangan sahabat masa kecil yang selalu kamu rindukan ini, Ken?"

Kenzo masih terdiam menatap wajah wanita itu tanpa berkedip.

"Hei, Ken. Ini aku, Maya. Ih, apa kau sungguh sudah melupakanku?" kembali wanita itu berdecak kaki di depan Kenzo.

"Ini sungguh kau? Maya sahabat kecilku?" ucap Kenzo bertanya setelah sadar dari lamunannya.

"Iya, ini aku Maya. Siapa lagi?" jawab Maya dengan kesal.

Sontak Kenzo kembali memeluk erat tubuh Maya. Kenzo tampak terharu akan kemunculannya tiba-tiba, begitu pula dengan wanita itu yang kini membalas pelukan Kenzo dengan erat. Maya adalah sahabat kecil Kenzo, sejak kecil mereka selalu bersama kemanapun dan dimanapun itu. Tak hanya itu, kedua orang tua mereka juga sangat dekat. Namun, mereka terpisah saat hari pelulusan di bangku SMP. Ayah Maya harus menerima tuntutan pekerjaan yang membuatya harus pindah kota saat itu.

Kenzo dan Maya sangat sedih saat mereka harus terpisah jauh, dan sebelum kedatangan Maya kembali di kota kelahiran Kenzo saat ini, mereka sempat hilang kontak sampai akhirnya Kenzo bertemu dengan Alona dan menjalin hubungan dengannya saat ini. Kedatangan Maya saat ini tentu membuat Kenzo sangat bahagia hingga ia melupakan segalanya, bahkan dia sampai mengabaikan panggilan telepon dari Alona yang sejak tadi mengusik ponselnya.

"Kau, kau baik-baik saja?" tanya Kenzo sembari menyentuh kedua pipi chubby Maya. Dia tampak cemas setelah berbulan-bulan lamanya kehilangan kontak dengan wanita itu.

"Ya ampun, Ken. Aku baik-baik saja, ehm… Maafkan aku, Ken. Ponselku hilang dan aku kehilangan semua nomor teman-temanku disini, termasuk nomormu, Ken."

Kenzo tampak bernapas lega begitu mendengar penjelasan dari Maya. Namun, Kenzo masih menatap wajah Maya dengan lekat saat ini.

"Maafkan aku, Ken." Maya mengatupkan kedua tangannya di depan wajah Kenzo.

"Eng, Ken…" panggil sang ibu yang kini kembali menghampiri Kenzo.

Sonta Kenzo dan Maya menoleh bersamaan ke arah ibu Kenzo.

"Oh, ya Tuhan. Apakah ini Maya?" ujar ibu Kenzo sangat terkejut hingga dia mendelikkan kedua matanya begitu melihat wajah Maya.

"Tante…" teriak Maya lalu kemudian melangkah maju memeluk ibu Kenzo dengan penuh haru.

"Maya, ya ampun. Anak manis, anak cantik. Tante sangat rindu, kapa kau datang?" balas ibu Kenzo dan mengusap lembut punggung Maya dengan penuh kasih sayang.

"Aaah, aku juga sangat merindukan tante. Aku juga sangat rindu om, aku rindu semua di rumah ini," sahut Maya sambil meregangkan pelukannya dari tubuh ibu Kenzo, lantas selang beberapa menit kembali memeluknya dengan erat.

Kenzo tersenyum melihat pemandangan yang sudah lama tidak dia saksikan lagi selama ini.

Lantas ibu Kenzo mempersilakan Maya masuk ke dalam ruangan, mereka saling berbincang ramah dan dengan gaya khas Maya yang begitu cerewet membuat suasana di rumah Kenzo mendadak ramai dan cuaca panas terik siang ini tidak lagi terasa oleh Kenzo.

"Ken… Ganti dulu seragammu, Nak!" ujar sang ibu pada Kenzo.

"Hehe, iya, Bu. Iya, ah ibu… Kenapa tidak peka? Aku rindu anak menyebalkan yang satu ini," sahut Kenzo pada ibunya sambil melirik ke arah Maya.

Maya tersenyum nyengir memamerkan gigi kelincinya.

"Hem, ganti dulu! Nanti kalian bisa kembali mengobrol, ibu tidak akan mengganggu." Ibu Kenzo kembali mendesaknya.

"Benar kata tante, Ken. Lagi pula kau sangat bau keringat, ih… Mandi dulu, sana!" balas Maya dengan sengaja mulai meledek Kenzo.

"Ye… Orang tampan tidak pernah bau keringat tahu, nih…" Kenzo beranjak bangun dan hendak membuka bagian ketiaknya lalu memaksa Maya untuk menciumnya.

Dengan cepat Maya meringkuk tubuhnya dan bersembunyi di belakang punggung ibu Kenzo. Mereka saling bersenda gurau dan ibu Kenzo ikut serta bercanda ria dengan mereka. Lalu kemudian Kenzo memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan mengganti pakaian seperti biasanya.

Kenzo menatap wajahnya sejenak di depan cermin, dia tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya. Dia sungguh sangat bahagia dengan kedatangan Maya kembali ke kota dimana dia tingga saat ini. Setelah sekian lama mereka terpisah karena jarak dan waktu yang tidak memungkinkan mereka untuk selalu bertemu setiap saat seperti yang mereka mau.